c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

03 November 2025

08:37 WIB

PMI Manufaktur Indonesia Menguat Didorong Permintaan Domestik

PMI Manufaktur Indonesia dari S&P Global naik dari 50,4 pada bulan September menjadi 51,2 pada bulan Oktober.

Penulis: Fin Harini

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">PMI Manufaktur Indonesia Menguat Didorong Permintaan Domestik</p>
<p id="isPasted">PMI Manufaktur Indonesia Menguat Didorong Permintaan Domestik</p>

Seorang petugas berada di pabrik bioetanol Gempolkrep, Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (20/8).ANTARA FOTO/Syaiful Arif

JAKARTA - Sektor manufaktur Indonesia menunjukkan perbaikan yang cukup stabil pada awal kuartal keempat 2025. Purchasing Manager’s Index™ (PMI®) Manufaktur Indonesia dari S&P Global naik dari 50,4 pada bulan September menjadi 51,2 pada bulan Oktober, menunjukkan perbaikan lebih lanjut pada kesehatan sektor produksi barang.

Survei menunjukkan adanya ekspansi sedang pada kondisi operasional sektor manufaktur, memperpanjang periode pertumbuhan menjadi tiga bulan berturut-turut.

"Perbaikan kondisi sektor manufaktur Indonesia semakin menguat pada awal kuartal keempat tahun 2025, memberikan prospek positif pada bulan-bulan mendatang,” tutur Usamah Bhatti, Ekonom S&P Global Market Intelligence, melalui siaran pers, Senin (11/3).

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Susut Jadi 50,4  

Faktor utama kenaikan PMI Manufaktur pada Oktober adalah percepatan pertumbuhan permintaan terhadap produk manufaktur Indonesia. Pesanan baru meningkat selama tiga berturut-turut, dengan laju pertumbuhan berada pada level tertinggi gabungan sejak bulan Maret (setara dengan bulan Agustus).

Laporan dari para responden menunjukkan bahwa aktivitas pasar domestik membaik, mendorong klien domestik untuk menambah pesanan. Data menunjukkan bahwa pertumbuhan ini terutama didorong oleh pasar domestik.

Produsen Indonesia melaporkan penurunan baru selama dua bulan berturut-turut pada bisnis ekspor baru, di tengah lemahnya permintaan di pasar internasional.

Penyerapan Tenaga Kerja
Kenaikan pesanan baru selama tiga bulan berturut-turut berjalan seiring dengan stabilnya tingkat produksi, dan turut mendukung peningkatan aktivitas pembelian dan penyerapan tenaga kerja.

"Kondisi permintaan menunjukkan tren positif, dengan penjualan yang meningkat cukup kuat sehingga mendorong kenaikan pada tingkat ketenagakerjaan dan aktivitas pembelian. Namun, volume produksi sedikit tertinggal dan berada di level netral, karena sebagian produsen melaporkan telah menghabiskan persediaan barang jadi yang ada sebelumnya,” imbuh Bhatti.

Catatan S&P Global, kenaikan kapasitas untuk memenuhi permintaan membuat penyerapan tenaga kerja naik selama tiga bulan berturut-turut dan pada laju tercepat dalam lima bulan terakhir atau sejak Mei.

Output pabrik Indonesia tidak berubah dibandingkan bulan September, setelah sempat sedikit turun pada periode survei sebelumnya. Di antara perusahaan yang melaporkan peningkatan output, kenaikan tersebut umumnya didorong oleh peningkatan pesanan baru, meskipun tertahan oleh lemahnya permintaan dari pasar ekspor.

Beberapa perusahaan juga mencatat penggunaan stok yang ada untuk memenuhi pesanan baru, yang menyebabkan persediaan pasca-produksi sedikit turun pada bulan ini.

Tekanan kapasitas produksi relatif ringan, dengan volume penumpukan pekerjaan turun selama tujuh bulan berturut-turut pada bulan Oktober. Namun demikian, laju penurunan bersifat marginal dan merupakan yang paling lambat sejak bulan Juni.

Baca Juga: PMI Manufaktur Dan IKI Turun, Menperin Optimis Manufaktur Tumbuh

Memasuki kuartal keempat, aktivitas pembelian di kalangan produsen barang Indonesia juga menunjukkan peningkatan. Pembelian input naik selama tiga bulan berturut-turut, meskipun pada tingkat sedang. Pada saat yang sama, persediaan pra-produksi juga meningkat, karena sebagian perusahaan menambah stok input untuk menanggapi kenaikan permintaan dan kebutuhan produksi.

Data bulan Oktober juga menunjukkan adanya tekanan pada pemasok di tengah laporan keterlambatan pengiriman dan perbaikan jalan. Akibatnya, waktu tunggu rata-rata meningkat untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir.

Sebagian besar responden mengaitkan kenaikan beban biaya terbaru dengan meningkatnya harga bahan baku, dengan laju inflasi harga input mencapai level tertinggi sejak bulan Februari. Meski demikian, perusahaan menaikkan harga jual sedikit sebagai upaya menjaga harga barang agar tetap kompetitif.

"Tekanan harga masih tetap tinggi, dengan produsen mencatat kenaikan beban biaya rata-rata paling tajam dalam delapan bulan terakhir, seiring laporan kenaikan harga bahan baku. Meski demikian, perusahaan cenderung berhati-hati untuk membebankan kenaikan biaya kepada pelanggan, sehingga harga jual hanya meningkat tipis sebagai upaya mempertahankan daya saing harga,” kata Bhatti.

Melihat ke depan, tingkat optimisme terhadap prospek 12 bulan mendatang turun dibandingkan bulan September dan di bawah rata-rata jangka panjang seri data. Data terbaru Indeks Output Masa Depan masih menunjukkan optimisme yang solid untuk tahun mendatang, didukung oleh harapan kondisi permintaan yang lebih kuat dan peluncuran produk baru.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar