02 Oktober 2025
09:37 WIB
PMI Manufaktur Di Zona Ekspansif, Menperin: Daya Tahan Industri Terjaga
PMI Manufaktur Indonesia telah berhasil bertahan di zona ekspansif selama dua bulan berturut-turut.
Penulis: Ahmad Farhan Faris
Editor: Fin Harini
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Sumber: Kemenperin
JAKARTA - Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada September 2025, berdasarkan laporan S&P Global, melemah di angka 50,4 dari bulan sebelumnya sebesar 51,5.
Meski susut, PMI Manufaktur masih berada di zona ekspansi karena ditopang permintaan baru yang didorong oleh meningkatnya konsumsi dalam negeri.
Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan capaian tersebut menunjukkan daya tahan industri nasional masih terjaga di tengah tantangan global. Menurut dia, PMI Manufaktur Indonesia telah berhasil bertahan di zona ekspansif selama dua bulan berturut-turut.
“Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan domestik yang kuat masih menjadi motor utama pertumbuhan, termasuk permintaan ekspor masih cukup baik meskipun mengalami tekanan dari dampak ekonomi global,” kata Agus melalui keterangannya dikutip pada Kamis (2/10).
Berdasarkan data S&P Global, permintaan baru naik selama dua bulan ini karena meningkatnya konsumsi dalam negeri. Agus menilai hal ini menjadi momentum bagi pelaku industri nasional untuk terus mengoptimalkan pasar domestik yang sangat besar.
Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Susut Jadi 50,4
Apalagi, kata Agus, Kementerian Perindustrian telah melakukan reformasi kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk membuka peluang lebih besar dalam upaya penyerapan produk dalam negeri.
“Dengan kebijakan ini, industri dapat lebih percaya diri untuk meningkatkan produksi sekaligus memperluas basis konsumen di pasar nasional,” jelas Agus.
Selain itu, Agus mengatakan Kementerian Perindustrian mencermati bahwa peningkatan penyerapan tenaga kerja adalah sinyal positif di sektor manufaktur berada pada level tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Kemudian, lanjut dia, kepercayaan bisnis juga meningkat ke posisi tertinggi sejak Mei 2025, seiring dengan ekspektasi bahwa kondisi permintaan akan terus membaik.
“Ini menandakan pelaku industri bersiap menghadapi prospek permintaan yang lebih baik, sekaligus memperkuat kontribusi sektor industri terhadap penciptaan lapangan kerja,” imbuhnya.
Meski, diakui Agus, para pelaku industri tetap meningkatkan pembelian input dan stok inventaris sebagai bentuk antisipasi atas potensi kenaikan produksi ke depan.
“Langkah ini juga turut mencerminkan optimisme pelaku industri terhadap prospek pertumbuhan beberapa bulan mendatang,” ucapnya.
Jaga Kinerja Industri Manufaktur
Oleh karena itu, Agus menegaskan Kementerian Perindustrian bertekad untuk terus melakukan koordinasi lintas kementerian dan lembaga guna menjaga stabilitas harga bahan baku, serta mendorong efisiensi rantai pasok dalam rangka menjaga kinerja industri manufaktur dalam negeri.
“Upaya ini sangat penting agar industri tetap kompetitif, sekaligus melindungi konsumen di dalam negeri,” tegas dia.
Tidak hanya itu, kata Agus, Kementerian Perindustrian juga berkomitmen untuk semakin memperkuat strategi hilirisasi, pengendalian impor bahan baku, serta mendorong diversifikasi pasar ekspor untuk mengimbangi tekanan dari menurunnya permintaan global.
“Kami optimistis prospek sektor manufaktur ke depan masih positif. Dengan dukungan kebijakan industri yang tepat, kepercayaan diri pelaku usaha, serta penguatan pasar domestik, industri Indonesia mampu menjaga momentum pertumbuhan dan menjadi penopang utama perekonomian nasional,” katanya.
Baca Juga: Menperin: Industri Butuh Kondisi Kondusif untuk Pertahankan Tren Positif PMI Manufaktur
Di samping itu, Agus menyambut baik pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, bahwa pemerintah tidak akan menaikkan cukai rokok pada tahun depan. Langkah ini dapat dipandang sebagai bentuk insentif bagi pelaku Industri Hasil Tembakau (IHT) karena berkontribusi besar terhadap penerimaan negara, penyerapan tenaga kerja, dan devisa ekspor.
“Kebijakan ini diharapkan mampu menjaga keberlanjutan usaha sekaligus mendukung stabilitas ekonomi nasional. Sebab, tidak mekenaikkan cukai rokok itu saja sudah merupakan insentif bagi pelaku IHT, dan itu juga akan ikut menaikkan demand,” pungkasnya.
Dari hasil survei PMI Manufaktur Indonesia pada September 2025 mampu melampaui PMI manufaktur Jepang (48,5), Prancis (48,1), Jerman (48,5), Inggris (46,2), Taiwan (46,8), Malaysia (49,8), dan Filipina (49,9).