27 Juni 2023
08:00 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu menjamin dinamika perdagangan internasional tidak akan berdampak besar pada keseimbangan keuangan negara. Hal ini bisa terjadi lantaran pemerintah sudah jauh-jauh hari mendesain APBN 2023 dengan berbagai skema antisipatif.
Secara khusus, antisipasi tersebut berupa harga komoditas utama Indonesia yang trennnya tak akan setinggi di tahun 2022. “Nah, dengan demikian desain APBN kita memang sudah mengantisipasi potensi dinamika tersebut,” katanya dalam APBN Kita Edisi Juni 2023, Jakarta, Senin (26/6).
Meski begitu, Febrio menggarisbawahi, Indonesia cukup berhasil menjaga kinerja perdagangan internasionalnya lebih baik dibandingkan yang Kemenkeu antisipasi. Saat ini, Indonesia telah berhasil menjaga tren surplus neraca dagang selama 37 bulan terakhir.
Pemerintah meyakini, capaian ini bakal menjadi modal berharga untuk menjaga stabilitas makro, khususnya menjaga stabilitas kurs. Di sisi lain, capaian ini juga menjadi cerminan kebijakan pemerintah yang semakin kuat dalam mendorong upaya hilirisasi bahan mentah nasional.
Pemerintah mengklaim, saat ini Indonesia telah menghasilkan nilai tambah yang semakin besar di dalam negeri. “Sehingga kita malah menghasilkan nilai ekspor yang lebih tinggi, kalau dibandingkan tadinya tidak ada hilirisasi,” ujarnya.
Pada gilirannya, capaian ini telah menjadi daya dukung bagi perekonomian nasional, sekaligus arah stabilisasi perekonomian Indonesia terhadap sisi eksternalnya.
Ke depan, pemerintah tentu akan terus melakukan upaya antisipasi di tengah risiko perekonomian yang masih tetap ada dan dinamis.
Pertama, pemerintah berkomitmen akan tetap melakukan arah kebijakan yang konsisten. Kedua, pemerintah juga akan terus mendorong peluang maupun potensi ekspor di pasar atau perekonomian yang masih tumbuh positif yang cukup tinggi di tingkat dunia.
“Contohnya, bagaimana kita mendorong ekspor kita (dengan) semakin menjajaki dan menikmati pertumbuhan ekonomi dari India, juga beberapa negara lain yang bisa kita lihat arah ekspor kita malah semakin baik,” urainya.
BKF Kemenkeu menyampaikan, secara nominal, total pertumbuhan ekspor hingga Mei 2023 mengalami pertumbuhan minus 6,7%. Akan tetapi, secara volume, total pertumbuhan ekspor pada waktu yang sama masih cukup kuat di kisaran 17,9%.
“Ini harapannya akan terus memberikan dorongan untuk aktivitas perekonomian domestik yang menghasilkan barang-barang yang diekspor tersebut,” jabarnya.
Sebelumnya, Kemenkeu menilai, capaian perdagangan internasional Indonesia pada Mei 2023 menunjukkan kinerja positif dan cenderung menunjukkan resiliensi ekonomi. Ekspor Indonesia yang mencapai US$21,72 miliar atau tumbuh 0,96% (yoy), kembali menguat setelah sempat tertahan pada bulan sebelumnya.
Secara sektoral, menguatnya ekspor terutama didorong oleh sektor pertanian dan manufaktur, yang tumbuh masing-masing sebesar 32,38% (yoy) dan 10,34% (yoy). Secara kumulatif, selama Januari-Mei 2023, nilai ekspor Indonesia mencapai US$108,06 miliar.
Dalam paparan, Menkeu Sri Mulyani menegaskan, proyeksi pertumbuhan dari perdagangan internasional masih menunjukkan perlemahan yang signifikan. IMF memproyeksi pertumbuhan volume perdagangan global pada 2023 di kisaran 2,4% (yoy) serta pada 2024 sedikit meningkat dan membaik di kisaran 3,5% (yoy).
“Ini (pertumbuhan perdagangan global 2023) jauh melemah dibandingkan tahun lalu yang 5,1% (yoy) atau tahun 2021 yang tumbuhnya 10,6% (yoy),” terang Menkeu.