c

Selamat

Senin, 17 November 2025

NASIONAL

04 Oktober 2025

12:54 WIB

Siswa Tak Wajib Deteksi Menu MBG Aman

Menu MBG yang tidak aman menurut pakar tidak selalu sama dengan tanda-tanda pembusukan,

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

<p>Siswa Tak Wajib Deteksi Menu MBG Aman</p>
<p>Siswa Tak Wajib Deteksi Menu MBG Aman</p>

Menu yang disajikan pada pelaksanaan MBG perdana di SDN Kedungbadak 1 Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (6/1/2025). AntaraFoto/M Fikri Setiawan.

JAKARTA - Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Raharjo meminta, siswa tidak dibebankan tugas untuk mengenali menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tidak layak. Sebab, kemampuan siswa dalam mendeteksi kualitas makanan terbatas menggunakan indera penciuman, penglihatan, atau memeriksa tekstur makanan.

"Persoalan pangan yang tidak aman itu tidak selalu sama dengan tanda-tanda pembusukan,” terang Sri dikutip dari laman resmi UGM, Sabtu (4/10).

Dia menjelaskan, indera penciuman dan penglihatan hanyalah perlindungan pertama. Pasalnya, makanan yang terkontaminasi bakteri patogen tidak selalu ditandai dengan aroma atau rasa yang tidak enak. Namun, makanan yang terkontaminasi bakteri itu tetap bisa menimbulkan sakit.

Tak hanya itu, reaksi keracunan dari setiap kasus pun berbeda-beda. Reaksi ini bisa muncul kapan saja, tidak langsung setelah makan dan bentuknya tidak selalu berupa muntahan.

Sri pun menduga kasus keracunan massal akibat MBG di sejumlah sekolah diakibatkan oleh makanan tak aman yang tidak bisa dideteksi oleh siswa.

"Ketika siswa dihadapkan dengan masakan yang normal-normal saja, maka kan tidak ada masalah untuk terus berlanjut mengkonsumsi, dan itu bukan hanya satu atau dua orang siswa, banyak sekali,” jelas Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM itu.

Untuk mencegah keracunan MBG, Sri pun berpendapat perlu ada perhatian khusus terhadap proses penyiapan, pengolahan, hingga pengemasan makanan. Waktu sejak makanan diolah hingga dimakan siswa juga perlu diperhatikan.

"Terpenting pada pengadaan bahan mentahnya, bahan segarnya entah itu daging, ikan atau sayurannya itu, usahakan memang kondisinya bersih," imbuh Sri.

Terakhir, dia menyebutkan kapasitas setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) perlu diperhitungkan kembali. Sebab, target yang dipatok pemerintah, yaitu setiap SPPG menyediakan sekitar 3000 porsi MBG, melebihi kapasitas satu dapur umum. Hal ini membuat kontrol terhadap makanan sulit berjalan sesuai dengan aturan yang ditetapkan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar