30 Mei 2023
11:25 WIB
Editor: Fin Harini
JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) menerbitkan obligasi hijau (green bond) perdana senilai US$400 juta dengan tenor lima tahun. Dalam penerbitan ini, Citi Indonesia bertindak sebagai joint lead manager, sekaligus joint global coordinator untuk tahapan marketing.
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (30/5), menyampaikan transaksi ini menjadi obligasi hijau pertama yang diterbitkan untuk klien korporasi di wilayah ASEAN sejak 2022, yang menunjukkan komitmen Pertamina Geothermal Energy (PGE) untuk memimpin sektor energi hijau di Indonesia pada 2030.
Langkah ini juga sejalan dengan komitmen Citi Indonesia untuk mencapai US$1 triliun dalam keuangan berkelanjutan pada 2030.
Adapun komitmen tersebut disusun sesuai Strategi Pembangunan Berkelanjutan Perseroan pada 2025 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB.
"Citi terus menunjukkan kepemimpinannya di pasar obligasi hijau, seraya menanggapi meningkatnya permintaan investor untuk produk keuangan berkelanjutan secara global," ujar Batara, dilansir dari Antara.
Baca Juga: Mengenal Green Bond
Batara menjelaskan dana yang dihimpun dari penerbitan obligasi hijau ini akan digunakan untuk melunasi bridging loan, yang sebelumnya digunakan untuk refinancing atas shareholder loan dalam rangka pembiayaan proyek hijau yang telah memenuhi syarat.
Di Indonesia, Batara menjelaskan Citi Indonesia telah terlibat dalam beberapa transaksi keuangan Berkelanjutan. Di antaranya, pemberian fasilitas pembiayaan bagi Bank Tabungan Negara (BTN) senilai US$100 juta untuk pembangunan hunian bagi keluarga berpenghasilan rendah dan menengah.
Lalu, Program Pembiayaan Rantai Pasok Berkelanjutan atau Sustainable Supply Chain Finance (SSCF) perdana untuk grup Henkel Indonesia dengan penawaran sukuk hijau senilai US$3 miliar pada Juni 2021 untuk pemerintah Indonesia, yang mencakup obligasi hijau bertenor 30 tahun.
Kemudian, Citi Indonesia memimpin penawaran obligasi global dual currency senilai US$4,2 miliar untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam upaya pemulihan pasca pandemi covid-19.
Green bond atau obligasi hijau adalah sebuah instrumen untuk mencari pembiayaan hanya bagi proyek-proyek ramah lingkungan.
Investopedia mendefinisikan green bonds sebagai instrumen pendapatan tetap yang dirancang khusus untuk mendukung proyek-proyek terkait iklim atau lingkungan tertentu.
Oversubscribed
Penerbitan obligasi hijau PGE di pasar global mencatatkan kelebihan permintaan atau oversubscribed hingga 8,25 kali atau senilai US$3,3 miliar.
“Sentimen positif yang kami dapatkan menunjukkan kepercayaan investor terhadap potensi investasi di sektor geothermal pada khususnya, dan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia," ujar Direktur Keuangan PGE Nelwin Aldriansyah sebagaimana keterangan resmi di Jakarta, Senin (22/5).
Menurut dia, antusiasme yang tinggi ini juga semakin mengukuhkan komitmen perusahaan itu dalam mengembangkan potensi energi hijau di Indonesia,
Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini berhasil membukukan US$400 juta dari penerbitan green bond yang menjadi bond premium di secondary market, yang tercatat pada Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST) atau Bursa Efek di Singapura.
Baca Juga: Pasar Modal Diharapkan Penuhi Prinsip ESG
Nelwin menjelaskan dana tersebut akan digunakan untuk membiayai kembali atau refinancing proyek-proyek pengembangan sumber daya geothermal yang telah berjalan, sebagai upaya menyediakan akses ke energi bersih dan ramah lingkungan yang handal dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
"Dana green bond ini menjadi stimulus yang akan memperkuat bisnis PGE ke depan," ujar Nelwin.
Secara fundamental, dia menyebutkan saat ini PGE sudah memiliki dana yang kuat untuk tahap awal pengembangan bisnis, utamanya dalam hal mencapai target tambahan kapasitas terpasang sebesar 600 Megawatt (MW) dalam lima tahun ke depan.
Nelwin mengatakan bekal mendapatkan green bond PGE, di antaranya dilatarbelakangi oleh adanya status positif dari dua lembaga pemeringkat kredit internasional, yaitu peringkat peringkat Baa3 (Stable) dari Moody's rating dan peringkat BBB- (Stable) dari Fitch Rating.
"Menunjukkan bahwa perseroan memiliki fundamental bisnis yang kuat, sehingga memiliki proyeksi investasi yang menjanjikan di masa depan," ujar Nelwin.