13 September 2023
19:04 WIB
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi menyampaikan, ada enam provinsi utama dan empat provinsi pendukung yang menjadi daerah penyiapan lahan penanaman padi selama periode Agustus hingga Oktober 2023. Dari wilayah ini, diharapkan nantinya bisa memenuhi stok produksi beras nasional.
“Bisa (menghasilkan) 3 juta ton gabah. Ini setara dengan 1,5 juta ton beras,” ujar Suwandi saat ditemui di Kawasan DPR RI, Rabu (13/9).
Dari penanaman ini, rencananya padi akan dipanen pada November hingga Desember, atau paling lambat Januari. Adapun enam provinsi utama yang dimaksud terdiri dari Sumatra (19 kabupaten) dengan luas lahan 57.997 ha, Sumatra Selatan (7 kabupaten) seluas 103.672 ha, Jawa Barat (14 kabupaten) seluas 61.075 ha, Jawa Timur (11 kabupaten) seluas 53.458 ha, Jawa Tengah (14 kabupaten) seluas 45.339 ha, dan Sulawesi Selatan (11 kabupaten) seluas 32.503 ha.
Baca Juga: Pemerintah Kirim Beras Operasi Pasar Di Pasar Induk Cipinang 3.000 Ton
Kemudian untuk empat provinsi pendukung antara lain yaitu, Lampung (7 kabupaten) seluas 26.626 ha, Banten (4 kabupaten) seluas 36.016 ha, Kalimantan Selatan (11 kabupaten) seluas 62.872 ha, dan Nusa Tenggara Barat (8 kabupaten) seluas 21.159 ha.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin menyampaikan, berdasarkan data BPS, luas panen padi di September 2023 akan mencapai 832 ribu ha dan Oktober 753 ribu ha. Sementara secara kumulatif, produksi padi periode Januari-Oktober 2023 diperkirakan akan mencapai 27,88 juta ton dengan konsumsi sebanyak 25,44 juta ton.
Syahrul pun meyakini neraca beras masih surplus 2,44 juta ton. Namun, pihaknya sudah memperkirakan akan adanya gangguan produksi beras sekitar 380 ribu ton hingga 1,2 juta ton akibat adanya fenomena El Nino.
Baca Juga: Jokowi Pastikan Bulog Guyur Beras Secara Masif Lewat Operasi Pasar
Walau demikian, Syahrul tetap optimis bahwa fenomena El Nino saat ini tidak akan berdampak secara signifikan pada wilayah yang mengalami serangan puso.
“Rata-rata (puso) tidak ada yang lebih dari ratusan hektare. Paling hanya 8 sampai 10 hektare, dan itu normatif saja dalam kondisi kekeringan seperti saat ini,” ucap Syahrul.
Untuk 2024, Limpo menargetkan produksi padi sebanyak 55,42 juta ton. Menurut Suwandi, target tersebut akan dikejar dengan peningkatan indeks tanam atau IP.
“Nambah luas tanam itu dengan cara meningkatkan indeks tanam. Nah yang IP itu, jadi lahannya tetap, tapi pertanamannya nambah. Ada yang IP 400 sudah ada 150.000 ha. Ada yang naik IP-nya jadi 300, yang selama ini IP 100-200,” jelas Suwandi.