18 Juni 2022
18:00 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
JAKARTA – Berita soal emiten yang berencana untuk bagi-bagi dividen jadi salah satu kabar yang paling dinanti investor pasar modal. Kok bisa?
Bisa dibilang, dividen jadi salah satu bentuk keuntungan yang bisa dinikmati para investor saham, selain dari capital gain atau kenaikan harga.
Adapun, nominal dividen yang bisa diterima investor sangat bervariasi, bahkan bisa mencapai triliunan rupiah. Jadi, tak heran jika sebagian investor menantikan adanya pembagian dividen dari emiten yang sahamnya mereka pegang. Tak jarang, investor mengoleksi saham emiten yang rajin membagikan dividen.
Baca juga: Memilih Instrumen Investasi Yang Cocok Untuk Pemula
Lantas, apa sih pengertian dividen itu? Apa saja jenisnya? Bagaimana cara menghitungnya? Emiten mana yang bagikan dividen terbesar di 2022?
Pengertian dividen berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online atau daring adalah bagian laba atau pendapatan perusahaan yang besarnya ditetapkan oleh direksi serta disahkan oleh rapat pemegang saham untuk dibagikan kepada para pemegang saham. Atau, sejumlah uang yang berasal dari hasil keuntungan yang dibayarkan kepada pemegang saham sebuah perseroan.
Sementara dikutip dari laman idx.co.id, dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama, yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode yang diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.
Baca juga: Investor Pasar Modal Indonesia Lampaui 9 Juta
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai. Artinya, kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap lembar saham. Atau, dapat pula berupa dividen saham, yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham. Jadi, jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
Bisa disimpulkan, dividen dalam saham merupakan jenis keuntungan yang didapatkan investor saham dari hasil laba bisnis perusahaan dalam satu periode. Kebijakan ini dirundingkan dan disahkan berdasarkan keputusan para pemegang saham melalui RUPS. Besaran dividen per lembar sahamnya pun bisa berbeda-beda tergantung hasil diskusi dalam RUPS.
Untuk mengetahui besarannya, perusahaan perlu memutuskan berapa banyak uang yang akan dimasukkan ke dalam laba ditahan. Laba ditahan digunakan untuk menyimpan modal bisnis perusahaan dan menginvestasikannya kembali untuk pertumbuhan di masa depan. Setelah itu, baru nominal dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham ditentukan.
Baca juga: Menanamkan Pemahaman Investasi Sejak Dini
Meskipun begitu, tidak ada jaminan bahwa emiten akan selalu memberikan dividen secara rutin. Biasanya, ketika perusahaan mengalami kerugian atau kondisi keuangan sedang menurun, laba bersih yang diperoleh pada periode tersebut akan dialokasikan menjadi laba ditahan. Sehingga, pemegang saham tidak dapat menikmati hasil pembagian dividen.
Ilustrasi investasi. Shutterstock/dok
Setelah mengetahui definisi dari dividen, berikut jenis-jenis dividen yang dilansir dari emtrade.id:
Dividen tunai merupakan jenis dividen yang paling umum dan pembayarannya dilakukan dalam bentuk cash atau uang tunai. Pembayaran dividen tunai diambil dari saldo laba ditahan, sehingga kas dan nominal laba yang tertera pada laporan ekuitas akan berkurang jika perusahaan membayar dividen secara tunai.
Sementara untuk pembayarannya, bisa dilakukan oleh perusahaan itu sendiri atau melalui pihak lain seperti perbankan. Hasil pembagian dividen kemudian akan langsung masuk ke Rekening Dana Nasabah (RDN).
Baca juga: Menimbang Investasi Dengan ESG
Dividen saham dibayarkan dalam bentuk saham dari perusahaan yang bersangkutan untuk pemegang sahamnya. Dengan begitu, jumlah saham yang dimiliki penerima dividen secara otomatis akan bertambah. Opsi pembagian dividen saham biasanya bertujuan untuk menjaga likuiditas cash flow perusahaan.
Jenis dividen selanjutnya adalah dividen properti yang didistribusikan dalam bentuk aset atau aktiva selain kas. Akan tetapi, dividen properti juga bisa berupa saham. Bedanya, dividen properti yang dibagikan dalam bentuk saham berasal dari saham lain yang dimiliki perusahaan terkait. Jadi, bukan seperti dividen saham yang membagikan saham dari perusahaan itu sendiri.
Jenis dividen satu ini mungkin terdengar asing, mengingat jarang sekali perusahaan yang memberlakukan dividen properti. Biasanya, dikarenakan proses pembagiannya yang cukup rumit.
Baca juga: Jelang Keputusan Suku Bunga Acuan BI, IHSG Dibuka Melemah
Berikutnya ada dividen skrip yang pembayarannya dilakukan dalam bentuk surat janji utang. Surat tersebut berisikan perjanjian bahwa dividen akan dibayar dalam jumlah dan tempo waktu yang sudah disepakati.
Perusahaan juga harus membayar bunga kepada pemegang saham. Sehingga, bisa dikatakan perusahaan memiliki utang jangka pendek jika memilih jenis dividen skrip.
Dividen ini dilakukan oleh perusahaan yang secara resmi mengakhiri operasi bisnis atau pailit. Modal awal yang dikontribusikan pemegang saham sebagai ekuitas perusahaan nantinya akan dikembalikan.
Baca juga: IHSG Berpotensi Rebound, Simak Saham Pilihan Ini
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, uang yang diterima pemegang saham dari dividen adalah bergantung pada berapa lembar saham yang dia miliki. Lalu, bagaimana cara perusahaan menentukan berapa rupiah per lembar yang harus mereka bagi ke investor atau pemegang saham? Serta, bagaimana para investor menilai bahwa perusahaan yang mau bagi-bagi dividen ini layak dikoleksi? Mari simak perhitungannya di bawah sini, seperti dikutip dari Lifepal.
Bagaimana sihcara menghitung berapa besar dari laba bersih perusahaan yang akan dibagikan ke pemegang saham? Rumusnya adalah:
Dividen = Laba bersih – Laba yang ditahan
Seperti yang dijelaskan di atas, laba yang ditahan umumnya adalah laba yang nantinya digunakan untuk melakukan ekspansi atau membayar kewajiban-kewajiban lain.
Nah, dividend payout ratio adalah indikator untuk mengetahui “seberapa besar persentase laba bersih” yang dibagikan menjadi dividen. Rumus dari dividend payout ratio adalah:
DPR = Dividen : Laba bersih (dalam bentuk persentase)
Perusahaan dengan DPR tinggi umumnya adalah perusahaan yang industrinya sudah masuk fase pendewasaan. Mereka tidak masalah untuk membagi 100% dari laba bersihnya ke para pemegang saham.
Lantas, dengan membagikan seluruh dividen, apakah itu tandanya mereka tidak mau ekspansi? Bukan begitu maksudnya. Mereka memiliki cadangan kas dalam jumlah besar, sehingga mereka tak perlu menambah cadangan kas untuk ditahan. Ketika kas itu ditahan, ekuitas pun meningkat. Jika ekuitas meningkat, maka hal itu memaksa mereka untuk meningkatkan laba yang jauh lebih besar lagi agar nilai ROE perusahaan itu bisa meningkat.
Baca juga: Sekilas Kisah Lima Bursa Saham Terbesar Dunia
Selanjutnya adalah dividend per share. Rasio dividend per share adalah rasio untuk menghitung besaran dividen yang diterima para pemegang saham. Rumusnya adalah:
DPS = Dividen : Jumlah lembar saham
Dividend yield adalah rasio yang wajib diketahui para investor untuk menyatakan apakah perusahaan yang membagi dividen ini, “layak dikoleksi atau tidak”.
Sejatinya, dividend yield adalah rasio yang digunakan untuk mengukur berapa besar tingkat “keuntungan” yang dibagikan perusahaan ke pemegang saham. DY dan DPR itu tidak akan selalu berkorelasi secara positif. Malah, rata-rata saham yang punya DPR tinggi justru DY-nya rendah.
Baca juga: Penurunan Indeks Saham Tak Hanya Terjadi di Indonesia
Rumus dari DY = DPS : Harga saham per lembar
Rasio dividend yield adalah rasio yang justru berkaitan erat dengan capital gain. Makin tinggi yield-nya, maka makin tinggi juga potensi capital gain-nya. Jadi, bisa dibilang investor cenderung lebih menyukai saham yang memiliki DY besar karena keuntungan capital gain-nya bisa bikin mereka kaya di masa depan. Sebuah perusahaan dinilai memiliki yield tinggi ketika nilainya ada di atas 5%.
Ilustrasi investasi. Shutterstock/dok
Terdapat dua jenis pembayaran dividen yang bisa disimak berikut ini:
Dividen final adalah metode pembayaran dividen yang dilakukan setelah satu tahun pembukuan keuangan perusahaan. Dinamakan dividen final karena baru akan dibagikan apabila laporan audit perusahaan selesai.
Berbeda dengan dividen final, dividen interim diberikan sebelum pembukuan keuangan perusahaan ditutup atau masih dalam tahun berjalan. Biasanya, memiliki besaran yang lebih kecil daripada dividen final.
Mengingat pembagiannya sebelum tutup buku akhir tahun, perusahaan yang memberikan dividen interim umumnya merupakan perusahaan yang sudah memperoleh profit besar di kuartal I hingga kuartal III.
Baca juga: Pencairan Dana Abadi Perguruan Tinggi Dalam 3 Periode
Perusahaan yang telah mengumumkan pembagian dividen selanjutnya akan menentukan tanggal-tanggal penting terkait proses pembayaran dividen. Ada beberapa istilah yang harus dipahami, diantaranya:
Declaration date adalah tanggal di mana perusahaan mengumumkan jenis, nominal, dan jadwal pembayaran dividen yang hendak dilakukan.
Cum date yang berasal dari singkatan cumulative date merupakan tanggal di mana investor dapat membeli saham perusahaan agar bisa mencatatkan diri sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Biasanya, cum date berlangsung selama satu hari dan ada kemungkinan harga saham akan meningkat.
Namun, bagi investor yang membeli saham setelah cum date, maka tidak memperoleh hak sebagai penerima dividen. Satu hari setelah cum date disebut dengan istilah ex date. Pada saat ex date, ada potensi harga saham menurun karena sudah tidak ada lagi katalis positif yang bisa mendorong harga saham.
Baca juga: Sri Mulyani: Investasi di Pendidikan Hasilkan The Best Return
Selama recording date, perusahaan akan mencatat nama pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.
Payment date adalah tanggal yang paling ditunggu-tunggu investor. Lantaran, perusahaan akan membagikan hasil dividen melalui RDN milik pemegang saham yang telah mengantongi hak tersebut.
Ilustrasi investasi. Shutterstock/dok
Mengutip data dari emtrade.id, berikut lima emiten yang bagikan dividen terbesar beserta kinerjanya di kuartal I-2022
Pada bulan Mei lalu, emiten tambang ini membagikan dividen tunai final dengan total sekitar US$75 juta atau sekitar Rp1,07 triliun untuk 2,6 miliar saham. Maka, dividen per saham yang diberikan US$0,02866245 atau sekitar Rp411 per saham.
Update kinerja terakhir BSSR mencatatkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih selama tiga bulan pertama tahun 2022. Penjualannya mencapai US$117,73 atau sekitar Rp1,72 triliun (asumsi kurs: Rp14.616 per dolar AS). Angka tersebut naik 42,56% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya US$82,58 juta. Adapun, dividend yield BSSR jika dihitung menggunakan harga penutupan saat ex-date pada 18 Mei 2022 sebesar 9,51%.
Emiten batu bara BUMN PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bakal bagi-bagi dividen total Rp7,9 triliun atau Rp688,515 per saham. Dividen tunai tahun buku 2021 tersebut akan dibayar tanggal 24 Juni 2022.
PTBA membukukan kenaikan laba bersih 355% dari Rp500,52 miliar menjadi Rp2,28 triliun di kuartal I-2022. Hal itu seiring dengan meningkatnya pendapatan sebanyak 105% menjadi Rp8,2 triliun, di mana pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,99 triliun. Adapun, dividend yield PTBA jika dihitung menggunakan harga penutupan saat ex-date pada 6 Juni 2022 sebesar 15,96%.
MPMX membagikan dividen tunai dengan total Rp800 miliar atau sebesar Rp180 per lembar saham. Tanggal pembayaran dividen anak usaha grup Saratoga ini jatuh pada tanggal 17 Juni 2022.
Pendapatan bersih MPMX menurun 3% yoy menjadi Rp3,1 triliun imbas dari berkurangnya pasokan sepeda motor. Namun, hal ini dikompensasi oleh pertumbuhan pendapatan di segmen bisnis lainnya. MPMX tetap membukukan laba bersih perseroan yang positif didorong oleh peningkatan laba bersih inti sebesar 17% yoy, biaya operasional yang terkendali, dan peningkatan laba Entitas Asosiasi JACCS MPM Finance Indonesia sebesar 8% yoy.
Adapun, dividend yield MPMX jika dihitung menggunakan harga penutupan saat ex-date pada 30 Mei 2022 sebesar 14,34%.
ITMG membagikan dividen final dengan total nilai US$332,9 juta atau setara Rp4,79 triliun. Sebelumnya, dividen interim runai senilai US$94,1 juta atau setara Rp1.218 per saham sudah dibagikan pada November 2021. Sisanya, sebesar US$ 238,9 juta atau setara dengan Rp3.040 per saham, dibagikan dalam bentuk tunai pada tanggal 22 April 2022.
Emiten tambang batu bara ini mencetak kenaikan pada penjualan bersih mereka sebesar 125% dari kuartal I-2021 US$284 juta menjadi US$640 juta di kuartal I-2022. Laba bersih ikut terdongkrak dari semula US$42 juta pada kuartal I-2021 menjadi US$213 juta pada kuartal I-2022. Adapun, dividend yield ITMG jika dihitung menggunakan harga penutupan saat ex-date pada 4 April 2022 sebesar 11,33%.
ABMM membagikan dividen sebesar US$50 juta atau setara Rp735 miliar. Besaran dividen per saham, yaitu Rp267 dan dibayarkan tanggal 10 Juni 2022. ABMM berhasil membukukan laba bersih US$31,78 juta atau Rp456,14 miliar, naik 22,79% dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 25,88 miliar. Adapun, dividend yield ABMM jika dihitung menggunakan harga penutupan saat ex-date pada 23 Mei 2022 sebesar 8,72%.