c

Selamat

Selasa, 4 November 2025

KULTURA

13 Januari 2022

17:31 WIB

Wayang Beber, Si Cikal Bakal Wayang Kulit

Sebelum ada wayang kulit ternyata pertunjukan wayang begitu berbeda. Ini dia cerita tentang wayang beber, si cikal bakal wayang kulit.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Rendi Widodo

Wayang Beber, Si Cikal Bakal Wayang Kulit
Wayang Beber, Si Cikal Bakal Wayang Kulit
Gulungan wayang beber yang digambarkan pada kertas milik Istana Mangkunegaran, Solo. Wikimedia/Gunkarta

JAKARTA – Indonesia memiliki banyak sekali produk budaya yang terus berkembang dari masa ke masa mewarnai keseharian masyarakatnya. Salah satunya yaitu wayang yang hari ini masih dikenal luas adalah wayang kulit.

Namun, jauh sebelum wayang kulit ada, para leluhur nusantara, terutama di Jawa, sudah mengenal wayang yang dikenal dengan nama wayang beber. Wayang kulit sendiri merupakan pengembangan atau modifikasi dari wayang beber di nusantara.

Melansir laman warisan budaya Kemdikbudristek, jenis wayang ini merupakan kesenian yang sudah berkembang di Jawa sejak masa pra-Islam. Dinamakan wayang beber karena bentuknya berupa lembaran-lembaran lukisan dalam gulungan yang melukiskan tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian.

Kisah yang digambarkan dalam gulungan itu adalah kisah Panji yang diadaptasi dari cerita klasik Jawa dan banyak ditemukan di relief-relief candi. Kisah itu kemudian dituangkan ke atas kertas yang terbuat dari bahan batang murbei, atau yang dikenal sebagai daluang atau deluwang. Di atas deluwang inilah, cerita Panji dan Joko Tarub hingga tentang Joko Kembang dituangkan lewat gambar-gambar.

Baca juga: Tatah Sungging, Seni Membuat Wayang Kulit

Wayang beber dipertunjukkan dengan cara dimainkan oleh seorang dalang. Dalang menuturkan cerita sembari membuka gulungan sesuai dengan adegan yang tengah dituturkan. 

Pertunjukan wayang ini pada mulanya tanpa diiringi musik, namun dalam perkembangannya kemudian mulai diiringi gamelan dan alat musik lainnya.

Wayang ini semula merupakan bentuk pertunjukan wayang satu-satunya yang dikenal masyarakat di nusantara, setidaknya sejak masa kerajaan Majapahit hingga Mataram. Namun, pada masa masuknya Islam, wayang ini pun mulai berkembang ke dalam berbagai kreasi, salah satunya yaitu dalam bentuk wayang kulit.

Alkisah, para Wali yang melakukan dakwah di Jawa dengan menggunakan media kesenian, termasuk wayang. Namun, Islam melarang penggambaran makhluk hidup seperti hewan maupun manusia sebagaimana tampak pada wayang beber. Karena itu, diubahlah medium wayang menjadi yang lebih ornamentik dan hari ini dikenal sebagai wayang kulit.

Baca juga: Wayang, Media Dakwah Efektif Menyebarkan Islam Di Nusantara

Hari ini, wayang kuno yang terbuat dari bahan daluang hanya tersisa tiga di dunia. Di Pacitan, Gunung Kidul, dan yang terakhir tersimpan di Museum Volkenkunde, Belanda. 

Di luar itu, ada banyak komunitas kesenian yang mengembangkan wayang beber kontemporer dengan memakai bahan maupun cerita yang juga telah berkembang.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar