10 Juni 2023
15:23 WIB
Editor: Rikando Somba
MEDAN- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk memaksimalkan cadangan air dan menghemat penggunaan air. Ini ditujukan sebagai langkah antisipasi dampak fenomena El Nino yang diprakirakan mulai terjadi Juli hingga akhir tahun 2023. Fenomena El Nino diperkirakan akan berdampak pada kekeringan panjang di wilayah Indonesia.
Prakirawan BBMKG Wilayah I Medan Aryo Prasetyo di Medan, Sabtu (10/6), mengatakan untuk menghadapi fenomena El Nino masyarakat dari sekarang harus menyiapkan persediaan air yang cukup seperti maksimalkan waduk, embung dan lainnya.
"Kalau untuk wilayah Sumatera Utara mungkin tidak terlalu berdampak, hanya wilayah Sumatera Utara bagian Selatan dan Timur saja. Kekeringan tidak serta merta terjadi, tetapi bertahap dan terus hingga akhir tahun," katanya.
Diuraikannya, fenomena El Nino dipengaruhi oleh suhu muka air laut di Samudra Pasifik, dan Indian Ocean Dipole yang dipengaruhi suhu di Samudra Hindia, di mana keduanya terjadi bersamaan pada musim kemarau tahun ini.
BMKG merprakirakan, pada semester 2 ini akan semakin berkurangc curah hujan di sebagian wilayah Indonesia selama periode musim kemarau ini. Bahkan, sebagian wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori di bawah normal, atau lebih kering dari kondisi normalnya.
Merujuk fenomena kekeringan pada 2019, BMKG menyebutkan saat itu disebabkan oleh fenomena IOD yang menguat ke arah positif. Namun, musim kemarau tahun ini terjadi dua fenomena El Nino dan IOD yang harus diantisipasi karena saling menguatkan.

Tanam Palawija
Antisipasi juga dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara dengan membentuk satuan tugas (satgas) kebakaran hutan dan lahan (karhutla), serta kekeringan guna mengantisipasi perubahan iklim, dampak El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD).
"Kita dari BPBD Sumut sudah berkoordinasi ke kabupaten/kota untuk membentuk satgas untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan saat musim kemarau seperti El Nino dan Indian Ocean Dipole," kata Kepala BPBD Sumut, Tuahtha Saragih.
Terhadap hal sama, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menyarankan para petani untuk memperbanyak menanam tanaman palawija yang tidak membutuhkan air banyak selama musim kemarau di daerah itu. Dalam kondisi kemarau panjang dengan keterbatasan air untuk usaha pertanian maka para petani perlu memperbanyak menanam tanaman palawija yang tidak membutuhkan air banyak seperti jagung, kacang-kacangan, sorgum.
"Tanaman palawija merupakan jenis tanaman yang tidak terlalu banyak membutuhkan air sehingga persediaan pangan pada musim kemarau tetap tersedia," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur Lecky Frederich Koli saat dihubungi di Kupang, Jumat.
Dikutip dari Antara, Lecky Frederich Koli mengatakan hal itu terkait adanya peringatan dini dari BMKG tentang adanya dua fenomena gangguan iklim yaitu El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang melanda Indonesia pada Juni 2023. Menurut dia, dampak dari terjadinya El Nino terjadinya kemarau yang cukup panjang seperti yang diprediksi BMKG sehingga bisa berdampak terjadinya gagal tanam atau gagal panen akibat kurangnya air untuk usaha pertanian.
"Tanaman-tanaman itu tidak terlalu banyak membutuhkan air banyak yang bisa ditanam para petani sehingga kebutuhan pangan tetap tersedia dan pendapatan tetap ada," kata Lecky Frederich Koli.
Ia mengatakan petani di NTT agar menghindari menanam tanaman yang membutuhkan air banyak karena bisa berdampak pada terjadinya gagal tanam atau gagal panen karena dampak kekeringan.
Selain menyerukan penanaman palawija. Pemprov NTT telah melakukan berbagai antisipasi dalam menghadapi musim kemarau seperti menyiapkan mesin pompa air untuk membantu para petani yang kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan usaha pertanian.
"Bantuan mesin pompa air ini supaya para petani bisa mengalirkan air dari daerah irigasi yang rendah ke lokasi pertanian milik warga di daerah ketinggian sehingga usaha pertanian milik warga tetap berlangsung dengan baik," tegasnya.
Pemprov NTT menyiapkan sekitar 30 mesin pompa air untuk membantu para petani yang kesulitan mendapatkan air untuk usaha pertanian pada saat musim kemarau seperti di Kabupaten Kupang, Rote Ndao, Sabu dan Pulau Flores serta Sumba.