17 Oktober 2024
19:41 WIB
Mirae Asset: 4 Sektor Cuan Di Tengah Suku Bunga Turun Dan Inflasi Stabil
Mirae Asset mengatakan, terdapat beberapa sektor yang diuntungkan dari kondisi ini. Apa saja?
Penulis: Fitriana Monica Sari
Pekerja melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (12/6/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni
JAKARTA - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan konsumsi domestik Indonesia ke depan akan membaik. Hal ini didorong oleh perbaikan daya beli seiring inflasi yang terkendali.
Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto mengatakan, dengan inflasi yang stabil, maka ruang bagi penurunan suku bunga pun diramal akan cukup terbuka.
Dia menuturkan, terdapat beberapa sektor yang diuntungkan dari kondisi ini, di antaranya perbankan, barang konsumsi, industri farmasi, dan telekomunikasi.
"Keberhasilan dalam mengendalikan inflasi memberikan dampak positif terhadap daya beli masyarakat, yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang stabil dan membaik ke angka 124,4 pada Agustus," kata Rully dalam acara Media Day: October 2024 di Jakarta, Kamis (17/10).
Dia menambahkan, peningkatan indeks penjualan ritel yang tumbuh 5,8% secara tahunan (year on year/yoy) di bulan yang sama, juga memperkuat harapan akan keberlanjutan tren konsumsi.
Baca Juga: IHSG Kamis (17/10) Diramal Bergerak Melemah Terbatas
Menurut Rully, kebijakan moneter sendiri sudah mulai melonggar pada bulan September 2024 lalu. Hal ini ditandai dengan penurunan suku bunga BI rate sebesar 25 basis poin (bps).
Meski demikian, BI masih melihat adanya risiko volatilitas pasar, sehingga pada RDG bulan ini, BI memutuskan untuk menahan BI-rate.
Dengan asumsi bahwa Rupiah akan menguat dalam jangka menengah, dia menilai masih terdapat ruang penurunan suku bunga lebih lanjut.
Dengan suku bunga yang lebih rendah, lanjutnya, biaya pinjaman juga akan turun, memacu belanja konsumen dan investasi.
Baca Juga: IHSG Rabu (16/10) Menguat Jelang Hasil RDG BI
Momentum perbaikan ekonomi domestik dan kebijakan moneter yang akomodatif diyakini dapat menghadapi tantangan dari faktor makroekonomi global.
"Dalam kondisi ini, investor cenderung beralih ke aset safe haven untuk menjaga portofolio mereka. Namun, kami optimistis pasar modal Indonesia mampu menjaga stabilitas meski di tengah tantangan global," ujar Rully.
Masih Dipengaruhi Global
Masih dalam kesempatan yang sama, Rully juga menekankan bahwa pandangan pasar ke depan akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga dan pertumbuhan ekonomi global.
Penurunan suku bunga di dalam negeri memberikan ruang bagi pasar modal untuk menguat lebih lanjut.
Namun, dia mengingatkan bahwa kebijakan suku bunga The Fed akan memengaruhi dinamika pasar global dan Indonesia.
"Kebijakan suku bunga dan pertumbuhan ekonomi global akan menjadi faktor kunci bagi prospek pasar modal Indonesia. Dengan inflasi terkendali, dan tentu saja disertai dengan nilai tukar yang stabil, sehingga ruang penurunan suku bunga BI lebih terbuka, kami optimistis terhadap fundamental ekonomi dan juga pasar modal Indonesia," pungkasnya.