c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

30 Desember 2023

13:12 WIB

Pentingnya Menjaga Ekspektasi Inflasi Pelaku Ekonomi di Mata BI

BI memandang pentingnya menjaga ekspektasi inflasi masyarakat, termasuk kelompok miskin dan rentan miskin, tetap rendah agar inflasi IHK terkendali.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

Pentingnya Menjaga Ekspektasi Inflasi Pelaku Ekonomi di Mata BI
Pentingnya Menjaga Ekspektasi Inflasi Pelaku Ekonomi di Mata BI
Seorang penjual bumbu dapur melayani pembeli di salah satu pasar di Jakarta, Kamis (21/12/2023). Val idNewsID/Agung Muhammad Fatwa

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai penting untuk menjaga ekspektasi inflasi karena akan berdampak pada pembentukan inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa terus menerus.

Ekspektasi inflasi merupakan salah satu faktor penyebab inflasi. Ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh persepsi dan harapan pelaku ekonomi dan masyarakat, termasuk kelompok miskin dan rentan miskin, terhadap tingkat inflasi di masa mendatang.

"Ekspektasi ini merupakan komponen penting dalam pembentukan angka inflasi. Dengan itu,  Bank Indonesia melihat sangat penting untuk dapat menjaga ekspektasi inflasi ini," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono kepada Validnews, dikutip Sabtu (30/12).

Erwin mengatakan dalam hal ini, peran bank sentral adalah menetapkan suku bunga acuan 2023 secara forward looking dan pre-emptive guna mengendalikan inflasi.

Baca Juga: Resep Sri Mulyani Untuk 2024: Inflasi dan Harga Pangan Harus Turun

Forward looking artinya kebijakan yang ditempuh merupakan langkah antisipatif dalam mencapai target inflasi. BI telah menaikkan suku bunga atau BI-Rate sebesar 200 basis poin (bps) terhitung sejak Agustus 2022 hingga Desember 2022.

"Ini sebagai langkah front-loaded, preemptive, dan forward looking untuk mengendalikan kenaikan ekspektasi inflasi yang terlalu berlebihan (overshooting) atas kenaikan harga BBM bersubsidi yang ditempuh pemerintah," kata Erwin.

Sebagai pengingat, tahun lalu pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Itu karena melejitnya harga minyak mentah dunia imbas gejolak global, terutama panasnya tensi geopolitik Rusia-Ukraina.

"Kenaikan suku bunga ini mampu mengendalikan inflasi inti yang tercatat  rendah yaitu 3,36% pada akhir 2022, atau terkendali dalam sasaran 3,0±1%, meskipun inflasi IHK masih relatif tinggi karena tingginya inflasi administered prices dan volatile food," ucap Erwin.

Dia melanjutkan kenaikan suku bunga sejak 2022 hingga jelang tutup tahun 2023 bertujuan memastikan inflasi tepat sasaran pada rentang 3,0±1% pada 2023. Juga target 2024, yakni inflasi pada rentang 2,5±1% pada 2024.

Adapun posisi suku bunga acuan pada Desember 2023 sebesar 6%. Posisi BI Rate itu selain sebagai langkah forward looking, Erwin menerangkan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.

"Keberhasilan pengendalian inflasi juga didukung oleh kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dan koordinasi pengendalian inflasi pangan dengan pemerintah," terang Erwin.

Pengendalian yang dijalankan pemerintah dan bos moneter, yakni Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), serta kolaborasi dengan pemda melalui tim pengendali inflasi pusat dan daerah (TPIP dan TPID).

Kepala Departemen Komunikasi BI berharap langkah yang ditempuh itu bisa membuat ekspektasi inflasi tetap rendah. Dengan demikian, inflasi dari segi indeks harga konsumen (IHK) terkendali.

"Dengan berbagai langkah tersebut, ekspektasi inflasi tetap terjaga rendah sehingga mendukung terkendalinya inflasi IHK untuk tetap berada dalam kisaran sasaran, baik pada 2023 maupun 2024," ujar Erwin.

Proyeksi Inflasi 2024
BI memproyeksikan inflasi tetap terjaga pada sasaran 2,5±1% pada 2024. Erwin kembali mengatakan upaya yang ditempuh untuk menjaga inflasi yakni, seputar GNPIP dan sinergi TPIP dan TPID.

"Bank Indonesia tetap memperkuat bauran kebijakan moneter dan mempererat sinergi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam TPIP dan TPID melalui penguatan GNPIP di berbagai daerah untuk memastikan inflasi terkendali dalam kisaran 2,5±1% pada 2024," jelasnya.

Baca Juga: BI Nilai Kenaikan Gaji ASN dan UMP Tak Signifikan Kerek Inflasi

Dia menyoroti inflasi IHK pada November 2023 sebesar 2,86% (yoy). BI memperkirakan inflasi IHK tahun 2023 akan berada dalam kisaran 3,0±1%. Menurut Erwin, itu dipengaruhi oleh inflasi inti yang tetap rendah sebesar 1,87% (yoy).

Sementara inflasi kelompok volatile food naik menjadi 7,59% (yoy). Itu dipengaruhi oleh faktor musiman yang memengaruhi produksi beberapa komoditas hortikultura. Seperti beras dan cabai yang harganya melonjak saat ini.

"Untuk itu, Bank Indonesia akan terus mencermati sejumlah risiko yang dapat mengganggu terkendalinya inflasi, terutama yang bersumber dari harga pangan," tutup Erwin. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar