16 Oktober 2021
14:50 WIB
Penulis: Gisesya Ranggawari
Editor: Nofanolo Zagoto
JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI, Taufik Basari meminta Polri menerima kritik yang disampaikan publik lewat tagar #PercumaLaporPolisi di media sosial. Menurutnya, justru Polri harus menerima untuk menjadi bahan introspeksi diri.
Menurut Taufik, Polri juga harus melihat kritik itu sebagai masukan bahwa sebagian masyarakat atau pengguna media sosial mulai tidak percaya dengan Polri dan berharap Polri lebih baik di hari mendatang. Maka, seharusnya Polri bisa memperbaiki situasi ini.
"Syarat melakukan perbaikan adalah menyadari dulu kekurangannya, kecuali kalau kita merasa tidak ada kekurangan berarti tidak ada yang perlu diperbaiki," ujar Taufik yang akrab disapa Tobas itu dalam keterangannya, Sabtu (16/10).
Ia menilai, kritik yang disampaikan lewat media sosial ini juga sebagai bentuk harapan agar Polri lebih baik. Oleh karena itu penyikapannya harus introspeksi dan merasa adanya ketidakpercayaan perlu diperbaiki pada sisi yang kurang.
Tobas menyayangkan, sikap Polri yang sejauh ini terkesan defensif dalam menyikapi berbagai tagar yang mengkritik kinerja Polri, seperti #PercumaLaporPolisi. Menurutnya, Polri tidak boleh menganggap pihak yang menggaungkan tagar tersebut sebagai pihak yang tidak suka kepolisian.
Publik yang menggunakan tagar tersebut untuk kritik hanya ingin memberikan kritik membangun kepada Polri. Jadi, menurutnya Polri tidak perlu defensif soal adanya kritik belakangan ini.
"Oleh karena itu penyikapannya jangan defensif, penyikapan jangan kemudian merasa pihak yang mengangkat isu sebagai orang yang tidak suka Polri, bukan," imbuh Politisi NasDem ini.
Diketahui, tagar #PercumaLaporPolisi mencuat setelah kasus pelecehan seksual kepada tiga anak oleh ayahnya sendiri di Luwu Timur, Sulawesi Selatan ditayangkan oleh Project Multatuli pekan lalun Dalam penelusurannya, kasus dihentikan pada tahun 2019.
Tulisan Project Multatuli tersebut berada dalam rangkaian episode Percuma Lapor Polisi. Warganet yang ikut geram kemudian menggunakan judul episode tersebut sebagai kritik terhadap Polri yang kerap membiarkan pelaporan warga.