c

Selamat

Jumat, 26 April 2024

NASIONAL

26 Juli 2021

19:36 WIB

Warga Yang Isoman Harus Perhatikan Saturasi Oksigen

Alarm untuk mereka segera mendapat penanganan adalah ketika saturasi oksigen sudah di bawah 94%

Penulis: Wandha Nur Hidayat

Editor: Nofanolo Zagoto

Warga Yang Isoman Harus Perhatikan Saturasi Oksigen
Warga Yang Isoman Harus Perhatikan Saturasi Oksigen
Pengurus RW memberikan bantuan kepada warga yang melakukan isolasi mandiri covid-19 di kawasan Cikutra, Bandung, Jawa Barat, Kamis (1/7/2021). ANTARAFOTO/Novrian Arbi

JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, meminta masyarakat yang terinfeksi covid-19 dan isolasi mandiri (isoman) di rumah untuk selalu memperhatikan saturasi oksigennya. Hal ini penting agar mereka tidak terlambat dibawa ke rumah sakit ketika kondisinya memburuk.

"Tolong, saya minta wartawan, jelaskan pentingnya mengukur saturasi dengan alat namanya oximeter yang dicolok di jari," ujarnya dalam telekonferensi, Senin (26/7).

Budi menjelaskan, tingginya kasus meninggal dunia covid-19 dalam beberapa hari terakhir ini disebabkan banyak orang yang sudah telat saat dibawa ke rumah sakit. Kondisi mereka sudah telanjur parah, dengan saturasi oksigen yang juga sudah sangat rendah.

Masyarakat yang melakukan isolasi mandiri di rumah diminta tak menunggu hingga saturasi oksigen rendah untuk dibawa ke rumah sakit atau tempat isolasi terpusat. Alarm untuk mereka segera mendapat penanganan adalah ketika saturasi oksigen sudah di bawah 94%.

"Jangan tunggu sampai turun 80% atau 70% karena merasa sehat. Kadang-kadang banyak orang merasa, 'Ah saya hanya batuk-batuk kecil, saya enggak mau ke rumah sakit. Apalagi takut dites, saya enggak mau dites'," ungkap Budi.

Menurut dia, covid-19 dapat sembuh jika segera ditangani secara tepat. Proporsi orang yang sembuh dari covid-19 di seluruh dunia sangat besar, bahkan hanya 20% dari 100 orang yang terinfeksi yang harus dirawat di rumah sakit, dan hanya 1,7% yang wafat.

"Kalau sudah di bawah 94%, segera dibawa ke rumah sakit atau isolasi terpusat. Kalau di atas 94% tidak usah dibawa karena akan memenuhi rumah sakitnya, orang yang butuh masuk jadi tidak bisa masuk. Biarkan di rumah, yang penting ukur saturasinya," katanya.

Rumah sakit pun diminta tidak hanya mempertimbangkan bed occupancy rate (BOR) untuk pasien covid-19. Namun juga melihat kapasitas rumah sakit secara keseluruhan, sebab BOR tidak menggambarkan secara lengkap kapasitas rumah sakit.

Budi mencontohkan BOR pasien covid-19 di suatu rumah sakit sudah 90%, atau terisi 1.800 dari 2 ribu tempat tidur yang tersedia. Tetapi kapasitas tempat tidur rumah sakit itu secara keseluruhan ada 8 ribu, sehingga kapasitas untuk pasien covid-19 bisa ditambah.

"Bisa tambah dari 2 ribu jadi 4 ribu. Langsung BOR turun ke 50%. Jadi tolong jangan hanya dilihat dari BOR. Jadi total tempat tidur rumah sakit di kota atau provinsi itu berapa, dan dibandingkan yang sakit dengan rumah sakit itu," ungkap dia.

Sebagai informasi, disebutkan bahwa BOR rumah sakit di DKI Jakarta dan Jawa Barat saat ini sudah turun. Sementara di Yogyakarta, Bali, dan daerah-daerah di luar Jawa masih naik. Secara nasional, BOR diklaim sudah turun selama sepekan dari 92 ribu menjadi 82 ribu.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar