07 Maret 2023
15:22 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menegaskan, Indonesia akan segera punya bursa komoditas kelapa sawit tahun ini. Dia mematok paling lambat bursa sawit tersebut hadir pada Juli 2023.
Keberadaan bursa sawit ini untuk melengkapi bursa komoditas lain yang sudah ada lebih dulu. Lebih lanjut, Mendag menekankan, keberadaan bursa sawit juga dapat membuat Indonesia mandiri dan tidak mengekor lagi harga sawit yang dipatok pihak luar.
"(Bursa) komoditi lain kan sudah ada, cuma (bursa) sawit belum ada. Saya ditegur terus sama Pak Presiden dan Pak Luhut, kok kita mengandalkan (harga sawit) Malaysia, kita kan (produksi) banyak sawitnya," jelasnya dalam agenda Bulan Literasi PBK 2023, Jakarta, Selasa (7/3).
CPOPC memproyeksi, produksi minyak sawit (CPO) di dunia pada periode 2022/23 sebanyak 79,16 juta metrik ton. Dari jumlah itu, Indonesia berkontribusi sekitar 58% atau setara 46,5 juta metrik ton.
Secara keseluruhan, sumbangan produksi minyak sawit Nusantara berkontribusi hingga 24,12% dibandingkan dengan total pasokan minyak nabati utama lainnya. Sebagai informasi, biji bunga matahari menyumbang 20,14 juta metrik ton pada total pasokan minyak nabati dunia. Selanjutnya, rapeseed 31,53 juta metrik ton dan kedelai 61,9 juta metrik ton.
Baca Juga: Legislator Minta Porsi Anggaran Replanting Sawit Ditambah
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko menyampaikan, pembentukan harga acuan komoditi sawit sesuai dengan arahan Mendag dalam Raker Bappebti Januari lalu. Indonesia berpotensi memiliki bursa yang dapat mengatur harga acuan komoditas, karena merupakan negara utama penghasil komoditas unggulan seperti CPO, karet dan timah.
“Untuk mewujudkan ini, maka komoditasnya harus ditransaksi di bursa berjangka, sehingga akan menghasilkan tata kelola perdagangan yang fair dan transparan,” jelas Didid.
Saat ini, Indonesia memiliki dua bursa berjangka komoditas yakni PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ/JFX) dan PT Bursa Komoditi Derivatif Indonesia (BKDI/ICDX). Nantinya, salah satu atau kedua perusahaan bursa tersebut yang akan mendapatkan mandat untuk bisa memasukkan komoditas CPO ke dalam bursa berjangka.
Bappebti sendiri akan membuat kebijakan untuk mendorong CPO ekspor masuk ke bursa terlebih dulu. Masuknya kelapa sawit ke dalam bursa akan mempertemukan banyak penjual dengan banyak pembeli (many to many).
“Sehingga diharapkan harganya terbentuk secara transparan atau price discovery, nah kalau sudah terbentuk itu baru kita (bisa) jadikan price reference (CPO),” terangnya.
Pada gilirannya, referensi harga itu dapat berguna untuk menentukan besaran pajak ekspor, acuan harga tandan buah segar (TBS) dan lain sebagainya. Dinamika yang terjadi ini juga nantinya akan memperbarui skema penentuan harga CPO di dalam negeri, yang hari ini masih mengacu pada ketentuan di luar negeri.
Baca Juga: Kemendag Blokir 1.222 Website PBK Ilegal Selama 2021
Didid menjelaskan, saat ini harga ekspor CPO Indonesia mengacu diambil dari 20% dari bursa Rotterdam, 20% bursa Malaysia (Malaysia Derivatives Exchange/MDEX), dan 60% sisanya berasal dari ICDX.
“(Meski begitu), yang 60% itu volumenya terlalu kecil sehingga tidak menggambarkan harga yang sebenarnya terbentuk,” sebutnya.
Didid kembali menekankan, keberadaan price discovery CPO akan membuat Indonesia untuk mempunyai harga referensi dan acuan untuk semua pihak, yang perubahannya bisa disesuaikan secara harian atau mingguan. Karena, price discovery bergantung pada dinamika skema many to many di atas.
Lewat keberadaan bursa sawit, Didid optimistis, Indonesia dapat mendapat sejumlah keuntungan bagi semua pihak karena harga komoditas di pasar yang wajar. Mulai dari petani, pedagang, dan pengusaha, bahkan dari sisi penerimaan pajak.
Namun, mewujudkan bursa komoditas yang mampu menghasilkan price reference tidak mudah, karena itu dirinya meminta semua pihak dan pelaku usaha dapat bersinergi mewujudkan rencana ini di 2023.
“Setidaknya di Juni 2023, kami sudah berencana memasukkan CPO ke dalam bursa komoditi, dan diharapkan pada dua bulan berikutnya ada price discovery, sehingga pada akhir tahun akan ada price reference untuk CPO,” terangnya.