c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

06 Juni 2022

09:06 WIB

Alasan Di Balik Rencana Kenaikan Tarif Masuk Candi Borobudur

Jumlah pengunjung yang berlebih ditambah "tangan-tangan" jahil wisatawan turut menimbulkan kerusakan bangunan candi.

Penulis: Tristania Dyah Astuti

Editor: Satrio Wicaksono

Alasan Di Balik Rencana Kenaikan Tarif Masuk Candi Borobudur
Alasan Di Balik Rencana Kenaikan Tarif Masuk Candi Borobudur
Wisatawan berada di zona 2 kawasan Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Antara foto/dok.

JAKARTA – Pemerintah secara akan menaikan tarif masuk ke bangunan Candi Borobudur sebesar Rp750 ribu untuk wisatawan lokal. Kabar ini tentu menuai pro-kontra dari masyarakat. Pasalnya Candi Borobudur merupakan salah satu destinasi wisata edukasi yang selama ini "ramah di kantong" untuk para wisatawan lokal.

Rencana kenaikan harga tiket masuk yang cukup bombastis ini diumumkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan melalui kanal Instagram pribadinya, pada Sabtu (4/6).

Luhut menjelaskan harga Rp750 ribu tersebut merupakan harga bagi wisatawan yang ingin menaiki candi. Sementara jika hanya berada di sekitar pelataran candi, akan dikenakan tarif sebesar Rp50 ribu.

Bagi para pelajar hanya dikenakan biaya Rp5 ribu untuk tiket masuk. Namun jika akan naik memasuki kawasan candi tetap mengikuti harga normal yang ditetapkan.

Baca juga: Umat Budha Rayakan Waisak di Candi Borobudur

Disebutkan pula alasan pemerintah untuk menaikan tarif wisata Candi Borobudur semata-mata untuk melestarikan kekayaan sejarah dan budaya nusantara. Selain itu, Candi Borobudur juga menjadi salah satu tempat ibadah massal umat Buddha.

Bahkan Candi Borobudur merupakan kuil Buddha terbesar di dunia sehingga tidak heran selalu menjadi destinasi wisata wajib jika berkunjung ke Jawa Tengah. 

Selain itu, Borobudur juga menyuguhkan keindahan panorama Magelang dari ketinggiannya, candi ini menjadi lokasi terbaik untuk menikmati sunrise dan sunset.

Sayangnya, banyaknya kunjungan para wisatawan justru meningkatkan risiko kerusakan candi. Candi dengan banyak stupa ini sudah beberapa kali mengalami perbaikan akibat kelebihan pengunjung. Selain itu juga diperparah oleh kerusakan yang dilakukan "tangan-tangan" wisatawan yang tidak bertanggung jawab.

Baca juga: Makna Penting Di Balik Hari Raya Waisak

Pada tahun 2020, Candi Borobudur sempat ditutup lama akibat kerusakan yang cukup parah utamanya karena kelebihan pengunjung. Pada lantai 9 dan 10 candi mengalami kerusakan hingga hampir 30%, lalu pada tangga naik menuju kawasan tersebut mengalami kerusakan hampir 40%.

Sementara lokasi stupa teras atau stupa induk yang berada di lantai 7-10 sangat kotor, di sana ditemukan ribuan permen karet yang ditempelkan ke dinding-dinding stupa. Butuh waktu cukup lama untuk membersihkan seluruh bagian candi dari permen karet serta sampah-sampah.

Padahal, stupa induk merupakan salah satu bagian paling suci dan kerap dijadikan lokasi peribadatan.

Baca juga: Menikmati Keelokan Borobudur Dari Bukit Punthuk Setumbu

Kondisi Candi Borobudur yang memprihatinkan ini menjadi faktor utama pemerintah akan menaikan harga tiket masuk, pun membatasi jumlah pengunjung yang akan naik ke situs sejarah nusantara ini. Pemerintah sepakat untuk membatasi kuota wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur menjadi hanya 1.200 orang per hari.

Kemudian, para wisatawan juga diwajibkan untuk menggunakan tour guide warga lokal sekitar Candi Borobudur. Hal ini bertujuan agar kunjungan wisatawan lebih terarah, dan warga sekitar dapat memanfaatkan moment ini sebagai mata pencaharian. 

Masyarakat sekitar juga diharapkan lebih memiliki rasa tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan salah satu situs bersejarah di Indonesia ini.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar