c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

16 Oktober 2023

19:17 WIB

Sentimen Pasar Pada Perang Israel-Palestina Pengaruhi Harga Minyak

Pengaruh perang Israel-Palestina terhadap harga minyak dunia bisa jadi lebih besar dibandingkan konflik Rusia-Ukraina

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

Sentimen Pasar Pada Perang Israel-Palestina Pengaruhi Harga Minyak
Sentimen Pasar Pada Perang Israel-Palestina Pengaruhi Harga Minyak
Ilustrasi. Pengeboran minyak. Shutterstock/Dok

JAKARTA - Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro meyakini bahwa pecahnya perang antara Israel dan Palestina punya pengaruh non-fundamental terhadap harga minyak global.

Artinya, pengaruh itu tidak bisa diprediksi dan harga minyak akan bergantung pada respon pasar terhadap perang Israel dan Palestina. Berbeda dengan pengaruh fundamental, cenderung lebih mudah diekspektasi dan diantisipasi seperti pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk, maupun pertumbuhan jumlah kendaraan.

"Kalau dalam ilmu ekonomi ada rational expectacy, jadi ketika pelaku pasar berekspektasi negatif, semua mengarah ke arah yang sama, dan biasanya berpengaruh pada harga yang tidak terkendali," ujar Komaidi kepada Validnews di Jakarta, Senin (16/10).

Bahkan, Komaidi meyakini dampak perang Israel dan Palestina bisa lebih besar dan lebih tidak terkendali dibandingkan konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melunak, Investor Cermati Perang Israel-Hamas

Pasalnya, dampak konflik Rusia-Ukraina lebih kepada faktor produsen, di mana Rusia merupakan produsen minyak utama dunia. Sementara perang di Timur Tengah tak hanya berkaitan dengan faktor produksi namun juga berkaitan dengan jalur distribusi.

"Member OPEC juga yang besar-besar di Timur Tengah. Artinya, pengaruhnya bisa double," kata dia.

Apalagi jika pelaku pasar merespon negatif terkait perang Israel dan Palestina, dikhawatirkan stok minyak mentah dunia mulai menipis, pembelian meroket drastis, lalu harga menjadi tidak terkendali.

"Tidak ada stok bisa ramai-ramai membeli (minyak), akibatnya harga tidak terkendali. Tapi, bisa juga sebaliknya kalau ekspektasi baik-baik saja, respon baik-baik saja, mungkin harga akan stabil, kenaikan tetap ada tapi relatif tidak banyak," tuturnya.

Tak sampai situ, ancaman tak terkendalinya harga minyak mentah dunia juga semakin menjadi-jadi apabila Iran memutuskan untuk turun dalam perang Israel dan Palestina. Pasalnya, Iran merupakan salah satu produsen minyak dunia yang utama.

"Iran itu produsen, artinya konflik semakin besar, permasalahan bukan hanya di distribusi tetapi juga di produksi," imbuh Komaidi.

Kenaikan BBM
Lebih lanjut, Komaidi membenarkan pernyataan Presiden Joko Widodo soal potensi kenaikan harga BBM bukan hanya Pertamax, tetapi juga Pertalite. Hal itu sebagai buntut dari perang antara Israel dan Palestina yang berpengaruh terhadap ketahanan energi seluruh negara, termasuk Indonesia.

Dampak tersebut dikarenakan pasar minyak merupakan pasar internasional yang terbuka. Jadi apabila ada kenaikan biaya di suatu tempat, akan berpengaruh juga ke wilayah lainnya.

"Ini pasar terbuka, kalau suatu tempat ada biaya yang meningkat, biasanya akan tertransmisikan ke tempat lain," sebutnya.

Baca Juga: Buntut Perang Israel-Palestina, Indonesia Siap Cari Sumber Minyak Lain

Selain itu, harus ada penyesuaian harga BBM akibat harga minyak dunia sudah tidak lagi terkendali. Pemerintah sejatinya bisa saja tidak menaikkan harga BBM dengan konsekuensi nilai subsidi yang membengkak dan menyedot alokasi untuk sektor lain.

Karenanya, masyarakat harus membiasakan diri dengan harga BBM yang wajar atau umum. Di sisi lain, pemerintah harus mengedukasi masyarakat soal faktor-faktor yang mempengaruhi harga BBM.

"Harus ada edukasi bahwa ini subsidinya besar. Jadi, masyarakat tahu, gaya hidup masyarakat kemudian juga akan menyesuaikan bahwa ini memang barang impor, belinya tidak bisa disubsidi dan tidak bisa diskon karena pasar terbuka," tandas Komaidi Notonegoro.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar