c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

28 Juli 2021

19:21 WIB

Asal-usul Lenong, Sandiwara Komedi Dari Betawi

Sejarah lenong betawi bermula sejak tahun 1920, lewat seorang seniman bernama Lien Ong. Ia menggabungkan menggabungkan silat, pantun hingga tari ke dalam pementasan sandiwaranya.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

Asal-usul Lenong, Sandiwara Komedi Dari Betawi
Asal-usul Lenong, Sandiwara Komedi Dari Betawi
Pemain mementaskan kesenian Lenong Betawi. Antara foto/dok

JAKARTA – Sejumlah daerah di Indonesia memiliki produk teaternya masing-masing. Salah satunya lenong, teater tradisional dari Betawi. Pertunjukan seni tradisional yang sangat populer dan sering kali hadir dalam berbagai hajatan, maupun perayaan-perayaan lainnya.

Pertunjukan yang berasal dari Betawi ini berisi cerita-cerita tentang kehidupan sehari-hari dengan paduan unsur komedi di dalamnya. Pertunjukannya biasa dilakukan secara cair, di mana pemain dan penonton bisa saling berinteraksi mempengaruhi cerita dalam pertunjukan ini.

Sampai hari ini, pertunjukan seni tradisional ini dianggap sebagai salah satu sandiwara komedi yang paling populer di lanskap kebudayaan Betawi.

Baca juga: Membawa Kesenian Tradisional Ke Ranah Digital

Sejarah Lenong Betawi

Jika ditarik ke belakang, sejarah lenong Betawi sendiri sudah sejak akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Kesenian ini diadaptasi oleh dari kesenian serupa, seperti "komedi bangsawan" dan "teater stambul" yang sudah ada saat itu. Menurut keterangan Syaiful Amri, budayawan Betawi sekaligus pengajar program studi seni teater di Institut Kesenian Jakarta, persisnya kesenian ini bermula sejak tahun 1920, lewat seorang seniman bernama Lien Ong.

Lien Ong adalah salah satu pelaku teater sandiwara dan memiliki sebuah grup bernama Wayang Pekik. Suatu ketika, Lien Ong melihat sebuah pertunjukan teater tradisional dari Jawa Timur, yang menggabungkan berbagai unsur seni tradisional ke dalam teater. Dari situlah, ia berpikir menggabungkan silat, pantun hingga tari ke dalam pementasan sandiwaranya.

“Waktu itu belum ada nama lenong. Jadi orang-orang kalau nanggap atau mengundang untuk tampil, orang-orang bilangnya sandiwara Lien Ong. Lama kelamaan orang menyebut pertunjukan itu sebagai  Lenong,” ungkap Syaiful dalam sesi diskusi publik DKJ bertajuk ‘Lenong dalam Proses’, Selasa (27/7).

Menurut pamong budaya yang biasa disapa Ipul ini, versi Lien Ong adalah sumber sejarah utama yang banyak dirujuk para peneliti mengenai asal-usul lenong di masyarakat Betawi. Namun, selain versi tersebut, adapula cerita asal usul lainnya pada kesenian lenong, yaitu versi pedagang pasar.

Baca juga: Filosofi Di Balik Tradisi Palang Pintu Pernikahan Betawi

Kisahnya, lenong merupakan hasil kreasi para pedagang di pasar. Para pedagang yang seharian berjualan, pada malam harinya sering berkumpul dan bercerita tentang tabiat-tabiat para pembelinya. Cerita itu lama-kelamaan menjadi semakin menarik untuk didengarkan, karena bisa menjadi cerita yang utuh.

“Lalu para pedagang ini berpikir, ‘wah ceritanya enak kalau pakai musik’. Tapi mereka nggak ada alat musik. Maka diambilah alat-alat dari dapur, kayak  penggorengan, panci dan sebagainya. Alat-alat itu saat dipukul mengeloarkan bunyi ‘neng nong’, lalu jadilah lenong,” tuturnya.

Terlepas dari dua versi asal-usulnya, pertunjukan sandiwara tradisional ini kemudian hari mengalami perkembangan yang pesat dan menjadi bagian dari perjalanan bangsa Indonesia. Dari tahun 1920-an itu hingga 1950-an, lenong menjadi pertunjukan yang sangat diminati oleh masyarakat.

Selanjutnya, pada era 70-an, pertunjukan khas betawi ini mulai masuk ke panggung-panggung pertunjukan modern, termasuk dipertunjukkan di panggung Taman Ismail Marzuki (TIM). Selanjutnya pada era 90-an, mulai tampil di televisi, lewat sejumlah program seperti Lenong Bocah, Lenong Anak, ataupun Lenong Rumpi. Salah-satu pentolan pertunjukan jenis ini yang terkenal di televisi adalah Haji Bokir.

Jenis-jenis Lenong Betawi

Hari ini, salah satu kebudayaan betawi ini dikenal memiliki dua jenis, yaitu lenong denes dan lenong preman. 

Lenong Denes

Sebutan Lenong Denes disebabkan karena orang-orang atau tokoh-tokoh yang berkedudukan tinggi, orang-orang "dines". 

Sesuai dengan jalan cerita yang mengisahkan lingkungan bangsawan, maka pakaian dan perlengkapannya pun sudah barang tentu di sesuaikan dengan kebutuhan itu.  

Lenong memiliki format yang agak kaku, dengan busana rapi dan bahasa yang halus, umumnya membawa cerita kerajaan atau kebangsawanan. 

Baca juga: Bang Ali, Lakon Pembangun Seni Ibu Kota

Lenong Preman 

Lenong preman adalah kebalikannya, yaitu pertunjukkan yang lebih cair, bebas, dan menampilkan cerita keseharian dengan bahasa sehari-hari pula.

Cerita yang dibawakan tentang kehidupan drama rumah tangga sehari-hari. Lenong Preman sering disebut juga Lenong jago, karena cerita yang dibawakan umumnya kisah para jagoan, tuan tanah, seperti: Si Pitung, Mirah dari Marunda atau Pandekar Sambuk Wasiat. Cerita tentang kepahlawanan dan kriminal pun menjadi tema utama lakon Lenong ini.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar