c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

11 November 2025

11:40 WIB

Rupiah Menguat Didorong Sentimen Risk On, Shutdown AS Hampir Berakhir

Rupiah menguat seiring sentimen risk on dari harapan berakhirnya penutupan pemerintah (government shutdown) AS. Rupiah juga terpantau sudah mulai menjauhi level terlemahnya dalam setahun terakhir.

<p>Rupiah Menguat Didorong Sentimen <em>Risk On,</em> <em>Shutdown</em> AS Hampir Berakhir</p>
<p>Rupiah Menguat Didorong Sentimen <em>Risk On,</em> <em>Shutdown</em> AS Hampir Berakhir</p>
Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (11/10/2024). Antara Foto/Rivan Awal Lingga.

JAKARTA - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memprediksi nilai tukar rupiah menguat, seiring sentimen risk on dari harapan berakhirnya penutupan pemerintah (government shutdown) Amerika Serikat (AS).

"Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS didukung sentimen risk on dari harapan berakhirnya shutdown pemerintah AS," ujarnya melansir Antara, Jakarta, Selasa (11/11).

Berdasarkan pantauan, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Selasa (11/11) di Jakarta, menguat 0,28% atau sebesar 46 poin, dari sebelumnya Rp16.654 menjadi Rp16.700 per dolar AS.

Meski begitu, Bloomberg mencatat, dolar AS terpantau menguat 0,23% atau 39 poin terhadap rupiah di pasar spot pada pukul 10.54 WIB. Saat ini, rupiah ditransaksikan Rp16.693 per dolar AS, dan diperkirakan bergerak harian di kisaran Rp16.683-16.707.

Baca Juga: AS Masih Shutdown, 10.000 Lebih Penerbangan Ditunda Dan Dibatalkan

Rupiah juga terpantau sudah mulai menjauhi level terlemahnya dalam setahun terakhir yang rentang pergerakannya berkisar antara Rp15.618 sampai Rp17.224 per dolar AS.

Mengutip Sputnik-OANA, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa penutupan kegiatan pemerintahan akan segera berakhir.

Sebelumnya, Axios melaporkan, Partai Demokrat di Senat AS telah menunjukkan kesediaan untuk menerima paket Rancangan Undang-Undang (RUU) Pendanaan yang bisa mengakhiri shutdown.

Menurut siaran di situs web majelis tinggi Kongres AS, persetujuan dicapai lewat pemungutan suara prosedural, yang mana 60 senator mendukung paket RUU itu, sedangkan 40 senator menolak. Tepat 60 suara dibutuhkan untuk menyetujui RUU tersebut.

Baca Juga: Harga Emas Stabil, Di Pasar Spot US$4.127,97 Per Ounce

Paket yang disetujui itu mencakup pendanaan bagi kegiatan Kongres dan layanan pendukungnya, Departemen Pertanian, termasuk pembayaran dalam program bantuan pangan Supplemental Nutrition Assistance Program (SNAP), serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA/Food and Drug Administration).

Kemudian, program dan tunjangan bagi veteran, serta proyek konstruksi Pentagon untuk tahun fiskal 2026.

Badan-badan pemerintahan lainnya akan didanai melalui resolusi lanjutan yang berlaku hingga 30 Januari 2026. Paket RUU itu juga membatalkan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal terhadap pegawai federal sejak 1 Oktober.

Setelah pemungutan suara tersebut, Senat harus menggelar pemungutan suara final, sebelum paket RUU itu disahkan oleh DPR dan dikirim kepada Presiden Donald Trump untuk ditandatangani.

Lukman kembali menekankan, potensi berakhirnya penutupan pemerintah AS akan mendukung penguatan pergerakan aset berisiko.

"Dolar AS sendiri juga seharusnya terdukung, namun sentimen risk on bisa lebih positif pada mata uang dan aset berisiko," kata Lukman.

Baca Juga: Menkeu: Redenominasi Rupiah Kewenangan Bank Sentral

Di samping itu, investor juga sedang menantikan data penjualan ritel Indonesia yang tak jadi dirilis pada Senin (10/11) yang Lukman perkirakan bertumbuh 3,2%. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kurs rupiah diprediksi berkisar Rp16.600-16.700 per dolar AS.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar