21 Juli 2022
17:28 WIB
Penulis: Tristania Dyah Astuti
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Nasi lawar Bali menjadi salah satu kuliner legendaris yang banyak dicari para wisatawan saat berkunjung ke Bali. Rasanya yang autentik, menyuguhkan kenikmatan tersendiri saat menyantapnya.
Dalam sejarah masyarakat Bali, lawar merupakan masakan berbahan dasar sayuran dan daging babi yang diolah dengan bumbu rempah-rempah, seperti bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe, ketumbar, jintan, kelapa parut, terasi dan lain sebagainya. Sebab itu, lawar memberikan cita rasa yang kompleks.
Namun, kini jenis nasi lawar semakin beragam. Tak lagi hanya disajikan dengan daging babi, sekarang lawar banyak yang dibuat dengan menggunakan daging sapi, ayam, bahkan nangka, sebagai alternatif bagi para kaum vegan.
Selain jenis daging sebagai bahan dasarnya, nama nasi lawar juga dibagi berdasarkan warna, ada lawar merah dan lawar putih.
Baca juga: Menjaga Resep Tradisional Sebagai Warisan Kuliner Nusantara
Untuk lawar merah sendiri, menu tersebut diolah dengan mencampurkan darah babi atau sapi. Tujuannya untuk menambah cita rasa dari lawar itu sendiri. Sementara itu, lawar putih, dimasak tanpa mencampurkan dengan darah hewan. Meski demikian, lawar putih tetap memiliki cita rasa yang autentik.
Selain lawar merah dan putih, ada juga lawar yang bernama lawar padamare, yaitu sejenis lawar yang dibuat dari campuran beberapa jenis lawar di atas.
Dikutip dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, lawar adalah salah satu kuliner Bali yang sudah turun temurun dikonsumsi masyarakat Bali. Kuliner ini memiliki nilai religius, nilai kesehatan, nilai kenikmatan, dan nilai ekonomis bagi penduduk Bali.
Nasi lawar melambangkan keharmonisan dan keseimbangan. Maka, nasi lawar sering dibuat beramai-ramai sebagai bentuk kebersamaan dan keharmonisan.
Baca juga: Tips Kreasi Jajanan Tradisional Jadi Kekinian
Dalam lawar terkandung banyak makna, lawar merah dari darah melambangkan Dewa Brahmana, kelapa parut berwarna putih melambangkan dewa Iswara, terasi berwarna hitam melambangkan Dewa Wisnu.
Karena maknanya yang cukup mendalam, nasi lawar selalu hadir dalam hari raya tradisi ngelawar (membuat lawar) maupun upacara keagamaan, seperti potong gigi, pernikahan hingga upacara kematian, bahkan dalam acara pengangkatan atau pengukuhan pejabat penting.
Pada perayaan hari raya dan keagamaan, lawar dipersembahkan sebagai bentuk syukur atas melimpahnya kekayaan alam yang diberikan oleh Tuhan.