19 September 2023
20:47 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA - Pemerintah menekankan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum bisa lepas dari risiko global, kendati sudah berada dalam kondisi baik beberapa waktu terakhir. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan, pihaknya akan terus mewaspadai proyeksi ekonomi global yang sangat volatil.
“Kita melihat dua ekonomi terbesar (dunia) yakni Amerika Serikat dan RRT, dua-duanya memiliki karakter ketidakpastian yang harus diwaspadai dan pasti menimbulkan spill over atau rambatan ke seluruh dunia,” tegasnya dalam Raker Banggar DPR RI soal Pembicaraan Tingkat I Pembahasan RUU APBN 2024, Jakarta, Selasa (19/9).
Selanjutnya, risiko ekonomi akibat geopolitik dan disrupsi rantai pasok yang mempengaruhi keseimbangan harga komoditas dunia. Dalam tiga pekan terakhir saja, Sri menyamoaikan, harga minyak mentah Brent sudah naik sekitar 11% ke level US4$95 per barel.
“Paling kita bisa lihat adalah harga minyak (mentah), yang telah bergerak sekarang di atas US$95 dolar per barel, pada saat kita baru saja memutuskan asumsinya (harga minyak mentah dunia) dinaikkan dari US$80/barel ke US$82/barel,” sebutnya.
Selain itu, volatilitas harga komoditas non-minyak seperti batu bara dan minya sawit, Menkeu yakini juga akan sangat dipengaruhi oleh sentimen geopolitik maupun climate change. Pada akhirnya, kesemua risiko ini bakal menimbulkan tantangan dalam mengelola APBN agar tetap bisa kredibel, reliabel, dan efektif.
Baca Juga: Sri Mulyani: APBN Semester I Surplus Rp152,3 Triliun
Namun begitu dalam periode empat tahun terakhir, bendahara negara mengingatkan, APBN telah bertindak selaku instrumen yang sangat strategis untuk bisa melaksanakan tugas alokasi, distribusi, dan stabilisasi melindungi rakyat dari berbagai goncangan. Sambil melanjutkan posisi pemulihan ekonomi pasca covid-19.
“(APBN) menjadi instrumen fiskal untuk mencapai tujuan pembangunan (Indonesia),” katanya.
Karena itu, dirinya berterima kasih kepada DPR RI yang telah menjadi partner utama pemerintah dalam mendesain APBN agar posturnya semakin sehat, kredibel dan efektif menjawab masalah-masalah pembangunan. Pada saat yang sama, juga berhasil mendorong defisit APBN 2022 di bawah 3% yang berlanjut hingga kini.
Ke depan, pemerintah berjanji akan terus berkolaborasi dengan seluruh Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah untuk bisa memanfaatkan berbagai pos dalam APBN. Patokan angka yang ada di dalam APBN juga bukan merupakan angka yang bersifat deterministik-tetap, namun sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi
“(Sehingga), kita bisa mengelola ketidakpastian dan dinamika itu tanpa mengerosi kredibilitas APBN serta tetap memberikan kepastian kepada perekonomian dan program-program pembangunan nasional. Terutama kehadiran negara di hadapan masyarakat dalam menghadapi berbagai ketidakpastian,” tegasnya.
Mengacu laporan Panja RUU APBN 2024 dan Nota Keuangannya, harga minyak ICP 2024 diasumsikan pada level US$82/barel. Dinamika harga yang terjadi sepanjang 2023 diperkirakan masih berlanjut ke tahun depan.
Baca Juga: Penuhi Program Strategis 2024, Jaga Efisiensi APBN
Tensi geopolitik masih menjadi faktor penting yang memengaruhi pergerakan harga minyak mentah dunia ke depan. Selain itu, pemulihan ekonomi pascapandemi covid-19, kondisi perekonomian global, serta respons kebijakan OPEC+ juga akan memengaruhi kondisi permintaan dan penawaran minyak mentah global.
Di sisi lain, mulai pesatnya pengembangan dan penggunaan energi alternatif juga diperkirakan dapat menekan pertumbuhan permintaan minyak dalam jangka menengah seiring penggunaan sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Asumsi harga minyak mentah ditetapkan pada level yang realistis sesuai perkembangan faktor-faktor fundamental yang memengaruhinya. Hal ini sangat penting guna menjaga kesehatan postur anggaran dan daya beli masyarakat.