c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

09 Januari 2023

10:21 WIB

Fed Diprediksi Naikkan Suku Bunga Hingga 5,5%

Sebelumnya BI memperkirakan suku bunga acuan The Fed akan mencapai puncak sebesar 5% pada kuartal I 2023, tapi dengan risiko yang lebih tinggi, suku bunga bisa meningkat

Editor: Fin Harini

Fed Diprediksi Naikkan Suku Bunga Hingga 5,5%
Fed Diprediksi Naikkan Suku Bunga Hingga 5,5%
Ilustrasi Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyampaikan konfe ensi pers di Washington, Amerika Serikat. Antara Foto/Reuters/Elizabeth Frantz

NEW YORK - CEO Citigroup Jane Fraser memprediksi Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, akan menaikkan suku bunga menjadi sedikit di bawah 5,5% pada bulan Mei. Resesi ekonomi diperkirakan mengikuti, kemungkinan terjadi pada paruh kedua tahun 2023.

Dikutip dari Nikkei Asia, Senin (9/1) Fraser mengatakan bahwa sementara inflasi AS secara keseluruhan telah mencapai puncaknya, inflasi jasa terus bertahan dengan menyakitkan.

"Kami melihat The Fed meningkatkan tingkat terminalnya menjadi hanya di bawah 5,5% pada Mei mendatang dan mempertahankan tingkat itu hingga akhir tahun depan," katanya dalam wawancara yang dilakukan pada bulan Desember.

Anggota Komite Pasar Terbuka Federal mengantisipasi suku bunga yang memuncak pada 5,1% pada tahun 2023, berdasarkan perkiraan rata-rata.

"Saya pikir resesi kemungkinan akan terjadi di AS pada paruh kedua tahun 2023," kata Fraser.

Baca Juga: Tren Konsumsi Di Tengah Ancaman Resesi 2023, Ini Proyeksi DBS

Laju kenaikan suku bunga AS yang cepat sejak tahun lalu telah memperlambat pasar keuangan, dengan laba bersih Citigroup turun 34% tahun ini untuk periode Januari-September.

"Tidak ada bagian industri yang merasakan dampak lingkungan makro lebih dari perbankan investasi," kata Fraser. "Lingkungan kesepakatan yang macet membuat 2022 menjadi tahun yang sulit secara keseluruhan."

Sementara itu, pinjaman dan saldo pendapatan bunga meningkat di AS karena pengeluaran dan pinjaman menjadi normal.

Mengenai stabilitas sistem keuangan, Fraser mengatakan sebagai sebuah industri, ia meyakini posisi sistem keuangan jauh lebih baik, memiliki modal yang baik, dan lebih tangguh dibandingkan tahun 2008.

Rupiah Tetap Kuat
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan suku bunga acuan The Fed akan mencapai puncak sebesar 5% pada kuartal I 2023, tapi dengan risiko yang lebih tinggi, suku bunga acuan The Fed bisa mencapai 5,25% - 6%.

“Peningkatan suku bunga The Fed akan bertahan sepanjang 2023. Untuk baseline dengan puncak suku bunga The Fed sebesar 5%, paling cepat turun menjadi 4,75% pada akhir 2023,” kata Perry dalam webinar Proyeksi Ekonomi Indonesia di Jakarta, Senin (5/12/2022).

Dengan peningkatan suku bunga acuan The Fed, ia memperkirakan penguatan mata uang dolar AS akan berlanjut pada 2023 sehingga memberi tekanan terhadap nilai mata uang hampir seluruh negara di dunia, termasuk rupiah.

“Dolar pernah mencapai 114 indeksnya terhadap mata uang asing, menguat kurang lebih sebesar 25% (yoy), beberapa minggu ini mulai melemah indeks dolar sekitar 106,” katanya.

Baca Juga: The Fed Akan Tetap Agresif, Lanjutkan Suku Bunga Tinggi Tekan Inflasi

Ke depan penguatan dolar AS akan bergantung pada inflasi, kenaikan suku bunga The Fed, dan bagaimana The Fed akan menyeimbangkan kenaikan suku bunga acuan dengan risiko resesi.

Hanya saja menurut Perry nilai tukar rupiah akan tetap kuat pada 2023 didukung oleh perekonomian nasional yang tetap tumbuh sekitar 4,7 sampai 5,3%.

Sepanjang 2022, Bank Indonesia juga telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga nilai tukar rupiah untuk menahan imported inflation sehingga depresiasi nilai tukar rupiah hanya mencapai sekitar 9%.

“Ini lebih rendah dari penguatan dolar AS yang rata-rata hampir mencapai 20%. Ini hasil dari sinergi fiskal dan moneter untuk mengendalikan inflasi dari gejolak harga inflasi pangan dan global,” ucapnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar