28 April 2023
20:40 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan, dirinya tidak khawatir penurunan peringkat Amerika Serikat dalam peta penyalur investasi terbesar ke Indonesia saat ini. Sejauh ini, investor asal AS dirasa masih berkomitmen tinggi untuk menjaga investasinya di Tanah Air.
Bahlil menyebut, peringkat investasi AS di kuartal pertama tidak bisa dijadikan patokan utama. Pasalnya, masih ada sisa waktu untuk merealisasikan investasi di sisa tahun ini. Apalagi, realisasi ini terjadi karena ditengarai untuk sekadar menyempurnakan investasi yang belum selesai akhir 2022.
“(Karena investasi) yang baru-baru ini juga berjalan, dan terlalu dini untuk kita menilai apakah AS nanti di akhir tahun (bertengger) nomor 5, mungkin juga (naik) ke nomor 3 atau 4. Saya punya keyakinan, bahwa investor Amerika sekarang juga (telah) menggenjot investasinya dengan baik di Indonesia,” paparnya, Jakarta, Jumat (28/4).
BKPM mencatat, selama kuartal I/2023, Negeri Paman Sam menempati urutan ke-5 sebagai negara asal investasi ke Indonesia sebanyak US$832,1 juta. Dan menghasilkan sekitar 988 proyek di penjuru Indonesia di waktu bersamaan.
Baca Juga: Tumbuh 16,5%, Indonesia Berhasil Raup Investasi Rp328,9 T
Sebagai perbandingan, investasi AS berada di posisi ke-6 pada 2022 dengan capaian US$3,02 miliar dan 1.916 proyek. Dipantau 2017-2022, AS masuk lima besar negara asal investasi ke Indonesia pada 2021 saja, dengan realisasi investasinya US$2,5 miliar.
Meski pada akhirnya, Bahlil juga mengungkapkan, kondisi global di 2023 juga agak berat dan menantang untuk mendatangkan investasi asing. Ketegangan pun kembali muncul, karena AS menciptakan regulasi di negaranya untuk tidak memberikan insentif kepada industri pabrik baterai yang investasinya berasal dari China.
“Bahkan kemungkinan peluangnya itu semakin kecil untuk kita menggiring (mengirim) produk ke sana. Makanya kita di Indonesia harus jujur mengakui, bahwa kita mencari investasi tidak hanya dari China,” paparnya.
Baca Juga: Pemerintah Akui Realisasi Investasi dan Serapan Pekerja Tak Sebanding
Upaya diversifikasi asal investasi asing juga telah dilakukan Menteri Bahlil bersama Presiden Jokowi ke sejumlah negara, seperti Jerman, Korea Selatan, Inggris, hingga AS. Strategi ini dilakukan untuk menciptakan keseimbangan bagi semua pihak.
Dirinya mewanti, Indonesia akan terus berusaha menjaga ekosistem logistik dan rantasi pasok yang terbentuk saat ini dengan apik. Kalau tidak, Indonesia bisa masuk ke dalam pusaran masalah ekonomi baru yang berkembang, seperti yang terjadi antara AS dan China.
“Kita tidak ingin terjebak di situ. Saya ingin mengatakan, bahwa Indonesia harus menganut asas ekonomi bebas aktif, tidak cenderung ke mana, tapi kita bergaul kepada semuanya,” sebutnya.
Fokus Investasi Hilirisasi
Bahlil juga menekankan, pemerintah akan terus fokus melakukan penciptaan investasi berbasis hilirisasi pada kuartal yang tersisa di tahun ini. Apalagi, pemerintah juga sudah menghitung masak-masak total potensi investasi hilirisasi sebesar US$545,3 miliar sampai 2040.
“Hilirisasi adalah kunci untuk bagaimana pertumbuhan ekonomi nasional kita bisa menjadi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, menciptakan nilai tambah, upah/gaji yang meningkat, pendapatan perkapita kita juga naik, serta mempunyai daya saing yang tinggi,” urainya.
Kepala BKPM menyebut, upaya ini menjadi salah satu syarat mutlak untuk membuat Indonesia masuk jajaran lima besar negara dengan PDB tertinggi di dunia. Sekaligus untuk mendongkrak pendapatan perkapita nasional dari kisaran US$4.700 menjadi US$10.000.
Indonesia pun begitu bernafsu untuk bisa melangkahi PDB India yang sudah masuk kategori tinggi, meskipun pendapatan perkapitanya masih di bawah US$3.000.
“Nah kita harus lebih cepat dari itu. Hampir semua negara di dunia, hilirisasi adalah instrumen negara berkembang menjadi negara maju. Jadi, saya fokus di situ, sambil yang lainnya juga jalan,” sebutnya.