28 April 2023
20:20 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengakui, capaian realisasi investasi yang cukup tinggi belum berbanding lurus dengan kenaikan penyerapan tenaga kerja Indonesia (TKI). Hal ini dipengaruhi oleh kecenderungan investasi padat modal dan hi-tech yang masif saat ini.
“Aku akui (rasio) antara nilai investasi kita dan tenaga kerja itu enggak berbanding lurus, karena investasi kita sekarang ini bukan lagi padat karya yang banyak,” jelasnya menjawab pertanyaan wartawan, Jakarta, Jumat (28/4).
Ia mencontohkan, upaya investasi hilirisasi bauksit, nikel, hingga tembaga yang tengah digenjot saat ini menuntut untuk menggunakan oleh mesin dan teknologi canggih. Proses pengerjaan proyek ini pun yang orientasi sumber daya manusianya cukup tinggi, berada di tahap pembangunan konstruksinya saja.
Baca Juga: Tumbuh 16,5%, Indonesia Berhasil Raup Investasi Rp328,9 T
Pada kuartal I/2023 ini, Bahlil garisbawahi, investasi sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatan (Rp46,7 triliun); pertambangan (Rp33,5 triliun) dan industri kimia dan farmasi (Rp22,6 triliun) dengan kecenderungan penggunaan teknologi tinggi sudah tidak bisa diapa-apakan lagi.
“(Contoh) di Freeport, operator tambang itu tidak lagi manusia, tapi sudah pakai robot semua dan dikendalikan remote kayak mainan atau game saja. Jadi begitu canggihnya sekarang fasilitas teknologi yang ada pada (industri) pengolahan kita ini,” jelasnya.
Sebagai info, selama Januari-Maret 2023, realisasi investasi sebanyak Rp328,9 triliun telah menyerap tenaga kerja Indonesia sekitar 384.892 orang. Jika dibandingkan kuartal IV/2022, capaian serapan tenaga kerja itu naik sekitar 45.013 orang atau tumbuh 13,24% (quarter-on-quarter/qoq).
Jumlah serapan tenaga kerja lokal itu terdiri dari proyek PMDN sebanyak 219.095 orang (56,9%) dan proyek PMA sebanyak 165.797 orang (43,1%).
Lebih lanjut, dirinya juga menjelaskan, bahwa serapan tenaga kerja yang terealisasi dan sempat terekam oleh BKPM selama kuartal pertama ini hanya terbatas untuk pekerja yang langsung terdampak dengan proyek investasi.
Baca Juga: Bahlil Tak Khawatir Penurunan Investasi AS di Indonesia
Mantan Ketua HIPMI ini pun mengestimasi, bahwa sektor pekerja tidak langsung dari hasil spill over dari serapan pekerja langsung bisa mencapai empat sampai lima kali lipat. Jumlah peluang ini bisa tinggi karena dampak ikutan dari kemunculan ekosistem kerja dari sebuah realisasi proyek.
“(Seperti) yang suplai kontraktornya, suplai makannya, kemudian dari perputaran (kegiatan ekonomi) yang berdampak pada lokasi itu cukup banyak juga,” terangnya.
Meski begitu, lanjutnya, pemerintah terus berupaya keras untuk bisa memberikan peluang kerja kepada angkatan kerja di dalam negeri. Tantangan ini pun coba dipecahkan melalui maksimalisasi peluang kerja padat karya di sisi UMKM.
“Jadi kita blending ini (padat modal dan padat karya)… Kalau ada bagian pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh tenaga orang, ya tenaga orang. Jangan semua full pakai teknologi,” ungkapnya.
Serapan Pekerja Asing
Pada kesempatan yang sama, Bahlil juga menegaskan, bahwa serapan Tenaga Kerja Asing (TKA) dari hasil investasi di kuartal pertama tahun ini masih minimal. Berdasarkan datanya, jumlah pekerja asing yang terserap dari investasi hanya mencapai 5.334 orang.
Hitungan Validnews, perbandingan TKA dengan TKI pada investasi di kuartal I/2023 hanya mencapai sekitar 1,38% atau kurang dari 2%. “Jadi, (perbandingan) penciptan lapangan kerja TKA dengan TKI ya cuma 2% dari 384.892 TKI,” jelasnya.