23 Juni 2022
20:51 WIB
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Lanskap investasi dan pembiayaan kini telah bergeser. Investor menjadikan penerapan Environmental, Social and Governance (ESG) sebagai alat ukur bagi keberlanjutan sebuah usaha.
Dalam publikasi Ernst & Young (EY) di 2019, investor memasukkan ESG ke dalam keputusan investasi di tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Studi itu menunjukkan 97% investor global memasukkan ESG dalam pengambilan keputusan investasi pada tahun 2018, dibandingkan dengan 78% di 2017.
Senada, studi yang dilakukan Capital Group menyebutkan secara keseluruhan adopsi ESG meningkat. Di 2022, sebanyak 26% investor global menyatakan ESG menjadi bagian penting dalam menentukan investasi. Persentase ini memang menurun dibandingkan 2021 sebanyak 28%. Namun, persentase investor yang telah menerapkan ESG dalam berinvestasi meningkat menjadi 34%, naik dibandingkan 32% di 2021. Lantas, investor yang mempertimbangkan penerapan ESG dalam investasi menjadi 29%, meningkat dibandingkan 24% di 2021.
“Secara keseluruhan, porsi investor global yang mengadopsi ESG naik menjadi 89% dibandingkan 84% di 2021,” tulis kajian Capital Group tersebut.
Baca Juga: Ketua Perbanas: Pandemi Tingkatkan Penerbitan ESG Bonds
Apa itu ESG?
Dari publikasi EY, ESG adalah istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi hal-hal yang secara tradisional dapat dikaitkan dengan keberlanjutan atau tanggung jawab perusahaan. Ketiganya, yakni lingkungan, sosial, dan tata kelola dianggap memiliki dampak keuangan material pada organisasi atau perusahaan, baik jangka pendek dan jangka panjang.
isu-isu seperti efisiensi energi, keselamatan pekerja, dan kemandirian dewan direksi perusahaan memiliki implikasi finansial. Tetapi, hal tersebut tidak disorot selama tinjauan keuangan tradisional.
Karena itu, munculah peringkat ESG untuk mengukur eksposur perusahaan terhadap risiko lingkungan, sosial, dan tata kelola jangka panjang. Risiko-risiko ini akan melengkapi investor dalam melakukan analisis keuangan karena memberikan pandangan yang lebih luas tentang potensi jangka panjang perusahaan.
Menurut Motley Fool, peringkat ESG yang baik berarti perusahaan mengelola risiko lingkungan, sosial, dan tata kelola dengan baik dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Peringkat ESG yang buruk adalah kebalikannya -- perusahaan memiliki eksposur risiko ESG yang relatif lebih tinggi.
Salah satu sistem peringkat ESG yang paling banyak dirujuk adalah skor MSCI ESG. MSCI menilai sekitar 8.500 perusahaan dan lebih dari 680.000 sekuritas pendapatan tetap dan ekuitas secara global, termasuk ESG fund.
Pengukuran Skor ESG
Landasan skor MSCI ESG adalah kerangka isu utama yang mengukur risiko di 10 kategori bidang lingkungan, sosial, dan tata kelola.
Pertimbangan untuk skor lingkungan
Masalah lingkungan utama MSCI termasuk dalam kategori perubahan iklim, modal alam, polusi dan limbah, dan peluang lingkungan.
Perubahan iklim:
Emisi karbon
Jejak karbon produk
Pembiayaan dampak lingkungan
Kerentanan perubahan iklim
Modal alam:
Sumber air
Keanekaragaman hayati dan penggunaan lahan
Sumber bahan baku
Pencemaran dan limbah:
Emisi dan limbah beracun
Bahan kemasan dan limbah
Limbah elektronik
Peluang lingkungan:
Teknologi bersih
Bangunan hijau
Energi terbarukan
Baca Juga: BEI Dan KEHATI Luncurkan Dua Indeks ESG Baru
Pertimbangan untuk skor sosial
Terdapat empat kategori untuk skor sosial yaitu modal manusia, kewajiban produk, oposisi pemangku kepentingan, dan peluang sosial.
Modal manusia:
Bagaimana tenaga kerja dikelola
Praktik dan protokol kesehatan dan keselamatan
Pelatihan pekerja
Standar tenaga kerja rantai pasokan
Tanggung jawab produk:
Keamanan dan kualitas produk
Keamanan bahan kimia
Perlindungan keuangan konsumen
Privasi dan keamanan data
Investasi yang bertanggung jawab
Mengasuransikan risiko kesehatan dan demografi
Oposisi pemangku kepentingan:
Sumber kontroversial
Hubungan masyarakat
Peluang sosial:
Akses komunikasi
Akses ke keuangan
Akses ke layanan kesehatan
Peluang dalam nutrisi dan kesehatan
Baca Juga: BEI Dorong Penerapan ESG Bagi Pelaku Bisnis di Indonesia
Pertimbangan untuk skor tata kelola
MSCI membagi tata kelola menjadi dua kategori yaitu tata kelola perusahaan dan perilaku perusahaan.
Tata kelola perusahaan:
Komposisi dewan dalam hal keragaman dan kemandirian
Kompensasi eksekutif
Kepemilikan
Praktik akuntansi
Perilaku perusahaan:
Etika bisnis
Transparansi pajak
Capital Group menyebutkan, meningkatnya kecanggihan investor ESG juga dapat dilihat dari sikap terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) PBB. Hampir sepertiga mengatakan kemampuan untuk melaporkan SDG tertentu adalah salah satu elemen terpenting dari fund sustainability reporting.
Penilaian Peringkat ESG
Dalam penilaian peringkat ESG, penilaian tidak disamaratakan untuk semua industri. Contohnya, yang dilakukan oleh MSCI berikut:
Baca Juga: BRI Terbitkan Green Bond Rp5 Triliun
Memanfaatkan ESG Untuk Investasi
Investor pasar modal bisa menggunakan penilaian ESG saat berinvestasi, yakni dengan menambahkan tinjauan ESG ke dalam proses investasi tradisional. Ada beberapa pendekatan menggunakan penilaian ESG ke dalam pengambilan keputusan investasi:
- Menggunakan peringkat ESG untuk melengkapi analisis keuangan. Tinjauan ESG memberi investor lebih banyak wawasan tentang risiko yang dihadapi perusahaan di masa mendatang.
- Menggunakan peringkat ESG sebagai saringan, misalnya berinvestasi hanya pada jenis saham perusahaan yang merupakan warga korporat yang baik dan berkomitmen pada praktik bisnis yang berkelanjutan. Dalam hal ini, meninjau peringkat LST akan menjadi langkah pertama dalam proses investasi. Setiap perusahaan yang tidak memenuhi standar tidak akan menjadi kandidat untuk masuk dalam portfolio investasi.
- Menggunakan peringkat ESG untuk menambah wawasan tentang perusahaan yang sahamnya sudah dimiliki. Perubahan negatif dalam peringkat ESG akan menjadi tanda bagi investor untuk menyelam lebih dalam dan mencari tahu alasannya.