c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

16 Agustus 2023

20:45 WIB

Menkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2024 5,2% Realistis-Optimistis

Target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada RAPBN 2024 sudah mengantisipasi berbagai gejolak ekonomi dunia yang berkelanjutan.

Penulis: Khairul Kahfi

Menkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2024 5,2% Realistis-Optimistis
Menkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2024 5,2% Realistis-Optimistis
Menkeu Sri Mulyani (tengah) melambaikan tangan ke arah wartawan seusai menyampaikan konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan 2024 di Jakarta, Rabu (16/8/2023). Antara Foto/Sigid Kurniawan

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada RAPBN 2024 sudah mengantisipasi berbagai gejolak ekonomi dunia yang berkelanjutan. Adapun pemerintah memprediksi, kenaikan suku bunga drastis di sejumlah negara utama dampaknya akan makin terasa dalam 1-2 mendatang. 

“Kondisi dunia dengan kenaikan suku bunga higher, faster, bahkan longer ini baru memberikan pengaruh terhadap kinerja negara-negara seperti Amerika Serikat dan Eropa dalam jangka 1-2 tahun ke depan. Karena itu kita mengantisipasi dari sisi itu,” sebutnya dalam Konpers RAPBN dan Nota Keuangan 2024, Jakarta, Rabu (16/8).

Selanjutnya, gejolak geopolitik yang meningkat juga memberikan tekanan pertumbuhan ekonomi. Apalagi Menkeu begitu menyoroti, langkah politik yang dilakukan AS terhadap China memberikan tekanan lainnya. 

Di samping itu, saat ini ekonomi domestik China menunjukkan tanda-tanda pelemahan yang secara langsung berdampak pada Indonesia. “Ini akan mejadi salah satu faktor yang kita lihat sebagai faktor downside risk untuk growth (ekonomi) 2024, terutama dari sisi eksternal ekspor,” paparnya. 

Baca Juga: Jadi 5,2%, Target Pertumbuhan Ekonomi 2024 Lebih Rendah Dibanding 2023

Dirinya pun menyampaikan, risiko itu sudah mulai tercium dari kontribusi ekspor terhadap perekonomian di kuartal II/2023 yang mengalami pertumbuhan -2,75% (yoy) dengan distribusi terhadap PDB sebesar 20,25%. Padahal, pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua sebesar 5,17% (yoy) berhasil mematahkan ekspektasi pasar. 

“Kontribusi ekspor juga sudah menurun, karena lingkungan eksternal sudah mulai menujukan pelemahan,” terangnya.

Dirinya pun berharap, target pertumbuhan di kisaran 5,2% tetap dapat merefleksikan optimisme perekonomian, kendati di saat yang sama tetap waspada dengan dinamika global.

Untuk mengompensasi hal tersebut, pemerintah berupaya untuk tetap menjaga kondusivitas kekuatan sektor konsumsi domestik. Karenanya, sepanjang tahun, pemerintah terus meluncurkan beragam program untuk menjaga harga stabil dan inflasi menurun, sehingga daya beli bisa terus terjaga. 

Selanjutnya, pemerintah juga menargetkan transfer langsung kepada rumah tangga paling rentan untuk menjaga daya belinya. Adapun pemerintah menganggarkan perlindungan sosial sebesar Rp493,5 triliun dalam RAPBN 2024.

Pemerintah juga terus mengupayakaan penciptaan kesempatan kerja dengan kehadiran melaui investasi ke depannya. Sepemantauannya, saat ini Indonesia berhasil menciptakan lapangan kerja dan kesejahteraan, terlihat dari peneriman PPh 21 sebesar Rp124,67 triliun atau tumbuh 18,09% (yoy) hingga Juli 2023.

“Nah ini yang akan mendukung pertumbuhan konsumsi yang lebih sustainable, domestic demand tentu akan lebih bisa menjaga (perekonomian Indonesia 2024),” ujarnya.

Baca Juga: Tumbuh 5,71%, Menkeu: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Keren Abis!

Meski begitu, Menkeu juga akan terus memacu realisasi investasi di tahun depan untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tanpa menambah modal yang lebih besar. Optimalisasinya akan ditempuh melalui efisiensi dan efektivitas modal yang tergambar dalam rasio ICOR yang hari ini masih terbilang tinggi. 

Utamanya melalui reformasi struktural, terjaganya iklim investasi, pelaksanaan UU Ciptaker, hingga pembangunan infrastruktur. Menkeu optimistis, kesemua ini akan meningkatakkan mobilitas dan menjamin efektivitas biaya, sehingga bisa meningkatakan produktivitas.

“Supaya dengan capital (modal) yang sama kita bisa generate growth yang lebih tinggi, hanya bisa terjadi kalau produktivitas naik,” terangnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar