c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

11 Oktober 2022

12:26 WIB

Menilik Sejarah Pemahaman Gangguan Kesehatan Mental

Zaman dulu kesehatan mental selalu dikaitkan dengan roh gaib atau kemarahan dewa, sampai adanya penelitian yang menghubungan dengan pola pikir.

Penulis: Tristania Dyah Astuti

Editor: Satrio Wicaksono

Menilik Sejarah Pemahaman Gangguan Kesehatan Mental
Menilik Sejarah Pemahaman Gangguan Kesehatan Mental
Seorang wanita duduk dengan tatapan sedih, karena mengalami depresi. Shutterstock/dok

JAKARTA - Seiring dengan isu kesehatan mental yang semakin ramai diperbincangkan, tingkat kepedulian masyarakat mental illness pun meningkat. Hal ini sedikit banyak mengurangi angka depresi hingga kematian akibat bunuh diri.

Melansir dari berbagai sumber, dalam sejarahnya, kesehatan mental memiliki perjalanan yang cukup pelik hingga diterima sebagai bagian dari sains dan medis.

Sejarah Kesehatan Mental

Gangguan mental diketahui telah terjadi sejalan dengan peradaban manusia. Pada era pra ilmiah, penyakit mental ditelaah dalam pemahaman yang irasional. Orang-orang primitif meyakini bahwa gangguan jiwa terjadi akibat gangguan roh gaib atau dewa-dewa.

Kepercayaan ini muncul karena mereka meyakini bahwa fenomena alam seperti angin bertiup, ombak, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh. Ketika seseorang mengalami gangguan jiwa, mereka menganggap itu adalah perbuatan roh atau bentuk kemarahan dewa.

Mereka pun melakukan perjamuan atau memberikan sesaji dengan mantra-mantra, agar roh pergi dan dewa meredakan amarahnya. Pada masa ini, banyak dukun yang dipercaya sebagai juru penyembuh bagi orang-orang yang mengalami gangguan mental.

Namun karena tanpa perlakuan yang selayaknya dan tak kunjung membaik, penderita gangguan jiwa sering dibiarkan, tidak terurus hingga meninggal dunia.

Baca juga: Kiat Lindungi Kesehatan Mental Di Era Media Sosial

Dipengaruhi Pikiran

Pandangan irasional terhadap gangguan jiwa mulai berubah pada zaman Hippocrates, periode tahun 460-377 SM. Hippocrates menolak paradigma bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh roh gaib, takhayul, sihir dan sejenisnya. Ia mengemukakan bahwa gangguan mental dipengaruhi oleh pikiran.

Hippocrates meyakini bahwa peranan otak sangat penting dalam mempengaruhi pikiran, perilaku dan emosi seseorang. Pada masa itu, selain Hippocrates, ada beberapa ilmuwan yang turut mendeskripsikan gangguan mental sebagai suatu penyakit medis, diantaranya Phytagoras, Plato, serta tiga dokter dari Yunani Asclepiades, Aretacus dan Galenius.

Akan tetapi karena keterbatasan cara penyampaian informasi, sekaligus masih tingginya kepercayaan masyarakat terhadap hal mistis dan takhayul, pendapat itu pun tenggelam. Orang-orang pada masa itu kembali melakukan cara-cara irasional. Dalam sejarah psikologi, masa ini dikenal dengan istilah zaman kegelapan.

Namun seiring berkembangnya peradaban manusia, ada peran besar kalangan gereja dalam membantah kepercayaan takhayul termasuk keberadaan dukun. Pada tahun 1484, Paus Innocent VIII meminta para pendeta di seluruh Eropa untuk menghukum mati para tukang sihir, ada lebih dari seratus ribu orang yang dituduh sebagai penyihir.

Baca juga: TikTok Hadirkan Wadah Informasi Kesehatan Mental

Perawatan Manusiawi

Kemudian pada abad ke-15 mulai dibangun penampungan bagi orang-orang yang menderita penyakit mental. Tujuannya, untuk membedakan dengan kehidupan orang normal. Namun pada masa ini masih sangat minim cara pengobatan penderita gangguan mental, sehingga masih ada pasien yang diikat dan dirantai.

Pada abad 17 sampai abad 18, perkembangan sosial politik dan ilmu pengetahuan mengalami banyak kemajuan. Mulai muncul metode pengobatan dan perawatan yang lebih manusiawi. Mengutip neliti.com, salah satu orang yang berperan dalam perawatan pasien gangguan jiwa adalah Benjamin Rush.

Ia merupakan seorang staf rumah sakit di Pennsylvania. Pasien-pasien di sana dikurung dalam sel yang minim ventilasi, dan sekali-sekali pasien itu diguyur dengan air.

Rush melakukan usaha agar semakin banyak orang yang memahami penyakit mental. Ia mulai menulis artikel-artikel dalam koran, ceramah, dan pertemuan-pertemuan lainnya. 

Baca juga: Menjaga Kualitas Tidur Dukung Stabilkan Kesehatan Mental

Rush kemudian mengadakan pengobatan kepada para pasien dengan memberikan dukungan dan dorongan dalam bentuk motivasi untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan. Usahanya ini membawa ia dikenal sebagai Bapak Psikiatri Amerika.

Semakin tersebarnya pemahaman akan penyakit mental pada awal tahun 1900-an, memotivasi Clifford Wittingham Beers untuk mendirikan Connecticut Society for Mental Hygiene, dan mempelopori gerakan dibidang ilmu kesehatan mental.

Dia mengadopsi pengalamannya sendiri selama 3 tahun mengalami gangguan kesehatan mental. Selama di rumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar. Terobosannya dalam pencegahan dan pengobatan gangguan mental dianggap sangat manusiawi.

Karena gerakannya ini, tahun 1919 dibentuk sebuah badan bernama International Committee for Mental Hygiene yang bermarkas besar di Amerika Serikat. Tahun 1920-1930 Komite Nasional Kesehatan Mental Amerika menghasilkan model undang-undang yang bisa dijadikan pedoman negara-negara bagian. 

Hal ini sekaligus mengembangkan ilmu tentang perawatan terhadap pasien gangguan mental yang bisa dilakukan di rumah atau di luar rumah sakit.

Setelah Perang Dunia II atau sekitar tahun 1948, World Federation for Mental Health (WFMH) terbentuk. Lembaga inilah yang kemudian menginisiasi Hari Kesehatan Mental Sedunia setiap tanggal 10 Oktober. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar