c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

04 November 2025

10:11 WIB

Menperin: PMI Manufaktur Tak Detail

Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global tercatat naik dari posisi 50,4 pada September menjadi 51,2 pada Oktober 2025.

Penulis: Ahmad Farhan Faris

<p id="isPasted">Menperin: PMI Manufaktur Tak Detail</p>
<p id="isPasted">Menperin: PMI Manufaktur Tak Detail</p>

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Sumber: Kemenperin

JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan Purchasing Managers’ Index (PMI) bukan pegangan utama dalam membaca kondisi industri dan merumuskan kebijakan industri, karena hanya menyajikan data makro dan belum secara detail menjelaskan kinerja per subsektor industri.

Kementerian Perindustrian menggunakan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dinilai lebih komprehensif dengan sampel dari banyak industri dalam negeri, serta lebih akurat dalam mencerminkan kinerja manufaktur nasional.

“Saya ingin mengajak semua pihak untuk cermat dan bijak menggunakan data PMI dari S&P Global tiap bulannya. PMI bulanan yang dikeluarkan lembaga tersebut didasarkan pada sampel industri lebih sedikit dibanding sampel IKI,” kata Agus melalui keterangannya pada Senin (3/11).

Selain itu, Agus mengatakan PMI S&P Global belum cukup detail menggambarkan kondisi subsektor industri. Padahal, dinamika tiap subsektor industri berbeda-beda. Untuk itu, Kementerian Perindustrian menggunakan data IKI membaca situasi makro industri dan merumuskan kebijakan.

“Data PMI bukan data utama kami dalam membaca situasi terkini manufaktur dan juga dalam perumusan kebijakan,” tegas dia.

Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global tercatat naik dari posisi 50,4 pada September menjadi 51,2 pada Oktober 2025.

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Menguat Didorong Permintaan Domestik

Capaian ini menandai ekspansi manufaktur 3 bulan berturut-turut, menunjukkan stabilitas momentum pertumbuhan industri nasional di tengah tekanan ekonomi global.

Berdasarkan komponen pembentuk PMI, pesanan baru (new orders) naik dari 51,7 menjadi 52,3. Sedangkan, tingkat ketenagakerjaan meningkat dari 50,7 ke 51,3. Kenaikan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan pasar dan kapasitas produksi industri nasional.

“Kita melihat adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja pada laju tercepat sejak Mei 2025. Ini sinyal baik karena aktivitas industri kembali mendorong penciptaan lapangan kerja,” ungkapnya.

Sementara, output atau aktivitas produksi tetap stabil di level 50,0 yang menandakan pelaku industri masih menjaga keseimbangan antara kapasitas produksi dan permintaan pasar.

Beberapa pelaku industri dilaporkan menggunakan stok yang ada untuk memenuhi kenaikan pesanan baru, sehingga stok barang jadi menurun tipis.

Ketahanan Sektor Manufaktur
Menurut dia, peningkatan kinerja industri nasional di tengah tekanan global menunjukkan ketahanan sektor manufaktur Indonesia yang semakin kuat.

“Walaupun ekspor masih melambat akibat pelemahan permintaan di pasar utama seperti Amerika Serikat dan Eropa, kekuatan konsumsi dalam negeri menjadi motor utama pertumbuhan industri kita,” jelas dia.

Untuk itu, Agus menekankan Kementerian Perindustrian akan terus menjaga daya saing industri melalui efisiensi produksi, peningkatan nilai tambah, serta program upskilling dan reskilling tenaga kerja industri.

“Kami optimistis sektor manufaktur akan tetap menjadi motor penggerak utama ekonomi nasional. Kemenperin terus memastikan iklim usaha kondusif, memperkuat daya saing, dan mendorong transformasi menuju industri hijau dan berkelanjutan,” kata Agus.

Baca Juga: PMI Manufaktur Di Zona Ekspansif, Menperin: Daya Tahan Industri Terjaga

S&P Global mencatat bahwa inflasi harga input mencapai level tertinggi dalam delapan bulan terakhir akibat kenaikan harga bahan baku, namun kenaikan harga jual oleh produsen masih terbatas.

“Hal ini menunjukkan bahwa pelaku industri menjaga daya saing harga produk dalam negeri agar tetap kompetitif, sekaligus menahan inflasi di tingkat konsumen,” imbuhnya.

Dalam konteks regional, PMI manufaktur ASEAN juga meningkat ke level 51,6 pada Oktober 2025. Indonesia (51,2) masih berada di zona ekspansi bersama Thailand (56,6), Vietnam (54,5), dan Myanmar (53,1).

Sementara beberapa negara besar dunia, seperti Tiongkok (51,2) dan India (57,7) juga menunjukkan ekspansi terbatas, menandakan adanya stabilisasi aktivitas manufaktur global.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar