03 September 2025
11:40 WIB
Tangkap Direktur Lokataru, Peneliti CSIS Nilai Pemerintah Sedang Panik
Peneliti CSIS sebut pemerintah panik dengan menangkap Direktur Lokataru dan beberapa aktivis saat harus memulihkan kepercayaan publik akibat demonstrasi pekan keempat Agustus 2025.
Penulis: Aldiansyah Nurrahman
Editor: Leo Wisnu Susapto
Sejumlah massa aksi yang melakukan demonstrasi mengenai tuntutan mereka tentang kematian seorang ojek online di depan gedung Polda Metro Jaya, Jakarta (30/08/2025). Validnews/Hasta Adhistra.
JAKARTA - Peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Nicky Fahrizal menilai penangkapan Direktur Lokataru Foundation, Delpedro Marhaen dan mahasiswa Universitas Riau sekaligus pegiat media sosial (medsos) Khariq Anhar seakan menunjukkan pemerintah sedang panik.
“Penangkapan aktivis seakan menujukkan pemerintah panik karena ingin menujukkan pada rakyat bisa cepat memulihkan situasi pasca-demonstrasi di dalam negeri,” terang Nicky kepada Validnews di Jakarta, Selasa (2/9).
Menurut dia, sebagai representasi pemerintah, kepolisian mengambil langkah asal mencari sosok yang paling bertanggung jawab terjadinya demonstrasi tanpa penelusuran lebih dalam.
Padahal, kata Nicky, aparat penegak hukum mestinya menggali lebih dalam siapa yang melakukan pengrusakan fasilitas umum pada demonstrasi di berbagai daerah.
Ia mengaku kerap mengikut berbagai aksi. Karenanya, dengan melihat pola demonstrasi beberapa waktu lalu, dia meyakini mahasiswa maupun masyarakat sipil tidak terlibat dalam pengrusakan fasilitas umum.
Baca juga: Ini Peran Direktur Lokataru Tersangka Penghasut Aksi Anarkis
“Makanya saya menekankan bahwa kembalikan penegakan hukumnya itu secara akuntabel, terbuka, dan lebih humanis. Kita harus lebih menggali kebenarannya itu apa. Terjadi pengrusakan atau aksi anarkisnya seperti apa,” lanjut dia, di Jakarta, Selasa (2/9).
Nicky juga menyayangkan sikap pemerintah yang tak mengoreksi dirinya sendiri pasca demonstrasi. Pasalnya, akar masalah kemarahan masyarakat sehingga terjadi demonstrasi adalah kekecewaan atas kondisi ekonomi, politik, dan hukum di Indonesia.
“Kita tahu persis lah, masyarakat kalau tidak dihimpit secara tekanan ekonomi, kita tahu persis juga bagaimana pembuatan Undang-undang yang satu minggu jadi, dua minggu jadi, itu kan akumulasi dari kekecewaan. Dan aksi dalam beberapa hari kemarin ini ya ledakan dari kekecewaan itu,” katanya.
Pada kesempatan lain, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary mengungkapkan Delpedro dan Khariq disangka menghasut pelajar dan anak-anak, untuk melakukan kerusuhan pada demonstrasi di Jakarta pada pekan keempat Agustus 2025.
Ade menyampaikan, mereka menyebarkan hasutan yang ditujukan kepada para pelajar melalui platform medsos.
"Pelaku DMR ini merupakan admin akun Instagram LF yang berperan melakukan kolaborasi dengan akun lainnya menyebarkan ajakan dan menghasut pelajar melalui sejumlah tagar dan postingan untuk melakukan aksi anarkis," urai Ade, di Jakarta, Selasa (2/9).