c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

CATATAN VALID

14 Maret 2022

17:00 WIB

Tatah Sungging, Seni Membuat Wayang Kulit

Apa itu Tatah Sungging dan bagaimana sejarah wayang, Salah satu budaya Nusantara yang diakui internasional.

Penulis: Novelia

Tatah Sungging, Seni Membuat Wayang Kulit
Tatah Sungging, Seni Membuat Wayang Kulit
Ilustrasi Wayang Kulit. dok. Shutterstock

Baru-baru ini, masyarakat sempat dihebohkan dengan peluncuran simbol produk halal yang baru. Jika semula logo halal berbentuk bulat dengan tulisan aksara arab dan didominasi warna hijau, kini tulisan kaligrafi halal berubah menyerupai wayang kulit gunungan dengan warna ungu. Perubahan ini pun menuai kontroversi. 

Label Halal Indonesia. BPJPH/dok.

Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) menjelaskan, bentuk gunungan wayang kulit digunakan karena merupakan artefak budaya yang punya ciri khas unik dan merepresentasikan Indonesia. 

Terlepas dari perdebatan yang ada soal logo baru halal tersebut, wayang kulit Indonesia telah mendapat tempat di masyarakat nusantara, bahkan dunia.

Ya, wayang kulit bahkan telah ditetapkan UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity sejak 7 November 2003 (Murtiasri, Suharto, & Sartono, 2015).

Baca juga: Wayang Dan Gamelan Masuk Kampus Di London

Ada yang menyebut istilah “wayang” berasal dari kata “Ma Hyang”, yang berarti berjalan menuju roh spiritual, dewa, ataupun Tuhan.

Merujuk sejarahnya, dulu kala, wayang memang kerap digunakan dalam ritual pemujaan roh nenek moyang maupun berbagai upacara adat di Jawa. 

Namun, ada juga pendapat lain yang menyebutkan, wayang adalah istilah bahasa Jawa yang berarti “bayangan”. Mengingat, dalam pertunjukannya, penonton hanya dapat menyaksikan wayang dari belakang layar, dalam bentuk bayangannya saja.

Mengingat statusnya yang cukup beken hingga ke dunia internasional, eksistensi wayang, salah satunya wayang kulit, tentu patut diperhitungkan. Mulai dari pemilihan bahan, karakter, sampai teknik pembuatannya, memiliki kekhasan tersendiri. 

Tatah sungging untuk produksi wayang kulit 

Proses produksi wayang kulit tak bisa dipisahkan dari seni “Tatah Sungging”. Kata “tatah” dan “sungging” menggambarkan metode yang dilakukan dalam seni ini. Tatah berarti menatah atau memahat, sedangkan sungging berarti mewarnai. 

Baca juga: Wayang, Media Dakwah Efektif Menyebarkan Islam Di Nusantara

Jadi, secara sederhana, tatah sungging berarti memahat lalu mewarnai. Tak cuma wayang kulit, beberapa produk kerajinan lain, seperti kipas, hiasan dinding, hingga kap lampu, juga bisa dibuat dengan teknik tatah sungging.

Proses tatah sungging diawali dengan pemilihan kulit yang akan dipahat, umumnya berupa kulit sapi, kambing, atau kerbau. Kulit pilihan kemudian direndam agar lunak dan memudahkan dalam membersihkan sisa-sisa daging yang masih menempel. Setelahnya, kulit dikerok dan dijemur hingga kering.

Setelah kulit bersih dan kering, berlanjut ke proses “ngeblak” alias pembentukan pola. Proses ini merupakan proses yang cukup penting. Pasalnya, bentuk pola ini bakal berpengaruh pada karakter tokoh wayang yang dibuat.

Nah, setelah dibuatkan pola, barulah pengrajin masuk ke proses tatah. Kulit akan dipahat sesuai dengan bentuk produk akhir yang diinginkan dengan detail sesuai bentuk dan ornamen yang ada di dalamnya.

Kulit yang telah ditatah akan membentuk wayang “putihan” yang siap untuk masuk proses selanjutnya, yakni penyunggingan alias pemberian warna.

Baca juga: Promosikan Budaya Indonesia Lewat Wayang Berbahasa Jepang

Setelah diwarnai sesuai karakter tokoh yang ingin dibuat, pengrajin bisa melakukan finishing dan memberikan penyangga atau gapit. Biasanya, penyangga tersebut terbuat dari tanduk kerbau, bambu, atau bahan fiber.

Sebagai metode yang berjasa dalam pembuatan wayang kulit yang merupakan warisan budaya berbasis lokal, seni tatah sungging selayaknya perlu dilestarikan. Apalagi, peta jalan industri kreatif nasional punya kontribusi signifikan dalam ekspor sebesar 18% (Disperindag dalam Rahayu, Hadi, R, Emawati, & Sari, 2018). 

Ekspor kerajinan seperti ini berpotensi besar sejalan dengan permintaan buah tangan yang makin meningkat dari berbagai negara. Sejauh ini, umumnya permintaan banyak datang dari Malaysia, Australia, Belanda, hingga Suriname. 

Sayangnya, potensi yang cukup besar dari produksi budaya asli negara kita ini terkendala oleh beberapa hal. Terutama soal kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.

Seiring berkembangnya zaman, tak banyak lagi anak muda yang tertarik untuk berkecimpung di sektor ini. Tanpa regenerasi, potensi dari ekspor budaya seperti ini, perlahan-lahan akan mengecil dan hilang 

So, bagaimana pemerintah menyikapi hal ini? Lalu, Anda sendiri, apakah tertarik untuk jadi pengrajin sekaligus melestarikan seni tatah sungging?

Referensi

Murtiasri, E., Suharto, & Sartono. (2015). Peningkatan Kualitas Produk dan Kompetensi Pengrajin Wayang Kulit Menuju Pasar Sasaran Ekspor. DIAN MAS Vol. 2 No. 2, 71-82.

Rahayu, E. S., Hadi, S., R, E. T., Emawati, S., & Sari, A. I. (2018). Keragaan Sumber Daya Manusia Pengrajin Tatah Sungging terhadap Keberhasilan Usaha di Desa Sonorejo Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah. AGRONOMIKA Vol. 12 No. 2 , 120-126.

 



KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar