c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

OPINI

03 September 2021

19:00 WIB

Menakar Masa Depan Bisnis Gelap Opium Rezim Taliban

Persoalan korupsi, kemiskinan, kuatnya jaringan penyelundup dan kelompok pemberontak, dan situasi politik-keamanan membentuk jaringan rumit tak berujung solusi.

Penulis: Fathurrohman

Editor: Rikando Somba

Menakar Masa Depan Bisnis Gelap Opium Rezim Taliban
Menakar Masa Depan Bisnis Gelap Opium Rezim Taliban
Tanaman Opium dari bunga poppy yang siap di panen. Shutterstock/dok

Sekitar pertengahan tahun 2008, petugas berwenang Indonesia menahan salah seorang Raja Narkoba yang berasal dari Afganistan. Dia adalah Haji Juma Khan, buronan utama pemerintah Amerika Serikat dengan tuduhan pelaku perdagangan gelap narkoba opium dan heroin. Dia ditangkap setibanya di Jakarta setelah melakukan perjalanan panjang dari Dubai.

Haji Juma Khan kemudian diekstradisi, diadili dan dihukum hukuman 20 tahun penjara di distrik New York, Amerika Serikat. tahun 2018 lalu, seperti yang ditulis oleh Johnny Dwyer di laman The Intercept, dengan alasan yang tidak terpublikasi secara jelas, Haji Juma Khan yang pernah mempunyai hubungan dengan DEA dan CIA hanya menjalani sekitar setengah hukuman penjaranya saja. 

Haji Juma Khan adalah satu dari tiga penguasa organisasi besar bisnis gelap narkotika opium di Afganistan selain Haji Bagcho Sherzai dan Haji Bashir Noorzai. 

Di masanya, Haji Juma Khan dianggap mempunyai hubungan dekat dengan Taliban. Organisasi Khan memberikan suntikan dana yang saat itu dibutuhkan Taliban dalam proyek melawan pemerintah Afganistan yang disokong Amerika Serikat dan sekutunya.

Opium dan masyarakat Afghanistan
Sebagai narkoba dengan tingkat penggunaan tinggi sejak sejak 3.400 SM yang dibudidayakan di Mesopotamia, lalu tersebar ke Asyur, Mesir, sepanjang Jalur Sutra, dan kemudian menjadi endemik penyalahgunaan di Eropa dan Amerika, rasanya sulit untuk melepaskan dunia dari candu opium atau heroin.

Di Afganistan, opium menjadi alternatif rasional warganya yang mengalami kesulitan di tengah konflik yang tak kunjung usai. Bagi penduduk desa, menanam bunga poppy atau bunga opium adalah solusi untuk bertahan hidup walaupun harus membayar “pajak” kepada kelompok tertentu, oknum pemerintah yang korup, atau kelompok pemberontak.

Bagi sebagian penduduk, khususnya di pedesaan, menanam bunga yang cocok di dataran lembah pegunungan dan gersang adalah solusi atas kemiskinan yang diderita. Keuntungannya, tiga sampai sepuluh kali yang diraih dibandingkan menanam gandum. Apalagi jika mereka mengubahnya ke dalam bentuk opium atau heroin. 

Pasar olahan getah bunga poppy berupa narkotika opium dan heroin yang terbentuk di Barat adalah tujuan utama hasil panen.

Beragam perang pun terekskalasi karena candu opium,  misalnya Perang Candu pada pertengahan 1.800-an di dataran Tiongkok hingga berbagai konflik di negara Mullah itu sendiri. 

Afganistan yang menjadi sumber utama pasokan heroin di dunia selalu mendapatkan sorotan. Seperti dilansir dalam laporan UNODC, Badan PBB untuk Urusan Kejahatan dan Narkoba, produksi heroin mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir di Afganistan.

Penguasa di negeri itu selalu dituntut komitmennya dalam perang melawan narkoba opium. Selama dua puluh tahun sejak pemerintahan Taliban ditumbangkan Amerika Serikat dan sekutunya, pemerintahan Afganistan dianggap gagal mengendalikan masalah peredaran gelap opium. 

Inggris yang menjadi penanggung jawab membantu pemerintah Afganistan dalam upaya mengendalikan opium, tampak tidak berdaya. Luas dan karakter khas medan pegunungan Afganistan dikenal sulit ditaklukkan dari masa ke masa. Masalah korupsi dan keterlibatan oknum pemerintah adalah masalah lainnya. 

James Risen (2008) di laman New York Times menguraikan keterlibatan Ahmed Wali Karzai, adik dari presiden Hamid Karzai yang berkuasa sebelum Ashraf Gani, dalam perdagangan gelap heroin saat kakaknya masih berkuasa. Begitu juga Graeme Smith (2009) di laman Globe and Mail yang menjelaskan keterlibatan oknum pemerintah dalam aktivitas produksi heroin.

Warga yang dievakuasi dari Afganistan duduk di dalam pesawat militer selama evakuasi dari Kabul,  Kamis (19/8/2021). ANTARA FOTO/Staff Sgt. Brandon Cribelar/U.S. Marine Corps/Handout via REUTERS/AWW


Persoalan korupsi, kemiskinan, kuatnya jaringan penyelundup dan kelompok pemberontak, dan situasi politik-keamanan yang tak kunjung membaik pada akhirnya membentuk jaringan rumit tak berujung solusi komprehensif. Belum lagi masalah politik dagang heroin yang tidak membuat pelaku bisnis gelap opium dan heroin kekurangan pendapatan.

Bagi pebisnis gelap narkotika yang berasal dari daun poppy, pemusnahan ladang di satu periode akan menurunkan ketersediaan heroin di pasar. Akibatnya, harga heroin akan meningkat karena kebutuhan pasar tidak mengalami penurunan. Situasi tersebut mendorong kenaikan harga secara alamiah sehingga keuntungan besar tetap diraih pebisnis gelap narkotika.

Konfigurasi penanaman daun poppy,  peredaran gelap opium, dan heroin selalu menjadi buah simalakama, termasuk sikap kelompok Taliban yang saat ini sedang menyusun pemerintahannya di Kabul.

Sikap Taliban Memerangi Opium
Sejatinya, sikap penganut mazhab Hanafi terhadap masalah penanaman dan peredaran gelap narkoba opium masih sama sebagaimana halnya sikap mereka saat pertama kali berkuasa di tanah Afganistan. Dengan jelas, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan "Mulai sekarang, tidak ada yang akan terlibat (dalam perdagangan heroin), tidak ada yang bisa terlibat dalam penyelundupan narkoba."

Saat Taliban pertama kali berkuasa, berdasarkan survei opium yang dirilis UNODC, antara tahun 1994 sampai 2001, jumlah penanman poppy berada di kisaran 54.000 sampai 80.000 hektar. Penurunan produksi terjadi pada tahun 2001 karena terjadi perang antara pemerintah Taliban dengan Amerika Serikat dan sekutunya.

Situasi terus mengalami perubahan dua tahun sejak pemerintah Taliban dijatuhkan.  Penanaman poppy mengalami kenaikan secara fluktuatif dari tahun ke tahun antara 104.000 hektar dan 328.000 hektar. Data tersebut menunjukkan jika pemerintahan Afganistan yang disokong Amerika Serikat dan sekutunya gagal dalam menekan laju pertumbuhan tanaman poppy.

Dalam periode tersebut, Taliban adalah bagian dari kambing hitam kegagalan pemerintah menekan warga, khususnya di pedesaan, untuk berhenti menanam tanaman poppy. Semakin kuat pemerintah menekan, semakin berkurang dukungan warga terhadap pemerintah yang menjadikan tanaman poppy sebagai sumber penghasilan utama.

Maka, bola panas opium kini berada di tangan pemerintahan Taliban. Seperti yang dikutip dari france24.com, Jonathan Goodhand, peneliti SOAS University of London menyatakan jika narkoba akan memunculkan serangkaian ketegangan dalam pergerakan di Afganistan. 

Sikap keras pemerintah Taliban terhadap pelarangan penanaman opium akan berimplikasi terhadap bagaimana sikap rakyat Afganistan nantinya.

Setiap represi akan berimplikasi terhadap hantaman keras petani, termasuk para petani di jantung politik Taliban di provinsi Helmand, Kandahar atau provinsi lainnya. Perlu pendekatan yang solutif jika Taliban mau didukung warganya.

Harapan dukungan bantuan internasional yang diinginkan pemerintah Taliban adalah mutlak dibutuhkan. Seperti yang disampaikan dalam konferensi pers perdananya, mereka berharap adanya sokongan agar petani mendapatkan alternatif tanaman selain menanam bunga poppy.Tanpa dukungan dan komitmen keras dari pemerintah Taliban, cita-cita menekan laju peredaran gelap heroin akan tersublimasi menjadi harapan kosong.

Sumpah juru bicara Mujahid bahwa Afganistan akan menjadi "negara bebas narkotika" bergerak maju hanya akan terbukti oleh waktu. Sumpah yang sama juga pernah dilakukan pada tahun 2000, tepat sebelum kelompok Taliban digulingkan oleh pasukan AS.

Kita akan lihat, apakah akan ada lagi orang-orang seperti Haji Juma Khan atau Ahmad Wali Karzai yang mendapatkan impunitas atas keterlibatannya dalam perdagangan gelap narkotika.

Kesempatan dunia internasional yang diberikan kepada pemerintahan yang dibentuk Taliban adalah kunci apakah sumpah juru bicara Mujahid untuk menghentikan ketergantungan rakyat Afganistan terhadap narkotika opium dan heroin adalah nyata atau isapan jempol belaka.


* Analis Kejahatan Narkotika di Badan Narkotika Nasional (BNN)

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar