09 Januari 2024
17:39 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengakui meski tekanan di pasar keuangan pada akhir 2023 mereda, namun pihaknya tetap mewaspadai beberapa faktor risiko yang saat ini dihadapi dan berpotensi akan berlanjut di tahun 2024.
Sebagai langkah antisipasi, OJK pun telah menjalankan beberapa strategi mitigasi risiko. Diharapkan strategi tersebut dapat menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia.
"Dalam menghadapi situasi ini, kami menerapkan langkah-langkah kebijakan yang telah disampaikan. Beberapa strategi mitigasi risiko yang komprehensif, termasuk kebijakan pengawasan yang intensif dan berkelanjutan yang diharapkan mampu menjaga stabilitas sistem keuangan," kata Mahendra dalam konferensi pers, Selasa (9/1).
OJK juga meminta lembaga jasa keuangan untuk terus memperhatikan aspek kehati-hatian, profesionalisme, inovatif, dan selalu menjaga integritas. Langkah penegakan hukum juga akan terus diperkuat demi menjaga kepercayaan masyarakat.
Baca Juga: RI Dibayangi 5 Gejolak Global, Bos OJK: Sudah Ada Mitigasi Risiko
Sebagai regulator, OJK meminta lembaga jasa keuangan untuk melakukan stress test secara berkala guna mengukur ketahanan permodalan dan likuiditas dalam berbagai skenario.
OJK, lanjut Mahendra, juga memperkuat tata kelola dan manajemen risiko serta penataan bidang-bidang sektor jasa keuangan melalui penyempurnaan ketentuan dan penerbitan berbagai roadmap serta transformasi digital.
Berikutnya, OJK terus mendorong pertumbuhan kredit, pembiayaan, dan inklusi keuangan dengan memfokuskan pada penyaluran kredit dan pembiayaan yang berkelanjutan dan inovatif termasuk untuk UMKM dan kredit konsumsi sebagai respons terhadap kondisi ekonomi yang dinamis.
"Itu secara umum. Sedangkan rinciannya, mungkin nanti pada gilirannya kami sampaikan pada kesempatan pertama saat pertemuan tahunan di industri jasa keuangan," imbuh Mahendra.
Potensi Gejolak Global
Pada kesempatan yang sama, Mahendra menyampaikan, sejumlah faktor risiko yang saat ini dihadapi dan berpotensi akan berlanjut pada 2024.
Salah satunya adalah kondisi suku bunga yang masih di level yang tinggi. Walaupun memang diproyeksikan tidak akan naik lagi, bahkan diperkirakan akan turun pada 2024 ini, tapi pihaknya tetap waspada.
Berikutnya, perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Seluruh proyeksi dari lembaga multilateral maupun berbagai badan dan analis menunjukkan bahwa pertumbuhan di tahun 2024 ini akan lebih rendah daripada tahun 2023, terutama karena pertumbuhan di Tiongkok dan negara-negara Eropa yang melambat.
Risiko eskalasi geopolitik yang berpotensi menekan kinerja perekonomian global lebih lanjut juga menjadi risiko bagi pasar keuangan. Pasalnya, eskalasi geopolitik bisa meningkatkan volatilitas pasar keuangan.
Baca Juga: Menkeu: Fragmentasi Bikin Ekonomi Dunia Makin Kompleks
Dalam berbagai assessment, pada tahun 2024 ini secara bersamaan negara-negara yang merepresentasikan lebih besar dari 50% populasi dunia, akan menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu).
Hal ini, menurutnya, dapat mempengaruhi juga stabilitas geopolitik. Beberapa negara yang akan melakukan pemilu tersebut di antaranya Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Rusia, India, dan tentunya Indonesia.
"Berdasarkan hal tadi, kami berpandangan yang juga telah disampaikan, tetap optimis bahwa sektor jasa keuangan dapat menghadapinya karena kondisi sektor jasa keuangan sampai pada akhir tahun 2023 dan kami perkirakan akan terus berlanjut di tahun 2024 ini terjaga stabil yang didukung oleh permodalan yang solid," ujar Mahendra.
OJK juga telah menyampaikan kondisi di perbankan, pasar modal, asuransi, pembiayaan, dan industri lainnya. Hasilnya, stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga baik.
"Oleh karena itu, optimisme tadi dilandaskan pada kapasitas yang lebih baik dari sektor jasa keuangan kita dalam menyerap risiko-risiko yang kami sudah sampaikan tadi," pungkas Mahendra.