21 Oktober 2025
10:24 WIB
Transjakarta Klarifikasi Orasi Komisaris di Trans7
Anggota Komisaris Transjakarta, Ainul Yakin SImatupang berorasi dengan mengancam karyawan Trans7 karena tayangan yang menghina ulama dan kiai.
Editor: Leo Wisnu Susapto
Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta Muhammad Ainul Yakin yang saat ini menjabat anggota Dewan Komisaris PT Transjakarta. ANTARA/Luthfia Miranda Putri.
JAKARTA - PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) menyampaikan, orasi berisi ancaman dari anggota Dewan Komisaris Ainul Yakin Simatupang saat aksi di gedung Trans7 untuk protes program "Xpose Uncensored" yang dia nilai menghina pesantren dan kyai, bukan sikap maupun kebijakan resmi perusahaan.
"Pernyataan yang disampaikan Ainul Yakin merupakan pandangan pribadi yang bersangkutan dan tidak mencerminkan sikap maupun kebijakan resmi Transjakarta," jelas Komisaris Utama Transjakarta, Letjen TNI (Purn) Untung Budiharto dikutip dari Antara di Jakarta, Selasa (21/10).
Untung menegaskan, Transjakarta sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berkomitmen menjaga netralitas, profesionalitas, serta menjunjung tinggi nilai-nilai etika, toleransi, dan kebhinnekaan dalam setiap aspek kegiatan dan komunikasi publiknya.
Untung menyampaikan Dewan Komisaris bersama Direksi BUMD itu akan melakukan klarifikasi internal untuk memastikan seluruh jajaran senantiasa mematuhi prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) serta menjaga marwah kelembagaan.
"Kami juga menyatakan penghormatan kepada seluruh ulama, tokoh agama, serta komunitas pesantren di Indonesia, termasuk Kiai Pondok Pesantren Lirboyo, sebagai bagian penting dari pilar moral dan sosial bangsa," kata Untung.
Dia menegaskan, Transjakarta akan tetap fokus memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh warga DKI Jakarta tanpa memandang latar belakang suku, agama, atau golongan.
Sebelumnya, media sosial ramai mengunggah video orasi Ainul Yakin saat aksi di Trans, Senin (20/10). Dia memaparkan, tayangan Trans7 telah menghina kiai dan ulama Nahdlatul Ulama (NU). Aksi tersebut dilakukan anggota ormas Gerakan Pemuda (GP) Anshor dan Banser. Adapun, Ainul juga tercatat sebagai Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Jakarta.
Trans7 melalui tayangan "Xpose Uncensored" pada 13 Oktober 2025 menampilkan siaran tentang santri dan kiai Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.
Baca juga: KPI Tindak Trans7 Akan Tayangan Pesantren
"Trans7 telah menghina melalui siaran-siarannya terhadap kyai dan ulama Nahdlatul Ulama," kata Ainul dalam video itu. Ainul menyebut saat itu dia berada di Kantor Trans7 bersama anggota organisasi masyarakat GP Ansor dan Banser. Keduanya adalah sayap organisasi masyarakat yang lebih besar, yaitu NU.
Ainul mengatakan salah satu tugas GP Ansor dan Banser adalah menjaga kyai, ulama, dan pondok pesantren. Jika ada yang menghina salah satunya, kata dia, maka GP Ansor dan Banser akan membela di garda terdepan.
Menurut Ainul, tayangan Xpose Trans7 telah menghina kyai, ulama, dan NU. Dia pun memberi peringatan kepada para pegawai Trans7, ribuan anak Ansor dan Banser tewas memperjuangkan republik.
Ainul membandingkan kontroversi Trans7 dengan pembantaian anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1965-1966. "Jangan sampai kader-kader Banser menggorok leher kalian, seperti kader Banser menggorok PKI. Halal darah kalian apabila mengolok-olok ulama Nahdlatul Ulama," ucapnya.
Menurut Ainul, Kantor Trans7 bisa hancur jika diserang para kader GP Ansor dan Banser. "Kalian bayangkan seratus juta umat Nahdlatul Ulama, apabila datang ke kantor kalian, bakar ini, saya kira tidak sampai 10 menit akan hangus ini," ujar dia dalam video.
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jakarta berpendapat tayangan tersebut melanggar P3 Pasal 6 serta SPS Pasal 16 ayat 1 dan 2 yang mengatur penghormatan terhadap nilai dan norma agama dan penghormatan kepada lembaga pendidikan.
Sementara, Direktur Produksi Trans7, Andi Chairil meminta maaf seluruh keluarga besar pondok pesantren di Indonesia atas penayangan tersebut.