c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

04 November 2025

17:02 WIB

Ada Aksi Profit Taking, IHSG (4/11) Ditutup Melemah

IHSG pada hari ini mencatatkan rekor all time high/ATH di level 8.317,07. Akan tetapi, IHSG ditutup terkoreksi 33,17 poin atau 0,40% ke posisi 8.241,91.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Ada Aksi <em>Profit Taking</em>, IHSG (4/11) Ditutup Melemah</p>
<p id="isPasted">Ada Aksi <em>Profit Taking</em>, IHSG (4/11) Ditutup Melemah</p>

Ilustrasi sebuah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan naik 0,52% ke posisi 8.081,54 di Bursa Efek Indonesia. Validnews/ Hasta Adhistra

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di level 8.317,07 pada perdagangan hari ini, Selasa (4/11).

Akan tetapi, penguatan tersebut tidak bertahan lama. Lantaran, pada penutupan perdagangan sesi II, Selasa (4/11), IHSG terkoreksi 33,17 poin atau 0,40% ke posisi 8.241,91.

Mulanya, IHSG pada perdagangan hari ini dibuka di level 8.275,95. Sepanjang hari, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 8.317,07. Kendati demikian, IHSG juga sempat menyentuh level terendah 8.225,91.

Baca Juga: Optimisme Ekonomi Domestik-Global Dorong IHSG Tembus ATH 8.300!

Berdasarkan statistik RTI Business tercatat sebanyak 439 saham terkoreksi, 207 saham menguat, dan 165 tetap tidak berubah. Sebanyak 28,53 miliar saham diperdagangkan dengan 2,34 juta kali frekuensi perpindahan tangan, serta total nilai transaksi tembus Rp19,44 triliun.

Menanggapi hal tersebut, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta menjelaskan, pelemahan IHSG pada sesi perdagangan II lebih dipengaruhi oleh kombinasi sentimen negatif global dan aksi ambil untung (profit taking) di pasar.

“Sentimen negatif yang mempengaruhi kondisi pelemahan IHSG (adalah) terjadi aksi profit taking. Memang sebenarnya dipengaruhi oleh domestik terkadang minimnya katalis positif dari data makroekonomi domestik yang bisa memberikan high positive impact,” kata Nafan kepada media, Jakarta, Selasa (4/11).

Ia menambahkan, dari sisi eksternal, tekanan terhadap pasar juga datang dari ketidakpastian politik dan ekonomi Amerika Serikat (AS).

“Sedangkan kalau dari global adalah berkaitan dengan misalnya dinamika US government shutdown yang masih berlanjut,” imbuhnya.

Selain itu, Nafan pun menyoroti faktor geopolitik global yang semakin memanas dan turut mempengaruhi sikap investor di pasar modal, seperti kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) yang menjadi perhatian investor.

“Kemudian juga di sisi lain juga adalah terkait dengan dinamika The Fed. Bahwasannya sering dengan adanya sticky inflation membuat The Fed memutuskan berpotensi menunda kebijakan pelonggaran moneter dengan melaksanakan Fed’s rate cut. Di mana rencana awalnya bisa Desember tahun ini jadi dimundurkan menjadi Januari tahun depan,” jelas Nafan.

Baca Juga: Meski Dibuka Hijau, IHSG Bisa Bergerak Bervariasi

Sementara itu, Head of Research KISI Sekuritas Muhammad Wafi mengatakan bahwa IHSG yang sebelumnya menyentuh ATH kemudian merosot merupakan efek dari kombinasi faktor teknikal dan sentimen makro global.

"Banyak investor profit taking di saham-saham big caps, terutama perbankan dan komoditas yang sudah naik minggu lalu," ujar Wafi kepada media, Selasa (4/11).

Dia menjelaskan, isu geopolitik juga bikin risk-off mode, tapi dampaknya ke Indonesia lebih ke psikologis saja, bukan fundamental.

Dari sisi domestik, lanjut dia, investor juga lagi wait and see jelang rilis data GDP dan rebalancing MSCI minggu ini. "Koreksinya so far masih sehat," imbuhnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar