22 September 2022
20:00 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Dian Kusumo Hapsari
JAKARTA - Ada yang sudah mulai berinvestasi, namun masih kebingungan untuk memulai dari mana karena masih awam.
Keadaannya makin sulit, jika si pemula dihadapkan untuk mulai merencanakan investasi dengan harga beli rendah, dan berharap dapat menjualnya dengan harga jual yang tinggi.
Padahal, untuk menjalankan strategi investasi tersebut dibutuhkan dedikasi waktu, pikiran, bahkan tenaga yang intens untuk menganalisis tren pasar, situasi ekonomi dan seterusnya. Bisa-bisa tahapan ini malah membuat investor semakin menunda untuk memulai berinvestasi, bahkan ada kecenderungan untuk tidak memulai karena begitu ‘menakutkan’.
Singkatnya, aktivitas berinvestasi yang begitu njelimet itu lebih cocok diperagakan oleh investor yang sudah mengenal seluk-beluk rimba investasi. Jika demikian, adakah startegi investasi yang dapat dijalankan oleh investor pemula? Jawabannya ada, salah satunya yaitu menggunakan strategi Dollar Cost Average(DCA).
Apa itu DCA (Dollar Cost Average)?
Mengutip Investopedia, rata-rata biaya dolar atau DCA merupakan praktik menginvestasikan jumlah uang yang sama secara sistematis secara berkala, terlepas dari harga sekuritas.
Sebagai contoh saham, DCA disinyalir dapat mengurangi dampak keseluruhan dari volatilitas harga dan menurunkan biaya rata-rata per saham. Dengan membeli secara teratur di pasar naik dan turun, investor membeli lebih banyak saham dengan harga lebih rendah dan lebih sedikit saham dengan harga lebih tinggi.
Strategi investasi DCA dapat digunakan oleh investor mana pun yang ingin memanfaatkannya, mencakup biaya rata-rata yang berpotensi lebih rendah, dan investasi otomatis dalam interval waktu yang teratur. Terpenting, metode yang sama dapat membebaskan investor dari stres karena terpaku membuat keputusan pembelian di bawah tekanan ketika pasar bergejolak.
Rata-rata biaya dolar mungkin sangat berguna bagi investor pemula yang belum memiliki pengalaman atau keahlian untuk menilai saat yang paling tepat untuk membeli.
Baca juga: Tips Terhindar Dari Investasi Bodong
Ini juga bisa menjadi strategi yang andal bagi investor jangka panjang yang berkomitmen untuk berinvestasi secara teratur, tetapi tidak memiliki waktu atau kecenderungan mengamati pasar dan mengatur waktu pesanan mereka.
DCA juga bertujuan untuk mencegah investasi lump sum yang tidak tepat waktu dengan harga yang berpotensi lebih tinggi.
Sebagai selingan, investasi lump sum adalah strategi investasi dengan menyetor sejumlah dana besar di awal investasi dan membiarkan uang investasi tersebut bergerak naik-turun mengikuti perkembangan pasar, tanpa melakukan tambahan investasi (top up) sampai investor memutuskan untuk mencairkannya.
Lebih luas, stockbit menyebut, penggunaan strategi investasi DCA tidak hanya terbatas pada instrumen investasi saham saja. Investor bisa memanfaatkan metode ini untuk instrumen investasi emas dan reksadana.
Keuntungan DCA
Dengan semua hal yang disapaikan di atas, OCBC NISPmerangkum beberapa hal yang merupakan keuntungan penerapan DCA oleh investor, yakni:
Baca juga: Sebelum Memahami, Jangan Buru-Buru Berinvestasi
Kekurangan DCA
Selain beberapa kelebihan di atas, strategi DCA rupanya juga memiliki kekurangan, berikut di antaranya:
Return atau Laba yang Didapat Kecil
Dibandingkan dengan investasi dengan modal besar di satu waktu, DCA memberikan return yang kecil. Selain itu, kondisi pasar cenderung bergerak ke atas. Oleh karena itu, jika dalam jangka panjang, metode lump sumdapat memberikan tingkat keuntungan lebih tinggi.
Baca juga: 4 Macam Profil Risiko Investasi, Kamu yang Mana?
Tips Melakukan DCA
Jika anda tertarik menggunakan metode ini untuk melakukan investasi, tips dan panduan berikut akan membantu:
1 Beli Di Harga Yang Sama
Jangan berpatokan dengan jumlah lot saham atau unit instrumen yang anda beli. Tapi fokuskan pada bujet yang anda keluarkan ketika melakukan investasi. Jika harga saham sedang rendah, investor tentu akan mendapatkan jumlah lot atau unit investasi yang besar dibandingkan ketika harganya tinggi.
Hal seperti ini tak masalah, menurut pakar, asalkan kamu melakukannya secara terus-menerus, risiko kerugian akan kecil.
2 Komitmen Berinvetasi Terus-Menerus
Tips selanjutnya adalah melakukannya secara terus-menerus, tanpa berhenti. Anda dapat mengalokasikan dana setiap minggu, bulan atau periode lainnya untuk melakukan pembelian saham atau instrumen investasi lainnya
3 Pilih Saham Dari Perusahaan Berfundamental Bagus
Khusus untuk saham, investor dianjurkan untuk selalu membeli saham dari perusahaan yang benar-benar tepercaya. Investor memang tak diharuskan membaca situasi ekonomi dan pergerakan pasar, namun usahakan melakukan review singkat pada perusahaan yang ingin dibeli sahamnya. Misalnya, dengan memilih saham yang produknya sering dijumpai di pasaran seperti Telkom, BCA, Unilever, Mayora atau emiten lainnya.
— Pertimbangan Khusus
Investopedia menggarisbawahi dan penting untuk investor catat, bahwa rata-rata strategi biaya dolar bekerja dengan baik sebagai metode untuk berinvestasi selama periode waktu tertentu ketika harga berfluktuasi naik dan turun.
Adapun jika harga naik terus-menerus, investor yang menggunakan DCA akhirnya membeli lebih sedikit unit investasi. Tetapi jika menurun terus-menerus, mereka dapat terus membeli ketika mereka seharusnya berada di sela-sela (sidelines).
Jadi, strategi tersebut tidak dapat melindungi investor dari risiko penurunan harga pasar. Seperti pandangan banyak investor jangka panjang, strategi ini mengasumsikan bahwa harga, meskipun terkadang turun, pada akhirnya akan naik.
Menggunakan strategi ini misal untuk membeli saham individu tanpa meneliti detail perusahaan dapat terbukti merugikan juga. Itu karena seorang investor mungkin terus membeli lebih banyak saham ketika mereka sebaliknya berhenti membeli atau keluar dari posisinya.
Untuk investor yang kurang informasi, strategi ini jauh lebih berisiko bila digunakan untuk membeli reksadana indeks daripada saham individu.
Investor yang menggunakan strategi DCA, umumnya akan menurunkan basis biaya mereka dalam investasi dari waktu ke waktu.
Basis biaya yang lebih rendah akan menyebabkan lebih sedikit kerugian pada investasi yang menurunkan harga, dan menghasilkan keuntungan yang lebih besar pada investasi yang menaikkan harga.