c

Selamat

Sabtu, 27 April 2024

NASIONAL

13 April 2022

10:30 WIB

Suhu Indonesia Bisa Naik Empat Derajat Lebih Cepat

BMKG meminta pemerintah melakukan langkah mitigasi secara komprehensif dan terukur, guna menekan laju perubahan iklim dan kenaikan suhu Indonesia.

Editor: Rikando Somba

Suhu Indonesia Bisa Naik Empat Derajat Lebih Cepat
Suhu Indonesia Bisa Naik Empat Derajat Lebih Cepat
Ilustrasi kegiatan riil antisipasi perubahan iklim, warga menanam bakau di Pantai Dupa, Palu, Sulawesi Tengah. ANTARA FOTO/Basri Marzuki

JAKARTA – Kenaikan suhu di seluruh pulau utama di Indonesia dapat mencapai 4 derajat celcius pada tahun 2100. Kenaikan suhu ini empat kali lebih tinggi dibandingkan zaman pra industri. 

Akibatnya, cuaca ekstrem dan anomali iklim yang semakin sering. Intensitasnya pun semakin kuat dengan durasi panjang. Bencana hidrometeorologi di Indonesia yang kini menjadi bencana terbesar dengan persentase 95%, diyakini kian meningkat.

Kondisi ini dikemukakan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Rabu (13/4),akan terjadi  jika pemerintah tidak segera melakukan langkah mitigasi secara komprehensif dan terukur, guna menekan laju perubahan iklim.

"Mitigasi harus dilakukan segera, tidak bisa ditunda-tunda karena situasi kekinian sangat mengkhawatirkan. Contohnya, Siklon Seroja yang terjadi di NTT tahun lalu. Semestinya siklon tersebut tidak terjadi di wilayah tersebut, tapi akibat perubahan iklim siklon tersebut muncul," ujar Dwikorita yang juga mengutarakan hal sama di Seminar Dinamika Atmosfer Regional Provinsi Utara dalam rangka peringatan Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke-72, kemarin. 

Dwikorita menguraikan, akibat kenaikan suhu ini pula, puncak Jaya Wijaya di Papua yang pada 2020 memiliki ketebalan es sebesar 31,49 meter, pada 2025 mendatang diperkirakan es tersebut akan hilang sepenuhnya.

Kondisi tersebut, lanjut Dwikorita, tentu akan mengakibatkan kerugian bagi Indonesia. Tidak hanya bersifat materiil, seperti infrastruktur, namun juga korban jiwa.

"Jadi jangan heran jika saat musim kemarau juga terjadi hujan dan banjir, atau musim kemarau akan terasa lebih panas dan kering. Pun saat musim hujan, jauh lebih lebat sehingga memicu bencana hidrometeorologi," tambah Dwikorita.

Selama tahun 2021, bencana mencapai 5.402 kasus yang notabene merupakan sebagai dampak perubahan iklim global.

Dwikorita menegaskan, pemerintah bersama semua elemen masyarakat harus bekerja sama dan gotong royong dalam melakukan aksi mitigasi. Sejumlah langkah harus dilakukan, seperti penghematan listrik, air, pengelolaan sampah, pengurangan energi fosil, dan mengurangi penggunaan plastik. 

Pada saat sama, upaya melestarikan lingkungan seperti menanam pohon, restorasi mangrove, dan lain sebagainya tetap harus ditingkatkan.

Sementara itu, Gubernur Sumatera Utara, Edy Rachmayadi mengatakan bahwa mitigasi bencana merupakan urusan bersama, yakni pemerintah, dunia usaha hingga masyarakat. Edy mengatakan, bencana merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup dan masa depan kesejahteraan anak bangsa, karenanya harus diurus bersama.

Mitigasi Pertanian
Pada kesempatan berbeda, terkait hal sama, Komisi IV DPR RI meminta agar Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan langkah mitigasi. Perubahan iklim harus diantisipasi secara berkelanjutan untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, sekaligus menjaga agar tidak terjadi gejolak harga pangan.

"Komisi IV sekali lagi mengingatkan agar dalam menyusun program rencana dan anggaran harus fokus pada pemenuhan kebutuhan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing, dengan memperhatikan daya dukung ekosistem serta mitigasi perubahan iklim secara berkelanjutan," kata Ketua Komisi IV DPR RI Sudin dalam rapat dengar pendapat dengan Kementan di Jakarta, Senin.

Sudin juga menyampaikan Komisi IV DPR meminta Kementan menjaga pasokan pangan pokok di seluruh Indonesia.   Dan, untuk menjamin kestabilan harga dengan tersedianya pasokan pangan, kata Sudin, Komisi IV meminta agar Kementan membenahi data stok pangan agar lebih valid sesuai dengan ketersediaan yang ada di lapangan.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo di kesempatan sama, menyampaikan stok pangan pokok hingga akhir tahun 2022, terlebih untuk kebutuhan selama Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri, dipastikan aman.

"Kondisi ketersediaan pangan Januari-Desember 2022 berdasarkan prognosa neraca 12 komoditas pangan pokok yang meliputi beras, jagung, kedelai, bawang merah, dan lainnya ketersediaannya relatif aman," kata Mentan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar