c

Selamat

Minggu, 19 Mei 2024

CATATAN VALID

25 Agustus 2022

18:00 WIB

Sejarah Perekam Musik Pertama Di Dunia

Ternyata, pemutar dan perekam musik pertama di dunia ditemukan secara tidak sengaja, loh, Sobat Valid!

Penulis: Ratna Pratiwi

Editor: Faisal Rachman

Sejarah Perekam Musik Pertama Di Dunia
Sejarah Perekam Musik Pertama Di Dunia
Thomas Alva Edison bersama fonografnya. Shutterstock/Morphart Creation

Saat ini, kita bisa dengan mudah memutar musik menggunakan aplikasi streaming, seperti Spotify, Joox, atau Youtube Music. Namun, pernahkah Sobat Valid bertanya-tanya, siapakah yang pertama kali menemukan alat pemutar musik?

Sejarah pemutar dan perekam musik

Ternyata, sebenarnya penemuan alat pemutar sekaligus perekam musik di dunia dilakukan tanpa sengaja, loh, Sobat! Begini ceritanya.

Thomas Alva Edison

Kalian mungkin lebih mengenal Thomas Alva Edison sebagai penemu lampu. Nah, sosok yang dijuluki sebagai penemu paling produktif sepanjang sejarah itu, ternyata juga adalah sosok pencipta alat perekam dan pemutar musik pertama di dunia, loh.

Semua berawal ketika Thomas Alva Edison ingin menciptakan alat untuk merekam transmisi kode morse telegraf. Ia lalu berpikir, benda yang sedang ia kerjakan tersebut mungkin bisa juga digunakan merekam getaran diafragma telepon.

Baca juga: Mengintip Tiga Genre Musik Kesukaan Indonesia

Edison pun mulai mengembangkan rancangannya dengan bantuan John Kreusi di laboratoriumnya yang berlokasi di Menlo Park, New Jersey. Mereka menggunakan kertas parafin sebagai media perekamnya. Dalam perkembangannya, Edison kemudian beralih menggunakan kertas timah. Prototipe alat perekam ini selesai pada 1877.

Pada 21 November 1877, Thomas Alva Edison akhirnya mengumumkan temuan alat perekam sekaligus pemutar ulang suara yang dinamai fonograf. Alat eksperimennya tersebut dapat memutar ulang lagu pendek berjudul “Mary Had a Little Lamb” yang dinyanyikannya, dengan memutar kembali tuas mesin tersebut .

Fonograf pun dianggap sebagai penemuan hebat, karena kala itu belum ada benda yang bisa merekam suara manusia. Berkat temuannya ini pula, Edison mendapat julukan “Wizard of Menlo Park".

Sempat Ditelantarkan

Setelah mematenkan temuannya, Edison sempat menelantarkan fonograf. Ia memilih fokus dengan eksperimen lampu pijarnya. Saat itulah berbagai ilmuwan, seperti Alexander Graham Bell, Chichester Bell, dan Charles Tainter justru tertarik mengembangkan alat tersebut.  

Edison baru mulai kembali mencurahkan waktunya untuk fonograf pada 1877. Ia pun memanfaatkan teknik lilin silinder yang telah dikembangkan oleh Charles Tainter.

Baca juga: Musik dan Memori yang Menggelitik

Pada 1906, Thomas Alva Edison mendirikan National Phonograph Company. Namun, saat itu ia kalah dengan industri rekaman sejenis yang telah mendahuluinya. Akhirnya, pada 1907 ia mengubah strategi dengan fokus menciptakan alat untuk merekam musik.  

Edison pun mengkampanyekan iklan dengan narasi musik adalah hiburan untuk semua kalangan. Ia pun merekam berbagai musik dan teater untuk dijual ke publik. Edison Disc Phonograph akhirnya memulai debutnya pada tahun 1912 untuk bersaing di industri rekaman.

Bisnis awal rekaman kemudian mengalami masa-masa sulit pada era 1920-an, seiring dengan pertumbuhan radio. Produksi rekaman di perusahaan Edison sendiri, harus berhenti pada 1929. Meski demikian, modifikasi fonograf terus berlanjut. Pada era 1980-an, fonograf bahkan jadi alat utama memproduksi rekaman, sebelum digantikan kaset dan CD.

Fonograf dan Industri Rekaman

Meskipun awalnya hanya diciptakan sebagai alat perekam suara, dalam perkembangannya, fonograf punya andil besar dalam sejarah industri hiburan. Sebelum adanya fonograf, musik hanya bisa dinikmati secara langsung dengan biaya yang mahal. Kala itu, hanya raja dan orang-orang kaya yang bisa menikmatinya.

Hanya saja, durasi musik pun berevolusi menjadi lebih pendek karena kehadiran fonograf. Jika pada sebuah pertunjukan simfoni durasi bisa tak terbatas, musik yang terekam pada fonograf jadi hanya sekitar 2-3 menit saja, karena kapasitas silinder perekam fonograf yang terbatas.

Baca juga: Membaca Peluang Industri Musik Di Dunia Metaverse

Ini pul lah yang menurut profesor musik dari University of North Carolina, Mark Katz, hal yang mengawali tren lagu pop berdurasi tiga menit, sebagaimana kita kenal sekarang.

Kelahiran fonograf dan industri rekaman pun mulai melahirkan pemusik-pemusik berbakat. Berbeda dengan ketika tampil secara langsung, dalam proses rekaman, pemusik dituntut bermain dengan sempurna, karena kesalahan sedikit saja akan terdengar jelas dalam rekaman.

Pendeknya, kemudahan kita dalam mendengarkan musik saat ini tak terlepas dari kelahiran fonograf ciptaan Thomas Alva Edison. Bayangkan bila penemuan itu tak pernah ada, barang kali saat ini musik hanya bisa dinikmati di gedung pertunjukan dengan biaya yang mahal. Genre musik pun mungkin tidak akan berkembang karena diciptakan hanya untuk menyenangkan telinga orang kaya.

Referensi: 

How the Phonograph Changed Music Forever. Diakses dari Smithsonian: https://www.smithsonianmag.com/arts-culture/phonograph-changed-music-forever-180957677/ pada 25 Agustus 2022.

Phonograph Records from Beginning to End. Diakses dari Recording History: https://recording-history.org/history-of-phonograph-record-tech/ pada 25 Agustus 2022.

Thomas Edison patents the phonograph. Diakses dari History: https://www.history.com/this-day-in-history/thomas-alva-edison-patents-the-phonograph pada 25 Agustus 2022.  


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar