21 Desember 2022
15:27 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,5% sampai 5,3%. Ekonomi diproyeksi tidak jauh-jauh dari angka 5%.
“Kalau Bank Indonesia memperkirakan tahun depan itu outlook pertumbuhan ekonomi 4,5 sampai 5,3. Kurang lebih mendekati 5% persis sama Ibu Menteri Keuangan,” katanya dalam Outlook Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (21/12).
Dia mengatakan, ekonomi Indonesia tahun depan akan didorong aktivitas dalam negeri seperti dukungan kebijakan fiskal, konsumsi, serta investasi. Tak lupa ekonomi juga akan didorong dari kinerja ekspor.
Selain itu, faktor fundamental yang kuat memang sudah dimiliki Indonesia.
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, BI akan tetap melonggarkan kebijakan makroprudensial. BI juga akan memperpanjang DP 0% dari perumahan dan kendaraan.
“Kami mendorong kredit, bahkan kami akan memberikan insentif lagi bagi perbankan yang menyalurkan kredit pada sektor prioritas, pada UMKM kepada KUR, pada pangan,” ucap Perry.
Baca Juga: Perry: Dunia Bergejolak, Indonesia Harus Siap Hadapi Reflasi Global
Terkait inflasi, Perry mengatakan inflasi inti akan ditekan hingga di bawah 4%. Hal ini dapat terjadi karena pemerintah tetap memberikan subsidi dan tetap memastikan ketahanan pangan.
Lebih lanjut, ia memproyeksi inflasi indeks harga konsumen (IHK) akan berada di bawah 4% pada semester II/2023. Sementara pada akhir tahun akan berada di sekitar 3%.
Dari sisi kebijakan moneter, lanjutnya, untuk menurunkan inflasi dan melakukan stabilitas rupiah, tiga instrumen BI terus semakin dioptimalkan.
Pertama, kebijakan suku bunga acuan yang frontloaded, pre-emptive, dan forward looking secara terukur untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasarannya.
Soal dengan neraca pembayaran, dia mengungkapkan secara keseluruhan tahun ini Indonesia mengalami surplus senilai US$2,6 miliar.
Jika tahun depan aktivitas dalam negeri naik, impor juga mengalami peningkatan. Capital account akan masuk ke penanaman modal asing dan nantinya akan masuk kembali ke portofolio investasi sehingga diperkirakan nilai tukar rupiah ke depan akan cenderung menguat.
"Karena apa? Sekarang rupiah melemah, karena dolarnya itu menguat. Nanti Fed akan menaikkan suku bunga mungkin sampai triwulan satu. Tapi kalau ketidakpastian global menurun maka rupiah akan cenderung ke arah fundamental," ujarnya.
Baca Juga: BI Proyeksi Inflasi Desember 0,44%, Dipicu Telur Ayam Ras dan Beras
Dia menjelaskan arah fundamental akan terjadi apabila perekonomian tinggi, inflasi rendah, imbal hasil surat berharga negara (SBN) serta semua perspektif menjadi baik.
Perry kembali menegaskan tahun depan begitu semua gejolak mereda maka nilai tukar rupiah akan menguat kembali ke fundamentalnya.
"Fundamental faktor akan lebih dominan," imbuhnya.
Untuk mencapai semua ini Perry membagikan resepnya mengenai suksesi ekonomi Indonesia di 2023 melalui 3S yaitu syukur, semangat dan sinergi.
Dia menuturkan syukur, di tengah gejolak ekonomi saat ini Indonesia menjadi one of the best economic perform. S kedua adalah semangat, semangat di tahun depan tapi Indonesia harus tetap waspada namun tetap optimis. Serta S yang ketiga adalah sinergi.
"Kuncinya adalah sinergi dalam menghadapi kesulitan karena semakin bersinergi maka tantangan sulit akan makin mudah dihadapi," ucapnya.