17 Desember 2022
08:05 WIB
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memperkirakan terjadi inflasi pada Desember 2022 sebesar 0,44% secara bulanan (month to month/mtm).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan perkiraan tersebut berdasarkan survei pemantauan harga hingga minggu III Desember 2022.
“Berdasarkan survei pemantauan harga pada minggu III Desember 2022, perkembangan harga sampai dengan minggu ketiga Desember 2022 diperkirakan terjadi inflasi 0,44% mtm,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (16/12).
Baca Juga: Bulog Pastikan Kedatangan Beras Impor Jamin Stabilitas Harga
Ia menguraikan, komoditas utama penyumbang inflasi Desember 2022 sampai dengan minggu ketiga yaitu telur ayam ras sebesar 0,08% mtm, beras, tomat dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,03% mtm.
Kemudian juga ada komoditas seperti cabai rawit, daging ayam ras, minyak goreng, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02% mtm, serta kangkung, tarif air minum PAM, bensin, dan angkutan udara masing-masing sebesar 0,01% mtm.
“Sementara itu, sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu cabai merah dan bawang merah masing-masing sebesar -0,01% mtm,” kata Erwin.
Ia menambahkan, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.
Baca Juga: Melandai, Inflasi November 2022 Tercatat 5,42%
HIngga akhir November 2022, BI menyebut indeks harga konsumen masih terkendali dan masih berada di bawah perkiraan awal.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Inflasi IHK November 2022 tercatat rendah 0,09% mtm, meskipun lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,11% mtm.
Realisasi inflasi secara bulanan tersebut didorong oleh deflasi kelompok volatile food sejalan dengan pola musimannya. Sementara itu, inflasi kelompok inti dan administered prices menurun.
Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan tercatat 5,42% secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 5,71% yoy.
Perkembangan positif inflasi IHK ini tidak terlepas dari pengaruh sinergi kebijakan yang makin erat antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Bank Indonesia, serta berbagai mitra strategis lainnya melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dalam menurunkan laju inflasi, termasuk mengendalikan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM.
Untuk keseluruhan tahun 2022, BI memandang inflasi akan lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal, meskipun masih di atas sasaran 3,0±1%. Inflasi pada tahun 2023 diperkirakan akan menurun dan kembali ke dalam sasaran 3,0±1%.
“Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan,” kata Erwin.