08 November 2023
20:23 WIB
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Nofanolo Zagoto
JAKARTA - Ketua Tim Kerja Tuberkulosis (TBC) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Tiffany Tiara Pakasi mengatakan, estimasi kasus TBC di Indonesia mengalami peningkatan. Pernyataannya ini berdasarkan data Global Tuberculosis Report 2023 yang dirilis World Health Organization (WHO), kemarin.
Menurut data Global Tuberculosis Report tahun lalu, estimasi kasus TBC di Indonesia sebesar 969.000 kasus.
"Estimasi kasus kita meningkat, pecah telor istilahnya, ke angka satu juta enam puluh ribu," ujar Tiara dalam acara Pertemuan Nasional Program Tuberkulosis Tahun 2023 yang diadakan di Surabaya, Rabu (8/11), seperti diikuti secara daring.
Masih berdasarkan Global Tuberculosis Report 2023, estimasi incidence rate TBC di Indonesia juga mengalami peningkatan. Dari 354 per 100.000 penduduk pada tahun lalu, menjadi 385 per 100.000 penduduk pada tahun ini.
Hal itu, sebut Tiara, berbeda dengan tren global yang justru menunjukkan penurunan kasus dan incidence rate. Artinya, penemuan dan pengobatan kasus TBC di Indonesia pun harus lebih digencarkan.
Sesuai arahan Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, incidence rate TBC ditargetkan bisa ditekan hingga 65 per 100.000 penduduk pada 2030. Sebanyak 90% kasus TBC juga harus ditemukan dan diobati pada 2024. Hal ini sesuai amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Untuk mencapai target itu, penemuan kasus TBC di fasilitas kesehatan tingkat pertama perlu dilakukan lintas program. Utamanya dengan memerhatikan kelompok berisiko, seperti penderita diabetes melitus.
Meski estimasi kasus meningkat, Tiara optimis target deteksi kasus TBC bisa dicapai. Sebab, pada 2022, deteksi kasus TBC mencapai lebih dari 700 ribu kasus. Rekor tertinggi setelah TBC ditetapkan sebagai program prioritas nasional.
"Tahun 2024 saya cukup yakin lebih sulit. Jadi, kita harus lebih kuat lagi dengan menindaklanjuti hal-hal yang sudah dilakukan," tutup Tiara.