08 Juni 2022
15:00 WIB
Penulis: Kevin Sihotang
Demi mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dan tingkat polusi udara, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak beberapa tahun belakangan memutuskan untuk memberlakukan aturan atau sistem ganjil-genap. Dengan sistem ini, pelat nomor ganjil (angka paling belakang) hanya boleh melintasi ruas tertentu di tanggal ganjil, begitu juga sebaliknya.
Sistem ini menggantikan sistem kawasan 3 in 1 yang mengharuskan satu mobil diisi minimal 3 orang yang dianggap tak efektif menekan kemacetan. Sempat dihentikan karena adanya pandemi, kini kebijakan ganji-genap diberlakukan kembali seiring pelonggaran aktivitas masyarakat. Bahkan saat ini, cakupan wilayah ebijakan ini diperluas dari 13 ruas jalan menjadi 25 ruas jalan mulai 6 Juni 2022.
Terlepas dari pro kontra yang ada, ternyata sistem ganjil-genap dalam lalu lintas tak hanya diterapkan di Indonesia, tapi juga diterapkan di beberapa negara lain, bahkan jauh sebelum Jakarta mengadopsinya.
Baca juga: Ganjil Genap Di 25 Ruas Jalan Jakarta Dimulai 6 Juni
Pemerintah China misalnya, pernah memberlakukan sistem ganjil-genap pada tahun 2008 bersamaan dengan digelarnya Olimpiade di Beijing. Kemudian sistem itu juga diberlakukan pada tahun 2015 di mana pemerintah China mulai membatasi jumlah produksi dan penggunaan mobil di Beijing. Sebanyak 5 juta mobil dipaksa melintasi jalan-jalan alternatif lain yang bebas dari sistem ganjil-genap.
Lalu ada Mexico yang menerapkan sistem ini di ibu kotanya, Mexico City. Pemerintah Mexico mulai memberlakukan sistem ini sejak tahun 1989. Alhasil, banyak warga mulai mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih ke kendaraan umum. Persentase kendaraan yang melintas di jalan juga berkurang hingga 20%.
Kemudian, ada pemerintah Kolombia yang memberlakukannya di Kota Bogota. Sistem ganjil-genap mulai diberlakukan di sana sejak tahun 2000. Jam berlakunya hampir sama dengan di Indonesi, di jam padat pagi hari dan sore hari.
Baca juga: Minggu Depan, Ganjil-Genap Berlaku Di 25 Ruas Jalan Jakarta
Di negara-negara maju Eropa, sistem ganjil-genap juga diberlakukan sebagai mekanisme rekayasa lalu lintas. Di Paris, Perancis, sistem ini tidak dberlakukan secara permanen, hanya diterapkan di kala tingkat polusi sudah dinilai tinggi. Asyiknya, sebagai kompensasi dari sistem ganjil-genap, semua kendaraan umum digratiskan oleh pemerintah.
Hal serupa juga terjadi di Italia, khususnya di kota Milan dan Roma. Ketika kualitas udara di kota-kota tersebut dinilai sudah terlalu “buruk” dibandingkan biasanya, pemerintah langsung melarang kendaraan melintas di jalan tertentu, khususnya di jam sibuk sesuai dengan nomor plat kendaraan mereka. Ketika sistem ganjil-genap diberlakukan, pemerintahnya pun memberikan potongan harga khusus atas ongkos transportasi umum bagi warganya.
Sobat Valid sendiri apakah setuju dengan diterapkannya sistem ganjil-genap ini? Apa Anda setuju sistem ganjil-genap secara efektif menurunkan tingkat kemacetan dan polisi udara?
Mungkin saja, mudah-mudahan seperti itu. Tapi seperti di negara-negara lainnya, sistem ganjil-genap benar-benar akan efektif, bila moda transportasi umum sudah memadai. Paling tidak, armada transportasi umum mampu mengakomodasi perpindahan penumpang kendaraan pribadi yang harus memarkirkan kendaraannya sementara. Bukan sekadar memindahkan kemacetan akibat terjadinya penumpukan penumpang.
Referensi:
Business Standard. (2021). What is odd-even scheme. Diakses dari: https://www.business-standard.com/about/what-is-odd-even-scheme