c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

KULTURA

06 Juni 2022

18:12 WIB

Mengenal Upacara Adat Yadnya Kasada Suku Tengger Bromo

Upacara Adat Yadnya Kasada merupakan sebuah ritual yang dilakukan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan harapan agar dijauhkan dari malapetaka.

Penulis: Tristania Dyah Astuti

Editor: Rendi Widodo

Mengenal Upacara Adat Yadnya Kasada Suku Tengger Bromo
Mengenal Upacara Adat Yadnya Kasada Suku Tengger Bromo
Upacara Adat Yadnya Kasada. Shutterstock

JAKARTA -  Kawasan wisata Gunung Bromo bakal tutup total pada Rabu dan Kamis, 15-16 Juni 2022 mendatang. penutupan akan berlangsung mulai pukul 07.00 sampai 15.00 WIB keesokan harinya.

Penutupan ini merupakan hasil koordinasi bersama sejumlah pihak, termasuk para sesepuh suku Tengger. Sebab, rencananya Suku Tengger akan melaksanakan upacara adat Yadnya Kasada di lautan pasir dan Pura Luhur Poten.

Upacara Kasada merupakan sebuah ritual yang dilakukan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan harapan agar dijauhkan dari malapetaka. Upacara ini dilakukan dengan melarung hasil bumi ke dalam kawah Gunung Bromo. 

Kasada diadakan setiap  tahun sekali pada hari ke-15 dalam bulan Kasada atau bulan ke-12 dalam penanggalan orang Tengger. Masyarakat di sekitar Bromo sebenarnya menganut agama Hindu namun dalam perkembangannya terjadi penggabungan budaya antara suku Tengger dan Agama Hindu.

Baca juga: Peternakan Menjaga Tradisi Budaya Lokal Nusantara

Kini, Upacara Yadnya Kasada merupakan salah satu hari raya umat Hindu Tengger.

Pada tahap prosesinya, sebelum upacara dimulai, masyarakat Tengger akan mengambil air suci di Gunung Widodaren untuk ritual penyucian diri yang dilakukan di Pura Luhur Poten. Di pura ini acara akan dibuka dengan tarian adat, pembacaan syair-syair religi diikuti dengan gamelan, pembacaan kitab suci weda, dan pembersihan tempat sembahyang.

Seperti acara keagamaan Hindu lainnya, suku Tengger juga menggunakan bija atau secara harfiah berarti butir atau biji untuk ditempelkan di bagian dahi. Kemudian diikuti dengan membakar dupa di perapen, dan memercikkan tirta (air suci) di kepala dan wajah umat.

Prosesi sembahyang akan dipimpin oleh pemuka atau pinandhita, sekaligus membacakan mantra-mantra dan doa kepada Tuhan agar memberikan perlindungan dan kehidupan yang damai.

Baca juga: Tatah Sungging, Seni Membuat Wayang Kulit

Setelah rangkain prosesi itu selesai, masuklah pada ritual inti yakni melemparkan hasil alam ke dalam kawah Gunung Bromo. Ritual ini dimulai dari Pura Poten, masyarakat suku Tengger berjalan beriringan dengan membawa sajen, dipimpin oleh tetua suku menuju kawah bromo.

Sajen yang dilemparkan yakni buah buahan, sayuran, hewan ternak, dan hasil bumi lainnya. Ritual ini sebagai simbol pengabdian pada Sang Hyang Widhi (sebutan Tuhan yang Maha Esa dalam agama Hindu), pengorbanan, penyucian diri, rasa syukur, penjagaan hubungan harmonis dengan alam, dan penghormatan pada leluhur mereka.

Beberapa tahun lalu, upacara Kasada ini banyak menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan melihat prosesi ritual Suku Tengger. Namun, sejak Covid-19 melanda, ritual ini dilakukan secara tertutup hanya dihadiri masyarakat suku Tengger.

Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan ritual ini, bisa mencoba melihatnya dari penanjakan di Cemoro Lawang. Wisatawan diperbolehkan untuk berada di Cemoro Lawang namun tidak diizinkan memasuki kawasan Gunung Bromo.

Di Cemoro Lawang juga tersedia penginapan, hotel dan Villa sehingga masyarakat juga bisa menginap di sana.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar