01 September 2023
12:43 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini melaporkan, per Agustus 2023, Indonesia mengalami inflasi beras sebesar 13,76% (year-on-year/yoy). Angka ini merupakan yang tertinggi sejak terakhir kali terjadi di 2015.
“Secara tahunan, inflasi beras Agustus 2023 ini merupakan inflasi tahunan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Terakhir kali inflasi beras year-on-year yang juga cukup tinggi itu terjadi pada Oktober 2015 yaitu sebesar 13,44% (yoy),” sebutnya menjawab pertanyaan wartawan, Jakarta, Jumat (1/9).
Sementara jika ditilik bulanan, komoditas beras mengalami inflasi sebesar 1,43% (month-to-month/mtm), capaian ini merupakan yang tertinggi sejak Maret 2023. Sebelumnya, inflasi beras bulanan tertinggi terjadi pada Februari 2023 sebesar 2,34% (mtm).
Baca Juga: BPS: Mamin-Tembakau Sumbang Deflasi Bulanan Agustus 0,02%
Dirinya pun tidak heran fenomena ini membuat beras mendongkrak capaian inflasi, meskipun secara umum terjadi deflasi di tingkat nasional pada Agustus sebesar 0,02% (mtm).
“Setelah (harga beras) sempat tinggi di bulan Februari dan melandai di Mei-Juli, pada Agustus ini inflasi beras kembali mengalami peningkatan dan menyumbang andil terbesar yaitu sebesar 0,05% (mtm),” sebutnya.
Pudji menjelaskan, hal ini bisa terjadi lantaran terjadi kenaikan harga beras yang terdeteksi sejak level produsen, dengan adanya kenaikan harga gabah kering panen (GKP) maupun giling (GKG) selama Agustus 2023.
BPS mencatat, harga GKP naik 3,62% (mom) dari Rp6.389/kg menjadi Rp6.760/kg; begitu pun naik 19,88% (yoy) dibanding harga GKP Agustus 2022 Rp5.495/kg.
Sementara itu, harga GKG naik 5,82% (mom) dari Rp5.629/kg menjadi Rp5.833/kg; serta naik 23,03% (yoy) dibanding harga GKG Agustus 2022 Rp4.865/kg.
“Hal ini (terjadi) di antaranya karena fenomena… tekanan atau adanya persaingan penawaran harga oleh pembeli gabahnya itu sendiri, baik kepada petani maupun penggilingan,” ungkapnya.
Produksi Turun
Di sisi lain, tekanan juga muncul karena jumlah produksi beras cenderung berkurang saat ini. Diprediksi produksi padi Agustus turun sebesar 4,01% dibanding bulan sebelumnya. Pasalnya, Indonesia memang sudah melewati masa panen beras yang diketahui terjadi di Juli lalu.
Lainnya, berdasarkan catatan KSA, luas panen Agustus mengalami penurunan sebesar 1,55% dibandingkan bulan lalu. BPS masih akan terus mencermati angka produksi padi maupun beras di waktu mendatang.
“Jadi mungkin saat ini kita belum merilis angka produksi ya, jadi hanya sebagai informasi saja,” sebutnya.
Selanjutnya, Pudji juga menggarisbawahi, Indonesia mengalami inflasi beras sebesar 7,99% secara akumulasi Januari-Agustus 2023 (year-to-date/ytd). Hal ini pun memberikan andil kepada inflasi nasional sebesar 0,25% (ytd).
“Selama delapan bulan terkahir atau year-to-date, (komoditas) beras mengalami inflasi 7,99%. Dan dari 90 kota yang dipantau (IHK), sebanyak 86 kota mengalami inflasi beras selama delapan bulan terakhir,” tegasnya.
Baca Juga: Centang Perenang Mengupayakan Ketahanan Pangan
Pada Agustus 2023, harga beras di penggilingan naik 2,59% (mom) dari Rp11.228/kg menjadi Rp11.519/kg; lalu naik 20,27% (yoy) dibanding harga beras penggilingan di Agustus 2022 yang sebesar Rp9.577/kg.
Kemudian, harga beras di tingkat grosir naik 1,02% (mom) dari Rp12.142/kg menjadi Rp12.266/kg; begitu juga naik 16,24% (yoy) dibanding harga beras grosir di Agustus 2022 yang sebesar Rp10.551/kg.
Terakhir, harga beras di tingkat eceran naik 1,45% (mom) dari Rp12.863/kg menjadi Rp12.999/kg; begitu juga naik 13,78% (yoy) dibanding harga beras eceran di Agustus 2022 yang sebesar Rp11.555/kg.
Sebelumnya dalam Rakornas Inflasi 2023, Presiden Joko Widodo mengaku masih gusar dengan harga beras di Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi kondisi super El Nino yang berpotensi menganggu pasokan beras produksi di dalam negeri.
Pada saat yang sama, pasokan beras dunia diprediksi akan seret karena negara eksportir mengutamakan kebutuhan domestik masing-masing. Untuk menanggulangi ini, Presiden Jokowi langsung bertemu dengan PM India Narendra Modi dan PM Bangladesh Sheikh Hasina.
“Harga beras naik, mereka (India-Bangladesh) semuanya enggak ekspor, pegang untuk keamanan dalam negerinya” sebutnya di Istana Negara Jakarta, Kamis (31/8).