c

Selamat

Selasa, 4 November 2025

OPINI

24 September 2021

17:07 WIB

Menggantang Senang Dengan Uang

Uang dianggap dapat membawa kebahagiaan. Semakin banyak uang yang dimiliki, semakin tinggi pula ekspektasi kebahagiaan yang bisa diraih

Menggantang Senang Dengan Uang
Menggantang Senang Dengan Uang
Serial Squid Game tayang di Netflix mulai September 2021. ANTARA/HO-Netflix.

Gi-Hun berusia hampir 50 tahun dan tengah hidup dalam kegamangan. Ia telah bercerai dan memiliki satu anak yang tinggal bersama mantan istrinya. Kini, ia tinggal bersama ibunya yang tengah sakit. Gi-Hun sudah dipecat dari tempatnya bekerja dan terlilit utang yang menumpuk.

Namun, suatu hari, tawaran menggiurkan menghampiri Gi-Hun. Ia diajak turut serta dalam permainan berhadiah uang yang dapat melunasi utangnya. Ia sepakat bergabung dengan ratusan orang peserta lainnya yang juga membutuhkan uang. 

Permainan-permainan yang dilombakan ternyata sangat sederhana, yakni berbagai permainan yang kerap orang-orang mainkan di masa kecil mereka. Namun, belakangan Gi-Hun tahu, konsekuensi yang harus diterima jika kalah dalam setiap babaknya, tidak sesederhana permainan tersebut. 

Betapa tidak, permainan ini penuh dengan pengorbanan, antara hidup dan mati. Kondisi makin berat mengingat nyawa adalah taruhannya. 

Itulah kisah dalam serial Squid Game yang mulai tayang di platform Netflix bulan September 2021 ini. Serial yang menduduki posisi puncak di Netflix Amerika Serikat ini menggambarkan kumpulan orang yang harus bertahan hidup hingga babak akhir. Demi uang, apapun rela mereka tempuh, dan tidak ada lagi yang bisa mereka percaya. 

Ya, film bernada satir tersebut seakan mengingatkan kita, betapa banyak orang di dunia ini rela mengorbankan semua norma demi mendapatkan keinginan mereka, terutama soal harta. 

Kerap kali, kita berpikir dengan memiliki uang sebagai alat tukar yang disepakati, kita bisa menukarkan semua kebutuhan dan keinginan kita dengan uang yang kita miliki. 

Uang Bawa Kebahagiaan
Uang memang bukan segalanya, namun segalanya butuh uang. Ungkapan ini sudah sering kita dengar. Di sini, uang terkesan punya posisi sentral dalam kehidupan manusia modern. Tanpa uang, kehidupan serasa berhenti berjalan. 

Jika kita butuh makan, kita bisa memperolehnya dengan mudah, jika memiliki uang. Makin banyak uang yang kita miliki, makin banyak lagi makanan yang kita dapat sesuai dengan selera kita. Tak heran, banyak orang mendambakan memiliki uang yang banyak dan jadi kaya raya. 

Tak bisa dimungkiri, harta berupa uang atau barang, kerap dihubungkan dengan kebahagiaan seseorang. Uang menjadi motivasi kebendaan terbesar orang dalam melakukan pekerjaan mereka sehari-hari, karena dengan uang maka kebutuhan-kebutuhan dapat terpenuhi. 

Nah, jika kebutuhan-kebutuhan itu terpenuhi, bahagialah manusia. Bisa dibilang, ada uang, ada kebahagian. Sebaliknya, tanpa uang, yang timbul cuma kekhawatiran. 


Baca Juga: Stasiun Kereta Bawah Tanah Itaewon Disulap Jadi Set "Squid Game"


Ironisnya, di sisi lain, jikapun seseorang mendapatkan tambahan uang yang lebih banyak, ternyata kebahagiaan yang sebelumnya diidamkan belum tentu gampang didapat. Pasalnya, acap kali, saat seseorang memperoleh uang lebih banyak dari sebelumnya, mereka cenderung meningkatkan standar hidup mereka dan memiliki hasrat untuk bisa mendapatkan uang lebih banyak lagi. 

Di posisi ini, standar kebutuhan yang sebelumnya diidamkan, sudah berubah menjadi keinginan. Mirisnya lagi, dahaga keinginan ini seringkali sulit dipuaskan. 

Alhasil, bertambahnya harta, tak serta merta membawa kebahagian, alih-alih hanya memkirkan bagamana caranya menambah pundi-pundi uang yang harus dimiliki. 

Secara lahiriah, seseorang memang dapat memiliki perasaan, pikiran, dan tingkah laku terhadap uang. Inilah yang disebut dengan sikap atau persepsi terhadap uang. 

Sikap terhadap uang adalah proses seseorang dalam melakukan evaluasi yang menunjukkan apa yang disukainya dan tidak disukainya terhadap uang. 

Terdapat tiga faktor pada sikap atau persepsi seseorang terhadap uang. Ketiga faktor tersebut adalah faktor kesuksesan, faktor kejahatan, dan faktor anggaran. 

Faktor kesuksesan adalah ketika uang dianggap menggambarkan keberhasilan individu. Kemudian, uang membuat seseorang dihormati di lingkungannya dan uang memperbesar peluang seseorang menjadi apa yang dia impikan. Di sini, uang adalah hal yang begitu berharga.  

Sementara itu, faktor kejahatan adalah anggapan bahwa uang itu bisa menjadi akar dari beragam kejahatan. Tengok saja, berapa banyak manusia yang siap melakukan apa saaj demi uang, termasuk menghabisi manusia lain. 

Sementara faktor anggaran, menggambarkan kehati-hatian dalam mengelola uang. Di dunia ini, ada memang sebagian orang yang menganggarkan uang sebaik-baiknya agar bisa digunakan di masa depan. 

Gi-Hun, dalam beberapa adegan, terlihat kurang dihormati di lingkungannya, akibat kesulitan keuangan yang dideritanya. Sampai akhirnya, ajakan untuk mengikuti permainan diterimanya. Semata-mata demi bisa mengubah hidupnya menjadi apa yang ia inginkan.  


Ilustrasi investasi untuk mencapai tujuan keuangan (Shutterstock/dok)

 

 

Kembali Kepada Manusia
Harus diakui, manusia dan uang cenderung punya ikatan perasaan yang kuat. Perasaan yang kuat tersebut, tak jarang membuat manusia sulit membuat keputusan yang logis terkait uang. Ketika dihadapkan dengan uang, manusia juga kesulitan menjaga relasi dengan manusia lain.  

Kondisi itu pula yang terjadi dalam serial Squid Game. Kumpulan orang yang awalnya memiliki hubungan baik, pada akhirnya harus saling mencurangi demi bisa bertahan hidup dan pulang membawa uang. 

Adalah wajar jika manusia kerap beralih dari satu perasaan ke perasaan lainnya ketika berurusan dengan uang, atau bahkan memiliki beragam perasaan terhadap uang di waktu yang sama. Manusia bisa merasa malu jika uang yang dimiliki tidak cukup. Lalu, cemas jika tidak tahu bagaimana memperoleh uang bahkan takut uang akan menghancurkan mereka. 

Jika sudah memiliki uang, manusia juga kerap mempertanyakan, apakah mereka sudah cukup memiliki uang. Untuk kedua jenis manusia ini, kualitas hidup mereka memang sudah dipengaruhi oleh uang. Ironisnya, rasa-rasanya, kedua jenis manusia ini jumlahnya mendominasi. 

Namun, penting untuk dicatat, manusia akan cenderung susah merasakan kepuasan dalam hidupnya, jika menempatkan uang di atas segala-galanya termasuk di atas tujuan hidupnya yang sesungguhnya. Akhirnya, sikap atau persepsinya terhadap uang berperan lebih besar dalam memengaruhi kebahagiaannya dibandingkan uang itu sendiri.  

Kembali lagi kepada manusianya. sudah sepatutnya, manusia lah yang menjadi pihak yang mengendalikan uang, bukan dikendalikan oleh uang. Seberapa banyak pun uang yang kita punya, jika kita tidak merasa puas, maka kebahagiaan pun akan tetap terasa jauh. 

Uang bisa membawa kebahagiaan, namun kebahagiaan tidak semata-mata datang dari uang. Baik buruknya uang, tergantung dari bagaimana kita memandangnya dan sebijak apa menggunakannya. 

Jangan sampai kita menjadi seperti apa yang dikatakan Nicky Astria, “Lupa sahabat, lupa kerabat, lupa saudara, mungkin juga lupa ingatan”. 


Referensi:
 
Antara. (2021). "Squid Game" cetak sejarah di Netflix Amerika Serikat. https://www.antaranews.com/berita/2410445/squid-game-cetak-sejarah-di-netflix-amerika-serikat Diakses 23 September 2021.
Rindila, Nadia & Bertina Sjabadhyni. (2014). Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada Karyawan. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar