c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

04 November 2025

11:17 WIB

Studio Ghibli Minta OpenAI Tak Pakai Karyanya Untuk Latih Model AI

Studio Ghibli, yang dikenal melalui film animasi seperti Spirited Away hingga My Neighbor Totoro, menyatakan mereka menjadi salah satu yang paling terdampak oleh teknologi generatif milik OpenAI.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p id="isPasted">Studio Ghibli Minta OpenAI Tak Pakai Karyanya Untuk Latih Model AI</p>
<p id="isPasted">Studio Ghibli Minta OpenAI Tak Pakai Karyanya Untuk Latih Model AI</p>

Cuplikan salah satu film animasi Studio Ghibli, My Neighbor Totoro (1988). Youtube/HBO Max.

JAKARTA - Industri konten Jepang mengeluarkan sikap resmi terkait penggunaan konten visual asli untuk pembuatan konten artificial intelligence (AI). Asosiasi distribusi konten Jepang yang mewakili sejumlah penerbit besar, termasuk Studio Ghibli, melayangkan surat kepada OpenAI untuk meminta raksasa pengembang AI itu berhenti melatih model-model mereka menggunakan karya visual milik studio asli tanpa izin.

Dilansir dari Antara, laporan Tech Crunch pada Selasa menyebutkan bahwa Studio Ghibli, yang dikenal melalui film animasi seperti Spirited Away hingga My Neighbor Totoro, menyatakan mereka menjadi salah satu pihak yang paling terdampak oleh teknologi generatif milik OpenAI.

Sejak peluncuran aplikasi pembuat gambar bawaan ChatGPT pada Maret lalu, banyak pengguna yang memanfaatkan fitur tersebut untuk membuat ulang potret diri atau foto hewan peliharaan mereka dengan gaya khas film-film Ghibli. Bahkan, CEO OpenAI Sam Altman sempat mengubah foto profilnya di platform X menjadi versi bergaya Ghibli.

Kini, seiring semakin luasnya akses publik terhadap aplikasi pembuat video Sora milik OpenAI, Asosiasi Distribusi Konten Luar Negeri Jepang (Content Overseas Distribution Association/CODA) meminta agar OpenAI tidak lagi menggunakan karya anggotanya untuk pelatihan model AI tanpa izin resmi.

Permintaan tersebut muncul di tengah kritik terhadap pendekatan OpenAI yang selama ini dinilai mengabaikan prinsip perizinan dalam pemanfaatan karya. Perusahaan itu disebut berulang kali memakai metode "meminta maaf setelahnya", alih-alih "meminta izin sebelumnya" dalam menggunakan karya milik pemegang hak cipta.

Baca juga: Sang Realis Film Animasi

Kebijakan itu dianggap memudahkan pengguna untuk menghasilkan foto dan video yang meniru karakter fiksi atau tokoh publik, termasuk selebritas yang telah meninggal dunia.

Diketahui, keluhan serupa juga pernah disampaikan oleh Nintendo dan pihak keluarga Dr. Martin Luther King Jr., yang khawatir sosoknya dapat disalahgunakan melalui teknologi deepfake di aplikasi Sora.

Hingga kini, keputusan untuk menanggapi atau mengabaikan permintaan tersebut sepenuhnya berada di tangan OpenAI. Jika permintaan diabaikan, pihak yang dirugikan dapat menempuh jalur hukum, meski undang-undang hak cipta di Amerika Serikat belum secara jelas mengatur penggunaan materi berhak cipta untuk pelatihan AI.

Sementara itu, sutradara legendaris sekaligus salah satu pendiri Studio Ghibli, Hayao Miyazaki, belum memberikan komentar langsung mengenai maraknya interpretasi AI terhadap karya-karyanya. Namun, dalam wawancara pada 2016 ketika diperlihatkan animasi 3D hasil buatan AI, Miyazaki menyatakan rasa muaknya terhadap tren tersebut.

"Saya sama sekali tidak bisa menikmati hal seperti ini. Saya merasa hal ini merupakan penghinaan terhadap kehidupan itu sendiri," ujarnya kala itu.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar