c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

28 Maret 2025

17:30 WIB

Toleransi Dalam Seporsi Takjil

Fenomena berbagi takjil dan hampers Lebaran bukan hanya baik dari sisi ibadah umat, sebab di saat sama hal ini dapat memperkuat harmoni di masyarakat

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Rikando Somba

<p>Toleransi Dalam Seporsi Takjil</p>
<p>Toleransi Dalam Seporsi Takjil</p>

Pengurus Vihara Samakkhidham membagikan takjil gratis kepada masyarakat muslim di Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (26/3). Validnews/Ananda Putri

JAKARTA- Berbagi kepada sesama manusia tak mengenal sekat agama. Hal itulah yang terlihat di Vihara Samakkhidham, Cengkareng, Jakarta Barat, pada bulan Ramadan tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya. Saban sore, sekitar pukul 17.00 WIB, para bhikkhu dan pengurus vihara pasti membagikan lebih dari 100 porsi takjil kepada masyarakat muslim di sekitar vihara.

Masyarakat sekitar tampak antusias. Mereka, yang sebagiannya merupakan anak-anak, rela menunggu di depan vihara sebelum tumpukan takjil di atas meja terlihat.  Begitu pengurus vihara mengeluarkan takjil, mereka segera berbaris antre dengan rapi.

Sore itu, Rabu (26/3), tangan para bhikkhu dan pengurus vihara dengan cekatan membagikan makanan. Menu hari itu nasi, ayam suwir, mi goreng, serta tumis tempe dan kacang panjang. Tersedia pula es teh solo dan sejumlah jajanan tradisional. Sekitar pukul 17.30 WIB, takjil habis dibagikan kepada warga sekitar dan pengendara yang melintas.

"Pas lewat ternyata ada yang bagi takjil gratis, ya sudah saya ambil. Bagus sih, bagi-bagi. Senang juga menerimanya," ujar Firman, pengendara yang melintas, seusai mendapatkan takjil.

Tak hanya takjil, Vihara Samakkhidham juga mengadakan kegiatan berbagi 110 hampers atau bingkisan lebaran pada Jumat (14/3) silam. Mereka membagikan kupon kepada masyarakat yang dinilai membutuhkan. Kupon itu lantas ditukar dengan paket berisi beras, mi instan, biskuit, sirup, dan makanan ringan khas Idulfitri lainnya.

Volunteer sekaligus anggota muda-mudi Vihara Samakkhidham, Eugene Wyatt Liong mengatakan bahwa kegiatan berbagi takjil dan hampers lebaran sudah dilakukan dari  tahun lalu. Namun, baru pada tahun ini kegiatan berbagi takjil rutin dilaksanakan sebulan penuh. Alasannya sederhana, ingin lebih sering berbagi dengan warga muslim sekitar vihara yang sedang berpuasa.

Wyatt, begitu ia akrab disapa, mengatakan dana untuk takjil dan hampers lebaran berasal dari donasi umat buddha dan bhikkhu. Donasi itu datang dalam berbagai bentuk, baik uang tunai, bahan pangan, makanan jadi, bahkan tenaga untuk membantu berjalannya kegiatan.

Mahasiswa kelahiran Jakarta itu berpendapat, kegiatan berbagi takjil dan hampers lebaran juga penting untuk mempererat persaudaraan lintas iman. Terlebih, masyarakat Indonesia terdiri dari beragam latar belakang yang diikat oleh semboyan Bhineka Tunggal Ika.

"Kalau kita bisa membantu bikin keluarga yang berbeda agama jadi lebih bahagia, kenapa enggak?" ujar Wyatt ketika ditemui Validnews di Vihara Samakkhidham, Rabu (26/3).

Pengurus Vihara Samakkhidham yang juga terlibat dalam kegiatan ini, Atan Mina menambahkan, tak ada kesulitan berarti dalam menyiapkan kegiatan berbagi takjil dan hampers lebaran.

Khusus untuk berbagi takjil, setiap harinya ada sekitar lima orang yang bertugas membantu. Mulai dari berbelanja bahan makanan ke pasar, memasak, mengemas makanan, hingga membagikan takjil mereka kerjakan bersama. Menu yang dibagikan pun dibuat berbeda agar penerima tetap merasa puas.

"Bagi-bagi takjil ini mungkin sampai tanggal 28 atau 30 (Maret) karena kan masyarakat sini mudik juga," tambah ibu rumah tangga asli Medan itu.

Teman Tergoda Ikutan
Vihara Samakkhidham bukan satu-satunya rumah ibadah yang mengadakan kegiatan berbagi takjil dan bingkisan lebaran. Beberapa rumah ibadah lain juga melakukan hal serupa. Sebut saja Vihara Dharma Bhakti di Jakarta Barat, Gereja Kristus Bogor, Gereja Katolik Santo Paulus Miki di Salatiga, dan Masjid Jogokariyan di Yogyakarta.

Tak hanya itu, kegiatan berbagi takjil selama Ramadan juga dilakukan oleh masyarakat umum. Salah satunya Salsa, karyawan swasta yang tinggal di Jakarta Timur. Setiap tahun ia menyisihkan sedikit uang dan meluangkan waktu membagikan takjil kepada orang-orang di jalanan.

Perempuan muslim itu sudah melakukan hal itu selama beberapa tahun sebagai bagian dari tradisi keluarga. Selain itu, berbagi takjil juga menjadi salah satu caranya menyalurkan hobi memasak. Ia menyebut porsi takjil yang dibagikan tak banyak, sekitar 20 porsi per minggu.

Akan tetapi, belakangan porsi takjil yang ia bagikan bertambah hingga 40-50 porsi per minggu. Penyebabnya, kegiatan berbagi takjil yang ia unggah ke akun Instagram pribadinya menarik minat orang. Beberapa teman dekatnya ikut menyumbang sehingga porsi takjil yang dibagikan lebih banyak.

"Mereka tanya bisa nyumbang berapa, tapi aku enggak pernah menetapkan besaran donasi. Pokoknya uang itu aku belikan bahan makanan secukupnya berapa porsi," terang Salsa kepada Validnews, Kamis (27/3).

Ia mengaku, tak sedikit pun memotong uang donasi meski sering kali harus memasak seorang diri. Donasi itu murni digunakan untuk berbelanja bahan makanan dan ongkos transportasi ke pasar. Ketika takjil siap dibagikan, ia akan mengajak para donatur untuk ikut berkeliling membagikan takjil dengannya.

Salsa bercerita, pekan lalu tiga orang teman dekatnya turut menyumbang uang tunai yang nominalnya cukup untuk 20 porsi makanan berbuka. Donasi itu ia olah menjadi nasi ayam teriyaki dan tumis sayur. Menjelang berbuka, ia dan tiga temannya itu berkeliling Jakarta untuk membagikan takjil itu kepada pemulung, tukang parkir, pedagang lansia, dan masyarakat membutuhkan lainnya.

Uniknya, dua orang teman Salsa yang menyumbang takjil adalah penganut kristen protestan. Mereka tak punya alasan khusus selain ingin ikut berbagi.

"Awalnya aku ngerasa agak lucu kok ikut bagi-bagi takjil, tapi katanya pengen aja. Mereka juga ikut bagiin langsung di jalan," ungkapnya.

Salsa menduga teman-temannya bisa tertarik karena melihat konten berbagi takjil yang ia unggah di akun Instagramnya. Terlebih, belakangan cukup banyak konten kreator yang membuat konten berbagi makanan kepada sesama, baik saat Ramadan atau pada bulan lainnya.

"Walaupun beda agama aku lihat teman-temanku memang cukup nikmatin bulan Ramadan. Mereka juga suka ikut war takjil. Buat mereka donasi takjil itu mungkin ya sama aja kayak donasi lainnya," terang Salsa.

Praktik Toleransi Sempurna
Pengamat sosial, Rissalwan Lubis, turut mengamati fenomena berbagi takjil dan hampers lebaran yang dilakukan masyarakat lintas iman. Dia menyebut, ritual keagamaan seperti bulan puasa dan Idulfitri memang lekat dengan kegiatan sosial kemanusiaan seperti saling berbagi.

Nilai-nilai kemanusiaan itu menghilangkan batas-batas agama. Artinya, masyarakat berbagi dan saling membantu tanpa melihat latar belakang agama, suku, dan lainnya. Kegiatan berbagi dan tolong-menolong ini juga menjadi salah satu cara merayakan momentum keagamaan kelompok lain.

"Dalam Islam ada fakir miskin yang harus dibantu. Agama lain, Kristen, Hindu, Buddha, juga punya orang-orang miskin yang mungkin harus dibantu. Kenapa enggak kita saling bantu? Jadi konteksnya, toleransi menjadi sempurna kalau praktik itu dilakukan," ujar Rissalwan kepada Validnews, Kamis (27/3).

Meski jamak dilakukan masyarakat, lanjut Rissalwan, momen berbagi takjil masih berpotensi menimbulkan gesekan. Contohnya, masyarakat muslim bisa khawatir mendapat makanan yang tidak halal dari umat nonmuslim. Isu penistaan agama juga masih mudah dipelintir sehingga perlu diwaspadai.

Terlepas dari itu, dia yakin fenomena berbagi takjil dan hampers lebaran dapat memperkuat harmoni di masyarakat. Terlebih, semua agama memiliki ajaran soal kebajikan sosial.

"Enggak salah dong agama lain menghargai dengan, yuk saya mau ikut, bukan ikut ajarannya, tapi ikut kegiatan sosialnya. Jadi, kita menghargai orang agar lebih banyak orang terbantu juga," pungkas Rissalwan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar