07 November 2023
21:00 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Mahendra Siregar mengatakan sejumlah kekhawatiran pada tahun lalu atau tahun 2022, benar-benar terjadi pada tahun 2023 ini.
Kejadian tersebut, menurutnya, berlangsung di tengah kebangkitan alias rebound dari krisis pandemi covid-19.
"Di satu sisi rebound dari dampak pandemi, di lain sisi adalah kondisi global yang tidak pasti. Dan ternyata apa yang kita khawatirkan pada tahun lalu itu confirm terjadi," kata Mahendra dalam CEO Networking 2023 di Jakarta, Selasa (7/11).
Mahendra menyebutkan beberapa di antaranya. Pertama adalah disrupsi global supply chain atau rantai pasok global dan sistem logistik.
Kedua, lanjut dia, ketidakpastian global lainnya seperti agresivitas normalisasi kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang memicu inflasi tinggi dan pengetatan likuiditas.
"Sekarang temanya higher for longers, longers-nya plural, biasanya longer saja ya, karena dengan segala variasi dan probabilitas,” imbuhnya.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,94% pada Kuartal III/2023
Ketiga, melesunya perekonomian di negara-negara maju menuju resesi. Kejadian tersebut terbukti di negara maju kawasan Eropa. "Eropa praktis resesi dan inflasi atau stagflasi," ungkap dia.
Dengan demikian, Mahendra menuturkan, apa yang dibahas tahun lalu dengan segala dinamika yang luar biasa sepanjang tahun 2023 rupanya tidak meleset.
"Walaupun sayangnya, sebenarnya kalau tidak meleset itu kan sebagai forecaster hal yang baik. Sayangnya, yang diramalkan hal-hal yang tidak baik dan confirm semua terjadi,” ujar Mahendra.
Kendati demikian, Mahendra menambahkan, setidaknya Indonesia telah mempersiapkan diri dalam menghadapi kondisi ketidakpastian yang diramalkan pada tahun lalu.
"Kalau kita antisipasi dengan baik, kita tidak akan mengalami surprise, apalagi shock. Justru kita menyiapkan diri untuk antisipasi dan melakukan langkah-langkah yang menjadi tugas kita dalam kontrol dan kewenangan kita,” pungkasnya.
Diproyeksi Tumbuh 5%
Di sisi lain, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan dapat berlanjut. Bahkan, sampai dengan saat ini, tidak ada proyeksi yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal lebih rendah dari proyeksi semula, yaitu 5% secara tahunan (year on year/yoy).
Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2023 sendiri mendekati 5%, tepatnya mencapai 4,94% secara yoy.
Terkait hal tersebut, OJK tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terjaga di kisaran 5%.
"Dua bulan terakhir ini, IMF, World Bank, OECD, EDB semua mengeluarkan revisi terhadap ramalan pertumbuhan ekonomi dunianya. Global economic growth diramalkan turun di bawah 3%, merata. Dengan pembagian penurunan di negara maju lebih besar daripada penurunan di negara berkembang. Secara menyeluruh, pertumbuhan ekonomi seluruh negara turun. Kecuali beberapa negara saja, dan satu di antaranya Indonesia," ungkapnya.
Baca Juga: Ekonom: Transformasi Struktural Kunci Ekonomi Tumbuh Di Atas 5%
Bahkan, berdasarkan perkiraan-perkiraan dari berbagai lembaga multilateral, disebutkan pula bahwa Indonesia tetap bisa menjaga pertumbuhan 5% di tahun depan.
"Berdasarkan perkiraan-perkiraan yang saya sebut tadi dari berbagai lembaga multilateral bahwa Indonesia bukan hanya tahun ini, tahun depan pun tetap bisa menjaga pertumbuhan 5%," kata Mahendra.
Meski begitu, ia melihat kondisi global pada masa mendatang tidak lebih cerah dari 2022 ke 2023. Sehingga, Indonesia harus mampu menjaga kinerja perekonomiannya.
"Kadangkala kalau kita melihat ke depan tidak lebih cerah daripada kita waktu 2022 melihat 2023, tapi yang harus dijaga adalah kinerja perekonomiannya, aktivitas ekonomi kita, langkah-langkah kita untuk melakukan perbaikan dan kemudian menjalankan agenda utama kita reformasi, itu berjalan dengan baik," tutup bos OJK itu.