08 November 2023
08:00 WIB
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
JAKARTA - Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) khawatir jika penurunan laju ekonomi Indonesia bakal terbawa ke kuartal IV/2023 dan membuat kondisi ekonomi politik RI menjadi gawat.
Pasalnya, laju perekonomian Indonesia pada kuartal III/2023 berada di bawah level 5%, yakni hanya tumbuh sebesar 4,94% (yoy). INDEF menilai kinerja ekonomi perlu mendapat perhatian serius, seiring dimulainya kontestasi politik Pemilu 2024.
INDEF juga meminta agar 3 pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden menjawab tantangan ekonomi saat ini. Caranya, dengan solusi yang mereka tawarkan melalui agenda ekonomi 5 tahun mendatang.
"Ketidakpastian ekonomi masih akan membayangi kinerja ekonomi di triwulan IV/2023, sehingga risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi masih mungkin berlanjut," tulis dokumen INDEF, Selasa (7/11).
Untuk itu, INDEF menyebutkan ada 3 langkah prioritas guna meredam kegawatan ekonomi politik pada kuartal IV/2023. Pertama, mempertahankan daya beli masyarakat.
Baca Juga: Ekonom: Transformasi Struktural Kunci Ekonomi Tumbuh Di Atas 5%
Caranya, pemerintah perlu memanfaatkan momen Natal dan tahun baru (Nataru), tidak mengerek harga BBM subsidi, serta reformasi bantuan sosial (bansos).
"Bantuan sosial perlu dilakukan reformasi total agar jumlah penerima dikurangi dengan data terbaru dan menambah belanja sosial untuk 10% masyarakat terbawah," terang INDEF.
Selain itu, belanja pemilu juga perlu dioptimalkan. Hal itu bertujuan mendorong konsumsi masyarakat dan sektor-sektor terkait, seperti industri makanan dan minuman, industri kertas dan barang dari kertas.
Kemudian industri percetakan dan reproduksi media rekaman, sektor transportasi dan pergudangan. Kemudian, penyediaan akomodasi dan makan minum serta informasi dan komunikasi perlu semakin baik.
Baca Juga: OJK: Sejumlah Kekhawatiran Tahun Lalu Terjadi di Tahun Ini
Kedua, mengoptimalkan belanja pemerintah jelang tutup tahun anggaran. Pemerintah dapat mempercepat belanja modal, bahkan kalau perlu di atas 100%.
"Mengingat anggaran masih sangat memadai. Selesaikan prioritas-prioritas infrastruktur nasional yang masih tertunda," ulas INDEF.
Ketiga, Indonesia perlu meningkatkan pasar tradisional ekspor, terutama saat mitra dagang utama RI perekonomiannya sedang melambat. Adapun pasar utama Indonesia, mencakup China, Jepang dan Amerika Serikat.
Sementara pasar ekspor yang perlu ditingkatkan terdiri dari India, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, Taiwan dan Thailand.
"Hal ini perlu insentif dan pencegahan PHK industri yang terpengaruh dari pelemahan ekspor, yakni industri tekstil dan pakaian jadi, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, industri karet, barang dari karet dan plastik dan industri furnitur," tutup INDEF.