01 November 2023
16:56 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menilai, sepanjang tahun berjalan, komponen pangan bergejolak atau volatile food nasional masih cukup rendah. Capaian ini lebih baik dibandingkan yang terjadi pada 2020 hingga 2022.
Sebagai gambaran, per Oktober 2023, inflasi volatile food nasional baru mencapai 3,46% (year-to-date/ytd). Capaian ini lebih rendah dibandingkan komponen inflasi volatile food pada Oktober 2022 yang sudah mencapai 3,53% (ytd).
“(Dengan) demikian, inflasi volatile food pada tahun 2023 (sementara) ini relatif lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya,” katanya dalam laporan resmi Perkembangan IHK Oktober 2023, Jakarta, Rabu (1/11).
Baca Juga: BPS: Beras dan Bensin Kerek Inflasi Oktober 0,17%
Secara historis di 2020-2022, BPS menyebut, bahwa biasanya terjadi pola yang mirip berupa deflasi pada komponen pangan bergejolak yang secara umum terjadi beberapa kali pada semester kedua di tahun itu.
Misalnya, deflasi volatile food pada 2020 yang terjadi sebanyak tiga kali pada Juli-September 2020; begitu pula yang terjadi pada 2021 dengan torehan deflasi komponen pangan sebanyak tiga kali pada Juni dan Agustus-September 2021; sementara di 2022 deflasi komponen yang sama terjadi sebanyak empat kali sepanjang Agustus-November 2022.
“Hal ini berbeda pada tahun 2023, di mana komponen volatile food baru mengalami deflasi sebanyak satu kali, yakni di bulan Agustus 2023,” ungkapnya.
Baca Juga: Inflasi Beras 13,76%, BPS: Tertinggi Sejak 2015
Pudji menekankan, bahwa ada tiga komoditas utama penyumbang inflasi komponen volatile food per Oktober 2023. Yakni komoditas beras dengan andil inflasi sebesar 0,06% (mtm), kemudian cabai rawit (0,03%), dan cabai merah (0,01%).
Dirinya pun menyampaikan, di tengah kondisi inflasi komponen volatile food, terdapat beberapa komoditas yang memberikan andil deflasi secara bulanan yang juga cukup signifikan, “Di antaranya adalah ikan segar, telur ayam ras, tomat, bawang merah, minyak goreng, dan bawang putih,” jabarnya.
Kontribusi Beras Ke Inflasi 2023
Spesifik, dirinya menggarisbawahi, bahwa komoditas beras telah menjadi penyumbang andil inflasi terbesar di Indonesia selama Agustus-Oktober 2023. Pada Oktober 2023, inflasi beras sebesar 1,72% (mtm) dengan andil sebesar 0,06%.
“Jika dilihat sebarannya, inflasi beras Oktober 2023 ini tersebar di 87 kota IHK. Sementara itu, terdapat dua kota mengalami deflasi beras dan satu kota lainnya (terpantau) stabil,” katanya.
Secara akumulatif, selama tahun berjalan hingga Oktober 2023, inflasi umum nasional telah mencapai 1,80% (ytd). Adapun, komoditas beras menyumbang andil inflasi umum secara dominan sebesar 0,49% (ytd).
Sebagai perbandingan, sumbangan beras pada inflasi lebih tinggi dibanding rokok kretek filter yang hanya memberikan andil 0,16% (ytd); bawang putih (0,07%), daging ayam ras (0,06%) rokok putih (0,06%), sewa rumah (0,06%), kontrak rumah (0,05%), emas perhiasan (0,05%), bahkan total 827 komoditas lainnya (0,80%).