c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

06 September 2025

16:50 WIB

Pemda Optimalkan Ibu Menyusui Tekan Angka Stunting

Pemda berupaya meningkatkan peran pendamping ibu menyusui guna menekan angka stunting. 

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>Pemda Optimalkan Ibu Menyusui Tekan Angka Stunting</p>
<p>Pemda Optimalkan Ibu Menyusui Tekan Angka Stunting</p>

Ilustrasi pemberian ASI pada anak. Shutterstock/mrvirgin

MAMUJU - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat berkomitmen mengoptimalkan pendampingan ibu menyusui untuk menekan angka stunting di daerah itu.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan (Plt. Kadinkes) Provinsi Sulbar, Nursyamsi Rahim di Mamuju, Sabtu (6/9) mengatakan, cakupan air susu ibu (ASI) di Sulbar masih tergolong rendah dan belum mencapai target nasional.

"Data terbaru menunjukkan capaian rata-rata cakupan ASI di Sulbar baru sebesar 38,91%, di mana Kabupaten Polewali Mandar mencatat capaian tertinggi, yakni sebesar 46,84% dan Majene terendah dengan cakupan 30,6%," lanjut dia dikutip dari Antara.

Dia menegaskan, ASI eksklusif merupakan salah satu indikator utama dalam menurunkan prevalensi stunting.

"ASI eksklusif menjadi bagian penting dari percepatan program Sulbar Sehat yang digagas Gubernur dan Wakil Gubernur Sulbar untuk mewujudkan visi Sulbar Maju dan Sejahtera," lanjut dia.

Dia menyampaikan beberapa faktor masih menjadi kendala utama rendahnya cakupan ASI eksklusif di Sulbar, antara lain tenaga kesehatan yang sudah dilatih sebagai konselor ASI belum optimal melaksanakan peran karena beban tugas ganda.

Selain itu, konseling ASI di posyandu belum efektif akibat keterbatasan sarana dan suasana posyandu yang kurang nyaman bagi ibu dan bayi.

Kemudian, rasio tenaga gizi di puskesmas dengan jumlah sasaran tidak seimbang, sehingga pendampingan perlu melibatkan bidan desa sebagai konselor menyusui.

"Kampanye susu formula di media sosial yang semakin masif, juga menjadi tantangan besar dalam meyakinkan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif," jelas dia.

Meski ada Perda ASI Sulbar Tahun 2016, lanjut dia, implementasi dan penerapan sanksi bagi pelanggar kode etik ASI belum berjalan optimal.

Dinkes Sulbar mendorong sejumlah langkah perbaikan, di antaranya optimalisasi pelatihan konselor ASI. Tidak hanya dari kalangan tenaga kesehatan dan kader, tetapi juga melibatkan unsur pentahelix (pemerintah, akademisi, dunia usaha, media dan masyarakat).

Selain itu, pemanfaatan bidan desa dalam mendampingi ibu menyusui, perbaikan sarana posyandu sehingga lebih ramah ibu dan bayi. Serta, penguatan regulasi dan pengawasan terhadap kampanye susu formula sesuai ketentuan kode etik pemasaran produk pengganti ASI.

Baca juga: Indonesia Kekurangan Konselor Menyusui    

Menyusui, kata Nursyamsi, bukan hanya urusan ibu dan bayi, tetapi menjadi tanggung jawab bersama.

"Pendampingan yang efektif akan lebih mudah jika seluruh unsur bergerak bersama. Mencegah stunting sejak dini dengan ASI eksklusif jauh lebih efektif dan murah dibanding mengobati stunting yang sudah terjadi," sambung dia.

Dengan berbagai strategi tersebut, Dinkes Sulbar optimistis cakupan ASI eksklusif akan meningkat dan berdampak pada penurunan angka stunting.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar