18 April 2023
16:00 WIB
Editor: Rikando Somba
Industri pengolahan kelapa sawit memiliki andil yang besar untuk perekonomian nasional terus bertumbuh. Selain dapat menyerap hasil produksi petani rakyat, industri ini juga bisa menambah perolehan devisa untuk negara.
Pemerintah terus mendorong industri ini agar menghasilkan beragam produk turunan yang berdaya saing.
Dengan tersedianya bahan baku, serta ditunjang oleh teknologi dan inovasi terkini, produk hilir sawit dapat disambut baik oleh konsumen dunia (Kemenperin, Juli 2022).
Besarnya industri ini juga ditandari dengan dipakainya minyak kelapa sawit menjadi bahan baku untuk pembuatan produk pangan seperti margarin, minyak goreng, serta beragam produk perawatan tubuh dan kecantikan.
Sayangnya, perkebunan kelapa sawit kerap dinilai berdampak negatif bagi lingkungan. Ia disebut menimbulkan kerusakan hutan, kerusakan tanah akibat terlalu banyak menyerap air, hingga konflik sosial di mana warga menolak masuknya perkebunan kelapa sawit.
Karenanya, lembaga riset Visi Teliti Saksama tertarik untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap produk berbahan baku sawit. Pada periode 23 Maret–3 April 2023, Visi Teliti Saksama melaksanakan survei daring pada 125 responden yang terlibat secara acak. Responden terdiri dari 67 (53,6%) laki-laki dan 58 (46,4%) perempuan.
Mayoritas responden berdomisili di Jabodetabek (64,8%), berasal dari kelompok usia 31-35 tahun (30,4%) dan 21-25 tahun (18,4%), serta berpendidikan tamat D3/S1 (62,4%).
Sebagian besar responden juga berstatus menikah dan memiliki anak (52%), bekerja sebagai karyawan swasta (34,4%) dan pekerja lepas (17,6%), serta berpengeluaran 1-5 juta rupiah per bulan (52%).
Mendukung Produk Sawit
Dari 125 responden ini, sebanyak 74% sudah tahu mengenai industri kelapa sawit yang dinilai berdampak negatif terhadap lingkungan, sebelum mengisi survei dari Visi. Sisanya, baru mengetahui tentang hal tersebut saat mengisi survei dari Visi.
Pengetahuan responden akan kelapa sawit terbilang baik. Hampir 100% responden memahami bahwa kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati tertinggi dibandingkan tanaman lainnya.
Ditanya tentang pengalaman mereka dengan produk sawit, hampir 100% responden mengonsumsi produk makanan berbahan sawit sehari-hari, seperti minyak goreng, mentega, coklat, dan lain-lainnya.
Lalu, sebagian besar dari mereka juga menggunakan produk perawatan tubuh atau kosmetik yang berbahan sawit sehari-hari, yakni sebanyak 80%.
Dari jawaban terhadap survei, diketahui lebih dari 85% responden mengetahui minyak kelapa sawit bersifat tidak mudah tengik dan tidak berbau.
Selanjutnya, sebesar 80% responden mengetahui bahwa pertumbuhan penggunaan minyak sawit dipicu oleh berkembangnya tren pemakaian bahan dasar oleokimia pada industri pangan, kosmetik, serta energi ramah lingkungan.
Sementara itu, hanya 23,4% dari mereka yang menggunakan produk energi terbarukan berbahan sawit sehari-hari, seperti biodiesel dan bioetanol. Paling banyak mengaku tidak menggunakannya, dan sisanya mengaku tidak tahu.
Tak Khawatir
Di sisi lain, lebih dari setengah responden mengaku tidak pernah mengecek kandungan sawit yang terdapat dalam produk konsumsi mereka sehari-hari, baik itu produk makanan, perawatan tubuh atau kosmetik, dan bahan bakar energi terbarukan.
Begitu juga dengan kampanye negatif yang menerpa industri kelapa sawit, yakni pembukaan lahan perkebunan sawit menyebabkan deforestasi, mayoritas responden mengaku mengetahuinya.
Nah, apabila mereka mengetahui produk konsumsi mereka sehari-hari berbahan baku sawit, apa yang akan mereka lakukan selanjutnya?
Ternyata, 91% responden mengaku tidak khawatir dan akan tetap menggunakan produk. Alasan terbanyak mereka dalam mendukung industri kelapa sawit adalah karena tanaman ini telah memenuhi kebutuhan pokok pangan dan nonpangan. Besarnya 62% dari 114 responden yang mendukung industri sawit.
Alasan terbesar berikutnya yakni harga minyak sawit relatif lebih murah dibandingkan minyak lainnya, industri sawit memperluas lapangan pekerjaan, dan juga industri sawit meningkatkan pendapatan daerah dan pusat.
Sementara itu, rekomendasi kebijakan yang paling banyak didukung oleh responden adalah peningkatan pengawasan lingkungan dampak dari kegiatan perkebunan kelapa sawit. Jumlahnya mencapai 76,3% dari 114 responden yang mendukung industri sawit.
Rekomendasi terbanyak lainnya yakni peningkatan produktivitas kelapa sawit khususnya perkebunan rakyat, dan pembuatan kelembagaan untuk membantu petani sawit mengelola perkebunan.
Sementara itu, bagi mereka yang ingin berhenti menggunakan produk sawit, apa alasan mereka tidak mendukung industri kelapa sawit? Sebesar 72,7% dari 11 responden beralasan industri sawit menyebabkan kerusakan hutan karena penebangan liar.
Alasan berikutnya adalah industri sawit mengancam keberadaan hewan, meningkatkan emisi gas rumah kaca, dan menyebabkan alih fungsi lahan. 
Dampak Positif Sawit Lebih Banyak
Pada segmen terakhir, seluruh 125 responden ditanyakan tentang sikap mereka. Hasilnya, mayoritas responden tidak setuju bahwa kandungan sawit pada produk makanan maupun perawatan tubuh sehari-hari harus dihindari.
Dominan responden juga tidak setuju bahwa produk dengan bahan baku yang dinilai merusak lingkungan dan memicu kesenjangan sosial termasuk sawit harus berhenti dikonsumsi.
Terakhir, dominan responden tidak setuju bahwa dampak negatif industri sawit lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya.
Dari hasil survei ini, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden beranggapan produk berbahan baku sawit membawa banyak manfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Selain mampu memenuhi kebutuhan pokok pangan dan nonpangan, harga minyak sawit juga lebih murah dibandingkan minyak lainnya seperti zaitun dan kedelai.
Jadi, terkait dengan isu negatif yang menerpa sawit, maka yang mereka harapkan adalah pembinaan dan pengawasan pengelolaan lingkungan dampak dari aktivitas perkebunan kelapa sawit dilakukan lebih ketat.
Selain itu, produktivitas kelapa sawit khususnya perkebunan rakyat perlu ditingkatkan. Merujuk pada laporan Kemenperin tahun 2021, peningkatan produktivitas sawit dapat dilakukan melalui peremajaan dengan penggunaan bibit unggul, pemupukan sesuai kondisi tanah, dan teknik budidaya tanaman sawit yang sesuai dengan standar good agricultural practices (GAP).
GAP berkaitan dengan pengolahan lahan, perawatan tanaman, panen, dan pasca panen.
Bagaimanapun, kontribusi industri minyak sawit dalam perekonomian nasional amatlah besar. Di sisi lain, sejumlah tantangan dari hulu ke hilir tidak bisa ditampik untuk dihadapi. Namun, jangan sampai banyaknya tantangan dan isu negatif menghentikan langkah sawit untuk terus membawa manfaat.
Dengan strategi dan kebijakan yang menguntungkan seluruh pihak, industri kelapa sawit dapat terus melaju, berkembang, dan berdaya saing di pasar global. Pengawasan terhadap dampak lingkungan, tentu menjadi syarat mutlak.